Kuala Lumpur : Awal Sebuah Perjalanan Impian

Masih kuingat beberapa bulan yang lalu ketika aku dan suami merencanakan untuk berlibur ke suatu tempat menjelang penghujung tahun 2015. Saat itu kami masih menimbang-nimbang untuk memilih destinasi tertentu. Hingga akhirnya keputusan pun diambil dan kami berdua sepakat untuk menginjakkan kaki di daratan China, negara tirai bambu yang sangat eksotis.

2015_0622_11110400
Sepatu Skechers yang menemani perjalananku kali ini

Aku rindu berjalan kaki berkilo-kilo meter, rindu merasakan debaran saat pesawat melayang di angkasa, bahkan aku rindu tersesat di tengah keramaian. Tatkala pikiran itu muncul, wajah-wajah mungil kucing kesayanganku yang berjumlah 7 ekor ini seketika menghapuskan mimpi tadi. Aku selalu merasa berat harus menitipkan mereka di rumah mama, hal yang pasti akan merepotkan mamaku. But the show must go on

“Jadi kita ke kota mana lagi sesudah Beijing bang?” aku sempat bertanya pada suamiku.

Awalnya aku menyusun rencana untuk mengunjungi Beijing, Shanghai dan Hangzhou. Sebuah rute perjalanan yang umum. Entah apa sebabnya akhirnya kami tiba-tiba ingin merubah destinasi dan mengganti Shanghai serta Hangzhou dengan kota lain yang sepertinya lebih menarik.

Selain itu, akupun baru menyadari bahwa rencana jadwal keberangkatan kami diawal bulan Oktober bertepatan dengan National Day alias libur nasional di seluruh China. Wah… kebayang crowded-nya bakal seperti apa ! Namun sialnya, aku sudah sempat membeli tiket pesawat pulang-pergi untuk keberangkatan  di penghujung bulan September 2015 ! Aduh… gimana ini?

Di hari Sabtu pagi dengan perasaan was-was aku dan suami mendatangi kantor penjualan tiket Air Asia untuk menanyakan perihal penggantian jadwal penerbangan berikut destinasinya. Memang sebelumnya aku sempat mendapat notifikasi berupa sms di smartphone-ku bahwa jadwal penerbangan dari Medan menuju Kuala Lumpur dan sebaliknya mengalami perubahan. Waktu keberangkatan pesawatnya mundur satu jam dari jadwal semula.

Akhirnya justru karena ada perubahan jadwal terbang itulah kami diuntungkan. Rencana untuk merubah destinasi bisa terwujud ! Mbak petugas penjualan tiket AA yang baik hati dengan sabar menjelaskan beberapa term and condition perihal penggantian tadi.

Intinya, kami mendapatkan kesempatan untuk merubah destinasi  kemana saja dengan mengkreditkan kembali seluruh biaya yang telah dikeluarkan ke dalam Credit Shell dengan sedikit potongan untuk biaya administrasi. Total saldo di Credit Shell kami adalah sebesar CNY 4.536,52 atau setara dengan IDR 9.014.065 (setelah dipotong biaya administrasi). Itulah biaya yang telah kami keluarkan untuk membeli tiket pesawat Air Asia pulang-pergi (fly-thru) untuk kami berdua.

Alhamdulillah… akhirnya kami bisa mengganti destinasi tujuan dalam jangka waktu tertentu dengan cara pembayaran  yang diambil dari saldo di Credit Shell tersebut. Daripada harus membayar selisih harga tiket berikut biaya pinalty kan? Pelajaran pentingnya adalah kalau sudah menentukan tujuan dan membeli tiket ya jangan galau lagi… hahaha. Dan beberapa minggu setelahnya akupun kembali melakukan pemesanan tiket berikut pembayarannya melalui internet.

Sebagai pemegang paspor Indonesia, kita memerlukan visa sebagai syarat mengunjungi China. Aku dan suami yang hanya berencana untuk berlibur saja mengajukan visa tipe L untuk kategori single entry (hanya diizinkan memasuki wilayah China satu kali saja) berdasarkan pemilihan rute perjalanan yang telah kami atur sendiri sebelumnya.

