Menikmati Hari Terakhir di Xi`an

Satu hari aku ingin kembali kesini. Aku bergumam dalam hati saat hari terakhir harus meninggalkan kota Xi`an. Pesona kota ini seolah tak pernah habis. Aku terkesan berada disini. Kota modern yang samasekali tak melupakan sejarah panjangnya. Jujur, aku enggan berkemas-kemas untuk pulang nanti malam.

20151021_102135 (1)
Menikmati hari terakhir di Xi`an

Masih cukup waktu tersisa hingga menjelang saat keberangkatan. Pagi ini aku dan suami hanya ingin berjalan-jalan di sekitar hotel tempat kami menginap. Tak seperti biasanya, kali ini kami berjalan ke arah yang berbeda. Kadang kita terlambat menyadari ternyata banyak hal menarik yang justru bisa ditemui di sekitar. Seperti di daerah Beidajie ini.

Xi`an adalah salah satu dari sekian banyak kota modern di daratan China. Pusat perbelanjaan dan bangunan-bangunan tinggi ada di hampir setiap sudut kota. Deretan toko-toko berjejer rapi. China termasuk peduli dengan para pejalan kaki sehingga mereka membuat jalur pedestrian demi kenyamanan. Pohon-pohon ditanam hampir di sepanjang ruas jalan. Bikin teduh.

Kami memasuki beberapa toko yang ada sisi kanan jalan. Ketika berada di sebuah toko pakaian olahraga, iseng-iseng aku bertanya pada pramuniaganya ukuran dan warna lain dari jaket yang kupegang. Ah, lagi-lagi ia tak bisa berbahasa Inggris sepatah katapun. Dengan santai ia hanya menjawab dalam bahasa lokal. Waduh, gak nyambung nih. Akhirnya aku meletakkan kembali jaket tadi lalu meninggalkan toko sambil tersenyum dan mengucapkan “Xie xie” padanya.

Hari terakhir di Xi`an tentu membuat persediaan uang tunai kami menipis. Aku menyisakan beberapa lembar pecahan Yuan untuk belanja oleh-oleh. Tapi godaan beberapa label fashion yang ada di mall membuat kami berdua akhirnya mencari ATM terdekat untuk menarik uang tunai. Loh, bukannya kalau mau belanja masih ada kartu kredit?

Satu hal yang selalu kupegang adalah jangan jor-joran menggunakan kartu kredit untuk berbelanja saat traveling. Toh kita gak ingin sepulang dari liburan nanti harus membayar tagihan yang membengkak kan? Aku memakai kartu kredit masih dalam batas kewajaran.

Lantas kenapa harus repot-repot menarik uang dari ATM? Berdasarkan pengalaman kami di China, tidak semua pusat perbelanjaan menerima pembayaran kartu kredit yang berasal dari bank penerbit asing. Kebanyakan kasir hanya menerima pembayaran dengan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank lokal China.

Saat memasuki musim dingin, beberapa store mengeluarkan koleksi pakaian mereka. Di Medan sendiri agak sulit menemukan jaket-jaket yang keren dengan harga yang terjangkau. Indonesia adalah negara dengan 2 musim, otomatis tak mudah mencari koleksi musim dingin. Kalaupun ada, biasanya modelnya terbatas dan harganya juga mahal.

Aku dan suami memasuki sebuah store pakaian dari brand Jepang yang terkenal. Usai memilih-milih, aku membawa 2 potong pakaian tadi ke kasir. Sialnya, kasir menolak kartu kreditku.

Awalnya kupikir kartuku yang bermasalah, mungkin rusak atau apalah. Dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah ia menjelaskan bahwa mereka tak bisa menerima jenis kartu kredit yang diterbitkan oleh bank asing diluar China. What?? Jadi gimana nih? Gak jadi belanja dong. Akupun hanya tersenyum kecut dan meninggalkan barang yang akan kubeli tadi di meja kasir.

Berdasarkan pengalaman kurang menyenangkan tadi, alhasil setiap akan berbelanja aku harus memastikan dulu apakah kasir disana menerima pembayaran dengan kartu kredit milik kami atau tidak. Kalaupun menerima, biasanya kita harus mencari counter pembayaran khusus. Tidak semua kasir diberi otoritas untuk men-swipe kartu kredit dari bank asing.

Padahal kami membawa kartu kredit yang diterbitkan oleh bank asing ternama loh.  Kebayang deh beberapa kali aku dan suami harus naik turun ekskalator untuk bisa melakukan pembayaran dengan kartu kredit milik kami. Huft, ternyata repot juga ya mau belanja di sini, pikirku.

20151021_100019
China Union Pay yang merupakan satu-satunya organisasi kartu kredit domestik di Tiongkok

Karena persediaan uang tunai yang menipis tadi, aku dan suami mencari Bank terdekat. Aha, di depan ada Bank ICBC. Usai bertanya pada seorang petugas bank, ia lalu menunjukkan dimana letak mesin ATM nya. Aku dan suamipun bergantian melakukan transaksi tarik tunai di mesin yang berlogo VISA dan Master tersebut.

Iseng-iseng aku memotret suamiku yang sedang mengambil uang tunai dari mesin. Padahal petugas security di belakangku terus mengamati kami. Mungkin dikiranya mau curang atau apa gitu ya? Hahaha. Tenang pak satpam, ini cuma untuk dokumentasi pribadi aja kok.

20151021_103138
Tarik uang tunai di ATM ICBC Bank

Tak jauh dari Bank ICBC tadi ada sebuah mall yang cukup ramai. Padahal masih jam 10 pagi. Ternyata ada semacam fashion bazaar persis di samping mall tadi. Pantas terlihat orang ramai berkerumun di sana. Tepat di dekat fashion bazaar tadi ada sebuah taman kota yang lumayan bersih dengan bangku-bangku kayu. Aku dan suami duduk-duduk sebentar di salah satu bangku. Pohon-pohon yang rindang di sekitar taman membuat suasana bertambah teduh. Kenapa di Medan gak ada taman kota persis di samping mall ya?

20151021_104216
Taman kota

Setelah window shopping dan berujung dengan membeli beberapa barang di mall tadi, aku dan suami berjalan kaki menuju Muslim Quarter untuk makan siang. Lagipula aku masih ingin belanja oleh-oleh di sana. Aku sudah membeli sebuah koper berukuran cabin untuk meletakkan tambahan barang-barang yang akan dibeli nanti. Bukan apa-apa, kedua koper kami di hotel rasanya sudah penuh sesak.

Menjelang sore, kami menyempatkan untuk sekedar nongkrong di sebuah kafe lokal yaitu Yuan Yuan Coffee Shop. Kafe ini terletak di dalam sebuah mall tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Lagipula tadi pagi kami sudah check out dari hotel dan masih menitipkan 2 buah koper di sana. Kami menikmati secangkir americano, segelas hot chocolate yang enaaaak banget, dan sepotong green tea cake berukuran sedang yang lembut.

20151021_150225
Nongkrong sore di Yuan Yuan Coffee Shop

Kami berjalan kaki kembali menuju hotel sambil menggeret koper yang kubeli tadi. Berbagai macam rasa muncul di dalam hati. Akhirnya kami harus meninggalkan kota Xi`an yang banyak memberikan kesan. Aku merasa lega sekaligus sedih menyadari akan meninggalkan Xi`an nanti malam.

20151021_163110
Wefie di sekitar hotel
20151021_163321
Toyoo Hotel Xi`an berada tepat di belakang kami
20151021_085523
Ganti kostum supaya nyaman di perjalanan nanti

Menunggu di Xi`an Xianyang International Airport

Sekitar pukul 6 sore hari kami meninggalkan hotel menuju bandara dengan menggunakan taxi yang sudah kupesan sebelumnya. Aku lupa berapa persisnya biaya taxi yang kubayar kepada pihak hotel. Tapi seingatku sih gak begitu mahal.