Mengajukan visa kunjungan ke China terbilang mudah, hanya perlu menyertakan paspor asli (masa berlaku lebih dari 6 bulan), photocopy KTP dan Kartu Keluarga, photocopy akte lahir (bila anak berusia dibawah 17 tahun), pasphoto 4×6 sebanyak 2 lembar berwarna (latar belakang WAJIB putih), print out tiket pesawat pulang-pergi, konfirmasi hotel (bila sudah ada), dan materai 6000 (bila nama di KTP, KK dan paspor ada perbedaan untuk surat pernyataan).

Adapun biaya pembuatan visa single entry untuk China adalah sebesar IDR 580.000/orang. Karena alasan kepraktisan, kami berdua mengajukan visa melalui salah satu kantor tour and travel di Medan. Kami hanya datang kesana dan menyerahkan semua persyaratan yang diperlukan untuk pengajuan visa. Dan dalam waktu 5 hari kerja visa tersebut akhirnya bisa kami peroleh.

1447736516490
Visa China tertempel di pasporku

 

BERANGKAT KE KUALA LUMPUR

Senin tanggal 12 Oktober 2015 menjadi hari yang ditunggu-tunggu. Pagi itu aku masih sempat mengecek beberapa barang bawaan agar jangan sampai tertinggal. Tiket pesawat, print-out pemesanan hotel via Booking.com dan Agoda, paspor, uang tunai dalam 3 jenis mata uang (Rupiah, Ringgit Malaysia, Renmimbi China), kamera mirrorless, topi, smartphone dan beberapa perlengkapan lain telah tersusun rapi dalam backpack berwarna ungu milikku.

Taxi yang telah aku pesan tiba di depan rumah. Pagi itu lalu lintas di jalan arteri tak begitu padat sehingga perjalanan cukup lancar. Taxi melaju kencang di jalan toll menuju bandara Kuala Namu. Kami sengaja memilih untuk naik taxi saja sebab bila dihitung-hitung biayanya justru lebih murah daripada kami berdua harus ke stasiun dan naik kereta api Railink menuju bandara. Sepanjang perjalanan aku hanya duduk melamun sambil melihat ke jendela, sementara suamiku memilih untuk memejamkan matanya hingga tiba di bandara.

2015-11-06 11.06.48
Wefie di bandara Kuala Namu, Sumatera Utara

Sesaat sesudah check-in di bandara, aku baru tersadar sepertinya 2 buah koper yang kami bawa memiliki berat hampir menyentuh limit berat bagasi yang kupilih saat memesan tiket Air Asia via internet sebelumnya. Padahal rasanya barang bawaan kami tak begitu banyak, namun berat koperku saja sudah 15 kg dan koper suamiku 17 kg (kami memesan berat bagasi hanya 20 kg pulang-pergi untuk masing-masing).

Karena merasa ragu, akupun (kembali) memesan bagasi untuk diriku sendiri saja dengan meng-upgrade-nya dari 20 kg menjadi 30 kg untuk rute penerbangan saat pulang nanti. Aku melakukannya via aplikasi Air Asia yang ada di smartphone-ku melalui menu Manage My Booking.

Konsekwensinya adalah ada biaya tambahan yang harus aku bayar (CNY 202 = IDR 449.000), dan aku memilih opsi pembayarannya dengan kartu kredit. Untung saja jaringan provider yang aku pakai sedang tidak bermasalah. Pembayaran pun lancar dan bagasiku telah di-upgrade menjadi 30 kg. Antisipasi daripada nanti di China bakal kelebihan bagasi dan kudu bayar (lebih) mahal karena ini adalah jenis penerbangan fly-thru dimana denda bila kelebihan berat bagasi akan dikalikan dua.

Sebenarnya aku agak bingung melihat diriku sendiri. Aku merasa kurang cermat dalam mempersiapkan perjalanan kami kali ini. Selama kami melakukan perjalanan berdua, belum pernah sekalipun kami sampai mengganti destinasi padahal tiket sudah ditangan, belum pernah juga aku sampai harus menambah berat bagasi karena sepertinya kurang perhitungan di awal yang menyebabkan ada tambahan biaya. Tapi sudahlah, aku anggap ini adalah pengalaman untuk lain kali lebih teliti. Mudah-mudahan perjalanan kami kali ini tak menemui kendala apapun… Aamiin.