Sepanjang perjalanan selama kurang lebih 1 jam menuju bandara, aku hanya melihat-lihat suasana kota Xi`an dari balik jendela mobil. Agak mengantuk sih, tapi sayang rasanya kalau tertidur.

Bandara terletak di sebuah kawasan baru sejauh 47 km arah barat laut kota Xi`an. Sekilas area di sekitar bandara masih sangat memungkinkan untuk berkembang lagi.

Mendekati gerbang masuk bandara, supir taxi sepertinya bisa membaca kira-kira kami akan menuju kemana. Sebelum aku mengatakan ingin turun di Terminal 2, ia sudah membawa kami dan menurunkan tepat di depan pintu masuk keberangkatan di Terminal 2.  Mungkin karena penampilan kami yang sangat “melayu” dibandingkan tamu-tamu lain yang pernah diantarkannya ya. Hahaha.

Xi`an Xianyang International Airport melambangkan pesatnya perkembangan industri penerbangan di China. Area seluas 450.000 meter persegi ini dibuka pada tahun 1991 dan mengadakan perluasan terminal sejak tahun 2001. Kini bandara Xi`an telah melayani sebanyak 182 rute domestik dan 23 rute internasional.

20151021_175552
Xi`an Xianyang International Airport
20151021_175934
Petunjuk informasi
20151021_175954
Suasana di Departure Hall
20151021_180313
Beberapa check in counter untuk rute Internasional

Satu dari 3 koper milik kami sengaja aku wrapping di bandara. Kenapa cuma satu? Karena biaya wrapping disini relatif mahal. Lupa juga persisnya berapa, yang pasti lebih mahal daripada di Indonesia deh. Akhirnya koper yang baru dibeli tadi siang saja yang di-wrapping.

20151021_184014
Jasa untuk wrapping bagasi

Kami memang sengaja lebih cepat berangkat menuju bandara. Lebih baik menunggu di bandara saja daripada terlambat kan? Kami tiba sekitar pukul 7 malam. Sementara penerbangan menuju Kuala Lumpur sekitar jam 00.30 dini hari nanti.

Karena masih banyak waktu menjelang check in, aku dan suami berkeliling di dalam bandara sambil melihat-lihat. Rasanya gak ingin membeli apa-apa lagi di sini karena semua oleh-oleh sudah dipersiapkan. Sebaiknya kami makan malam sajalah. Kebetulan di bandara juga ada restoran Muslim. Menu yang dipesan tak jauh-jauh dari mie. Aku rindu makan nasi.

20151021_190536
Salah satu restoran Muslim di bandara
20151021_202619-01
Bersiap untuk check in

Usai makan malam, suamiku sempat mengecek beberapa kali untuk memastikan dimana letak check in counter untuk Air Asia menuju Kuala Lumpur nanti. Tapi tak ada satupun petunjuk yang jelas. Biasanya walaupun belum tiba waktu untuk check in, penumpang bisa mengetahuinya berdasarkan petunjuk di papan pengumuman. Bandara ini memang lebih banyak melayani penerbangan rute domestik daripada internasional.

Sekitar pukul 9 malam mulai dibuka kesempatan check in untuk maskapai Air Asia menuju Bangkok. Kami berdua menunggu di sekitar counter sambil memperhatikan sekeliling. Wajah-wajah Asia mendominasi. Nyaris tak menemukan wajah melayu seperti kami.

Usai seluruh barisan penumpang menuju Bangkok selesai melakukan proses check in, suamiku sempat bertanya pada seorang wanita petugas di counter. Boro-boro dijawab, dengan sikap kurang ramah ia cuma menunjuk-nunjuk ke counter sebelahnya tanpa berkata apa-apa. Hadeeeh, mungkin dia lagi PMS yak !