Salah satu kecemasanku saat akan berangkat adalah situasi kota Medan yang tengah dilanda kabut asap. Beberapa penerbangan di bandara Kuala Namu terpaksa ditunda, dialihkan ke tempat lain, bahkan ada yang dibatalkan samasekali. Aku sempat merasa cemas bila penerbangan kami menuju Kuala Lumpur akan mengalami delay panjang. Kami hanya memiliki waktu transit kurang dari 4 jam di Kuala Lumpur sebelum melanjutkan ke penerbangan berikutnya bila pesawat tak delay.

Aku terus berdoa hingga akhirnya panggilan untuk naik ke pesawat QZ 122 pukul 11.30 Wib terdengar dan memecah lamunanku di ruang tunggu. Pesawat berangkat tepat pada waktunya tanpa penundaan sedikitpun. Aku masih sempat mengirimkan sms sebanyak 2 kali ke handphone papa dan mama sebab mereka berdua tak mengangkat teleponnya saat aku ingin pamit menjelang masuk ke dalam pesawat.

Bismillahirrohmaanirrohiim

Pesawat terbang melayang menembus kabut asap yang lumayan pekat. Saat berada di ketinggian jelajah tertentu langit justru tampak cerah dan sedikit berawan. Kabut asap yang melanda beberapa kota di Sumatera serta Kalimantan telah membuat langit menjadi kelam.

2015-11-06 11.21.48
Wajah-wajah gembira di perjalanan menuju Kuala Lumpur

Aku mengucap syukur saat roda pesawat menyentuh landasan dengan mulus di Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA 2). Waktu setempat menunjukkan pukul 2 siang. Pantas saja perut mulai bergemuruh minta diisi.

20151012_133852-01
Sesaat sebelum menuju ruangan transit
20151012_133830
Outfit of The Day (sambil membawa backpack dan pillow neck)

KLIA 2 menjadi bandara bagi penerbangan low cost termasuk Air Asia dan Air Asia X di Kuala Lumpur. Dengan area yang sangat luas tampak susunan ruang di dalam bandara terbilang apik. Beraneka ragam toko dan cafe terdapat disini. Tanpa melewati pemeriksaan imigrasi kamipun langsung menuju area transit yang berada disebelah kanan. Kami juga telah mendapatkan boarding ticket untuk penerbangan selanjutnya saat check in di Kuala Namu.

Penerbangan fly-thru tak membuat kita direpotkan dengan pengambilan bagasi sebab secara otomatis bagasi tersebut berpindah ke pesawat lain untuk penerbangan selanjutnya. Aku dan suami pun dengan bebas melenggang masuk ke area transit. Segala macam atribut termasuk jam tangan dan tali pinggang harus dilepaskan saat pemeriksaan X-ray.

Kami memilih untuk langsung saja menuju ke area terminal keberangkatan setelah sebelumnya kembali harus melalui pemeriksaan X-ray kedua kalinya. Di sepanjang area sebelum memasuki gate keberangkatan, kami berdua memutuskan untuk makan siang dulu di Bread and Batter. Tampak beberapa pengunjung sedang mengantri di depan kasir sambil memesan makanan dan minuman. Aku dan suami memilih nasi lemak dan segelas tea O ice sebagai menu makan siang kami.

20151012_142956
Nasi lemak pakai ayam

Aku bolak balik melirik ke smartphone-ku dan menyadari bahwa batterenya hampir habis. Eits… ada colokan listrik dibelakang kursiku. Sambil menghabiskan nasi lemak aku dan suami sempat numpang mengisi daya untuk smartphone kami. Travel adapter tentu sudah aku persiapkan sebelumnya. Pramusaji di kafe itu juga  tampak tak keberatan saat melihat kabel charger melintang di atas meja kami  .

Saat duduk-duduk sebelum masuk ke ruangan boarding, tampak beberapa orang Chinese lalu lalang dengan pakaian putih dan memakai peci putih. Adapula wanita Chinese yang memakai pakaian muslim dan mengenakan hijab.

Sungguh ini pemandangan yang tak biasa aku lihat di Medan. Aku sampai curi-curi pandang mengamati mereka saat keluar masuk musholla yang berada tepat di depan tempat dudukku. Seketika itu juga ada rasa yang berbeda di dalam hatiku. Rasanya tenang dan bahagia saat melihat warga Chinese yang minoritas muslim berpakaian seperti itu. Identitas mereka langsung terlihat menonjol diantara yang lainnya.