20151021_205946
Mulai terlihat kerumunan di depan check in counter

Bagasi Overweight !

Akhirnya tepat pukul 10 malam check in counter untuk penerbangan ke Kuala Lumpur dibuka. Antriannya panjang minta ampun ! Padahal sudah  3 counter yang melayaniKelihatannya pesawat bakal full mengingat penerbangan dari Xi`an menuju Kuala Lumpur hanya dilayani 1 kali/hari oleh maskapai berbudget rendah ini.

Sejujurnya aku sedikit deg-degan sebab sesaat sebelumnya kami sempat menimbang berat 3 buah koper yang dibawa. Angka timbangan bagasi di bandara menunjukkan total berat yang nyaris mendekati batas maksimal berat bagasi yang kubeli di web Air Asia. Untuk kami berdua aku sudah membayar biaya bagasi seberat total 50 kg via web

Ya Allah, perutku berasa mules saat petugas di counter mulai menimbang berat koper-koper tadi satu persatu. Bukan apa-apa, Air Asia terkenal sangat ketat memberlakukan denda kelebihan berat bagasi. Dan untuk jenis penerbangan fly thru seperti ini otomatis denda kelebihannya akan menjadi dua kali lipat. Pasti muahal nek ! Huhuhu…

Saat koper-koper itu ditimbang hingga yang terakhir, aku melihat total berat sebenarnya mencapai lebih dari 50 kg ! Astaga, baru kali ini kami traveling sampai kelebihan bagasi  *siap-siap buka dompet*.

Tak bisa kusembunyikan wajah tegangku di depan petugas pria yang (kebetulan) muda dan (lumayan) kece. Entah mengapa ia mengacuhkan angka tadi dan samasekali gak meminta pembayaran atas kelebihan bagasi kami tadi sebanyak 2 kg. Kayaknya dia pura-pura gak tau deh. Atau kasihan ngeliat mukaku yang kucel?  (((KUCEL))). Malah dengan ramah dan bahasa Inggris yang fasih ia mengatakan agar aku menunggu sebentar sebab 1 buah koper kami harus melewati pemeriksaan lagi di counter khusus. Alamak, kenapa lagi? Aku langsung melirik ke suamiku.

Koper milik suamiku kembali diperiksa di counter lain. Kubiarkan suamiku mengurusnya sementara aku masih tertahan manis di depan check in counter tadi. Ternyata oh ternyata, petugas menemukan jejak mancis di dalam kopernya.

“Lighter… lighter”, ujar petugas yang memeriksa koper pada suamiku.

Dengan sigap suamiku langsung merogoh sisi luar koper miliknya dan mengambil mancis yang dimaksud. Hadoh baaaaanng, kenapa gak dibuang aja sih mancisnya dari awal? Gggrrrhhh

Usai proses check in tadi selesai dan petugas memberikan boarding pass serta mengembalikan paspor, kami segera masuk untuk melewati security check yang terakhir. Para petugas yang seluruhnya wanita sangat ketat melakukan pemeriksaan.

Selain memeriksa barang bawaan ke dalam cabin menggunakan X-ray dan tak segan untuk membuka beberapa tas milik penumpang yang dicugai, mereka juga meraba seluruh bagian badan dengan cermat. Setelah melewati security check, penumpang dipersilahkan untuk menuju pemeriksaan imigrasi. Alhamdulillah, kami berdua tak menemui kendala apapun saat melewatinya.

20151021_203250
Antrian untuk security check

Kami berjalan menuju boarding room. Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan D7 347 menuju Kuala Lumpur dipersilahkan menuju ke Gate F 19.

20151021_220326
Menuju boarding room
20151021_220509
Pilih ke Kuala Lumpur (F 19) atau ke Paris (F 18) ya?

Pukul 23.45 terdengar panggilan untuk masuk ke pesawat. Tak seperti penerbangan terdahulu dari Beijing menuju Kuala Lumpur, kali ini hampir seluruh awak kabin mayoritas adalah warga Malaysia. Pukul 00.30 waktu setempat pesawat tinggal landas menuju Kuala Lumpur. Bismillahirrahmaanirrahiim, sampai ketemu lagi Xi`an !

share_image_temp (5)
Sesaat sebelum terbang menuju Kuala Lumpur

Penerbangan tengah malam selama 6 jam dari Xi`an terasa sedikit menyiksaku. Mungkin karena efek lelah, aku malah jadi sulit tidur. Gelisah rasanya. Kakiku mendadak pegal sekali. Aku cuma berharap segera sampai di Kuala Lumpur.

Transit di KLIA 2

Langit Malaysia tertutup kabut asap yang berasal dari Indonesia saat pesawat mendarat mulus di bandara KLIA 2 pukul 6.40 pagi. Persoalan kabut asap ini ternyata belum usai juga ya. Kami memutuskan untuk keluar saja dan melewati imigrasi karena waktu transit di bandara ini cukup lama, sekitar 8 jam. Aku memang sengaja memilih jadwal kepulangan dari Kuala Lumpur menuju Medan di siang hari.

20151022_100149
KLIA 2

Perut yang lapar harus segera diisi. Kami berdua memesan nasi lemak sambil menumpang mengisi daya smartphone. Senang rasanya sudah sampai di Kuala Lumpur. Tak lupa aku mengabari ketibaan ini pada papaku melalui sms.

20151022_055956
Sarapan nasi lemak + teh O panas di Uncle ‘K’
share_image_temp (3)
Walo ganti kostum (lagi) tapi kok berasa kayak inang-inang yak? Huaaaaa…

Waktu transit yang panjang membuat kami lumayan puas berkeliling KLIA 2 ini sambil keluar masuk toko. Kami juga sempat menukarkan kembali sisa uang Yuan di money changer bandara. Lumayan untuk beli coklat nanti.

20151022_102902
Makan siang di Nanny`s Pavillon KLIA 2
share_image_temp (4)
Eh, nama cafenya Mollydooker`s !
2016-02-25 15.39.28
KLIA 2 dari balik jendela

Penerbangan fly thru dari Xi`an menuju Medan via Kuala Lumpur membuat kami nyaman melenggang. Kami tak direpotkan oleh bagasi yang secara otomatis berpindah langsung dari penerbangan sebelumnya ke penerbangan lanjutan.

Tak terasa waktu keberangkatan untuk pulang ke Medan telah tiba. Aku mengirimkan sms ke papa untuk memberitahukan padanya bahwa Insya Allah kami akan tiba di Medan sekitar pukul 14.00 WIB.

Tiba di Medan

Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 123 bertolak menuju Medan. Rasanya tak sabar ingin melihat wajah-wajah orang tercinta di Medan. Tak sabar ingin memberikan oleh-oleh untuk keluargaku. Aku juga merindukan kucing-kucingku yang dititipkan di rumah mama.

Setelah menempuh penerbangan selama 1 jam, kamipun tiba dengan selamat di Medan. Alhamdulillah ya Allah, satu lagi perjalanan impian telah kami lalui berdua. Banyak sekali pengalaman berharga dan kesan manis selama berlibur kali ini.

Bagiku ini adalah salah satu perjalanan yang memuaskan sebab kami berdua merancang sendiri perjalanan kali ini. Aku bahkan sempat puyeng selama beberapa bulan menyusun itinerary secara detil, membeli tiket pesawat, dan memesan hotel demi kenyamanan perjalanan kami. Kini semua lelah itu terbayar !

Aku pribadi juga merasa puas telah berhasil melewati segala bentuk kecemasan dan kesulitan (terutama faktor bahasa) dalam perjalanan yang menantang kali ini. China memang luar biasa. Siapapun harus melihat keindahan alam berikut peninggalan sejarahnya yang membuat decak kagum. Pergi ke China secara mandiri? Siapa takut !