“Wajah-wajah mereka kelihatan bersih kali ya bang, bercahaya… apalagi kulit mereka juga kuning langsat” aku mengomentari mereka pada suamiku.

“Iya Mol… di KL kayaknya banyak juga warga Chinesse muslimnya, barangkali karena ada rute penerbangan langsung ke China dari KL” suamiku menjawab.

Setelah menunggu hampir 3 jam, kami berdua masuk ke gate P6. Aku melihat ke sekeliling dan tak menemukan seorangpun yang berwajah melayu ! Alamak… kami berdua langsung berasa jadi turis… hahaha. Justru beberapa dari calon penumpang yang duduk disana mengamati kami berdua. Mungkin iapun tak bisa menebak apakah kami ini orang Malaysia, Philipina, Thailand atau Indonesia. 

2015-11-06 11.26.35
Kami (sudah) berasa ada di China… hahaha
20151012_172007
Menunggu di boarding room

Hari menjelang malam dan sekitar pukul 6.30 sore terdengar panggilan untuk naik ke pesawat. Aku tak lupa mengirimkan pesan singkat ke papa di Medan agar beliau tak khawatir.

“Jadi juga kita mewujudkan mimpi pergi ke Beijing ya bang” ucapku sambil tersenyum pada suami.

“Waktu ke Turki kita juga gak pernah nyangka bakal sampai kesana, ingat kan?” jawab suamiku.

Baca juga : Perjalanan Menuju Istanbul, Turki

Semua perjalanan berawal dari mimpi. Kami selalu berupaya mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Langkah kaki kami saat memasuki pesawat Air Asia X dengan nomor penerbangan D7 316 menuju Beijing menjadi perwujudan sebuah perjalanan impian kami di daratan China. Rasanya tak sabar ingin menyaksikan keindahan alam China yang menakjubkan.

20151012_193316
Sesaat sebelum pesawat lepas landas menuju Beijing.

 

Someday you`ll get there. To the place you`ve always wanted to be (Brigitte Nicole)

 

*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 (di-resize).

 

 

 

36 thoughts on “Kuala Lumpur : Awal Sebuah Perjalanan Impian

    • Makachi Fit 😙. 0Hihihi… Kan kami memang cuma berdua Fit, kemanapun traveling ya enaknya berdua juga sekalian hanimun 😀. Kebetulan hobi kami klop pulak, sama-sama suka traveling, motret dan nulis di blog 😊.

      Like

    • Di Beijing maksudnya Yog? Ada masjid tertua dan paling terkenal namanya Niu Jie. Cerita masjid itu ada di postingan-postingan berikutnya ya 😀.

      Eh.. jadi kapan adek itu diajak jalan bareng? *mikir adek yang mana satu😆

      Like

    • Hihihi… aku yang nulis aja gak nyadar itu jadinya romantis campur bikin tegang loh mba 😀😀. Aku lagi agak men-drama kali yak… sesuai ama suasana hati 😊 *tsaaahh

      Like

    • Seruuuu mba… hihihi 😀. Estimasi budget utk bisa nyampe China kira-kira tiket pesawatnya IDR 6 jutaan pp (normal), kalo lagi promo skitar IDR 4 jutaan pp per orang pake AA 😊. Detilnya ntar aku ceritain di postingan yah 😉.

      Like

  1. Hai kak, sy mau tanya,
    Saya ada rencana ke beijing-shanghai.
    Berangkat dr beijing dan pulang dari shanghai.
    Yg mau saya tanyakan;
    Arrival card nya hanya 1 saja kan? Berlaku untuk di beijing dan shanghai? Soal nya saya belum pernah jalan ke luar tp multi city bgini.

    Dan visa juga cukup pengajuan ke china aja kan?
    Thx ya kak.

    Like

    • Halo, makasih udah mampir ke tulisan ini. Untuk ke China daratan (Beijing, Shanghai) cukup 1x mengurus visanya. Visa China berlaku untuk dua kota tadi. Arrival card yang diisi di pesawat juga cuma 1 aja. Semoga membantu, ya :).

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.