“Makasih ya bang, udah mengajak Molly menyaksikan satu lagi keindahan dunia. Semoga kita berdua masih diberi waktu, umur, dan rezeki dari Allah untuk menabung kenangan satu persatu di lain waktu. Aamiin…”

 

Baca sebelumnya : Museum of Terracotta Warrior and Horses, Pasukan Pengawal Makam Kaisar

Baca juga : Oleh-Oleh yang Tak Sampai

 

When overseas you learn more about your own country, than you do the place you`re visiting (Clint Borgen).

 

*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 (di-resize).

 

 

 

 

20 thoughts on “Menikmati Hari Terakhir di Xi`an

  1. suka liat tamannya, bersih dan asri.

    jadi inget pas pulang ngebolang dr Surabaya naik AA juga. kelebihan bagasi dan uangnya kurang hahhaaaa… untungnya si bapak petugasnya baik, kami dibiarkan melenggang masuk tanpa harus membayar kekurangan biaya. malu tapi lucu kalau diingat-ingat.

    Like

    • Kalo di Medan ada taman kek gitu di sebelah Sun Plaza kan asyik ya Di. Hahaha😀. Aku pernah denger pengalaman beberapa orang yang overweight naik AA tetep ditagih kelebihannya, makanya stress juga pas kejadian di diri sendiri, fly thru pulak… huaaaaa. Ah untung si cowo China itu baek banget, kami ga bayar apa-apa.. hihihi. Dirimyu beruntung juga kek kami ya Di ;).

      Like

  2. Asik banget kayaknya kalau bener-bener liburan, bisa belanja puas, jalan-jalan, masuk cafe.. Kalau mahasiswa model saya cuma bisa foto-fotonya aja di tempat-tempat yang seru.. Hihihi

    Like

    • Mahasiswa juga bisa banget loh liburan plus nongkrong cantik/ganteng gitu, asal rajin nabung hihihi😀. Etapi itu beneran, rajin nabung trus pake deh buat jalan-jalan😀. Semangaaaatt !

      Like

  3. Kalau bangunan modern bisa berpadu dengan bangunan lama yang kental unsur budaya dan sejarah pastinya bagus ya Mbak? Di bbrp kota di Indonesia sepertiny jg begitu, cuma sayangnya bnyk yg tdk terawat…

    Like

    • Bener mba, di Medan juga ada kawasan dimana bangunan modern dan bangunan tuanya berdampingan, sayangnya kurang terawat aja. Kalo dilestarikan n dipelihara malah jadi unik kan mba😀.

      Like

    • Hehehe Alhamdulillah banget waktu itu mba Muna, soalnya penerbangan ke LN biasa ketat aturannya😀. Apalagi kalo pesawat low cost, kelebihan bagasi jadi tambahan pendapatan bagi maskapai kan hehehe.

      Like

    • Asyik mba.. seruuu.. hehehe😀. Beijing enak ya mba, tapi aku lebih suka Xi’an. Mudah cari makanan halal soalnya dan kotanya lebih nyaman :D. Beneeeer ga khawatir kelaperan hihihi

      Like

  4. hi mbak mol, saya berencana ke china ntar okt. mau tanya soal rokok dan mancis, peraturannya gimana ya di sana secara bokap ngerokok. thanks infonyaaa

    Like

    • Hai Mba Jenny, makasih udah mampir ke blogku. Soal peraturan rokok dan mancis di Beijing dan Xi’an setahuku ngga ada yang terlalu strict kayak Singapura. Bebas aja mau merokok di ruang publik, selain dalam mall, resto, transportasi umum, RS, dan tempat tertutup lainnya. Di tempat wisata cukup bebas untuk merokok. Untuk mancis, sebaiknya ngga dibawa saat di perjalanan udara. Mungkin bisa disiapkan korek api kayu biasa dan letakkan di dalam tas. Kalau bawa mancis pasti ngga lolos detector sebelum naik ke pesawat. Begitu aja, Mba. Semoga membantu🙂.

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.