Sulitnya Mencari Kuliner Halal di Beijing

Sewaktu memutuskan untuk traveling ke China, aku sudah kebayang akan sulitnya mencari kuliner halal disana. China yang mayoritas penduduknya adalah non muslim menjadi sebuah tantangan tersendiri bagiku dan suami, terutama dalam berburu makanan halal. Rasanya bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami.

Dong Lai Shun Muslim Restaurant Beijing

Lantas selama disana kami gak makan? Puasa sepanjang hari? Wop, tentu tidak ! Mana mungkin aku melewatkan acara makan di negara yang terkenal akan kulinernya ini. Walau harus bersusah payah terlebih dahulu toh akhirnya kami menemukan beberapa kios yang menjual makanan halal seperti penjual kebab. Ya, kalau sudah lelah mencari biasanya menu makanan dari India ataupun Turki bisa menjadi pilihan.

Pada kesempatan traveling kali ini aku sampai bela-belain bawa mini rice cooker, beras, sambal teri kacang, dan rendang sapi dalam jumlah yang terbatas dari Medan. Niatnya sih untuk pengganjal perut pagi hari alias menu sarapan. Mau sarapan di hotel rasanya gimana gitu, ragu akan ke-halal-an menunya. Minimal kalau pagi hari perut sudah diganjal pakai nasi bakal bertahan lama, sampai rasa lapar menyerang nanti, pikirku.

Urusan sarapan beres. Nah gimana dengan makan siang dan makan malam? Selain makanan-makanan tadi, aku juga membawa beberapa minicup mie instan dan Snickers chocolate bar. Gunanya untuk berjaga-jaga seandainya belum menemukan makanan halal selama perjalanan.

Untuk urusan makan aku memang cukup pemilih. Sebagai seorang Muslim sedapat mungkin selektif dalam memilih makanan untuk dikonsumsi. Kalau sudah sangat kepepet, biasanya kami akan memilih menu ikan atau telur. Kalau tak ada, ayam adalah pilihan terakhir. Seperti pengalaman kami saat makan di salah satu restoran cepat saji terkenal, aku dan suami memilih untuk makan fish burger saja. Bismillah, mudah-mudahan minyaknya bukan minyak babi.

Penduduk kota Beijing kebanyakan tak bisa berbahasa Inggris walau kata-kata sederhana sekalipun. Aku dan suami sampai pusing campur stress saat harus berkomunikasi dengan penduduk lokal. Ke Beijing jangan mimpi bakal bisa mempraktekkan kemahiran berbahasa Inggris dengan grammar yang cihuy deh.

Begitu berhadapan langsung dengan penduduk lokal yang sering nyerocos berbahasa Mandarin, dengan ekspresi wajah bego kita bakal ngomong dalam hati “kelar hidup gua disini”. Jadi boro-boro bisa nanya apakah mereka menjual makanan halal atau ngga. Paham kan?

Setidaknya ada 3 restoran Muslim di Beijing yang selalu menjadi tempat kami mengisi perut. Dua restoran kebetulan terletak di kawasan Wangfujing, tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Bahkan Dong Lai Shun Muslim Restaurant yang cukup besar ini relatif mudah ditemukan sebab terletak tak jauh dari stasiun subway Wangfujing.

Restaurant ini menyajikan menu makanan ala steamboat. Wah, asyik nih karena kita bisa memilih sendiri apa saja yang akan dimakan. Kami memesan irisan daging domba muda, tahu, jamur, beserta sayuran. Semua bahan makanan tadi akan dicemplungkan ke dalam kuah kaldu, lalu dicocol ke dalam saus khas sebelum di makan. Agak sedikit berbeda dibandingkan makan ala steamboat di Indonesia. Yang berbeda adalah mereka menyajikan beberapa pilihan untuk saus cocolannya. Rasanya? Enak. Kalau masih lapar bisa memesan nasi putih.

Interior Dong Lai Shun Muslim Restaurant
Interior Dong Lai Shun Muslim Restaurant
muslim steamboat
Penampakannya kira-kira seperti ini (abaikan wajah suamiku yang lagi serius motret makanan)
20151014_145341
Minuman jus dalam botol (lupa rasa apa)

Masih di Wangfujing, selain restoran tadi ada juga sebuah restoran Muslim yang tak terlalu besar. Kalau ditanya apa nama restorannya, aku juga bingung sebab tak ada tulisan latinnya samasekali. Pemilik restoran Muslim di Beijing kebanyakan berasal dari suku minoritas yakni Uyghur dan Hui.

Muslim restaurant di Beijing
Restoran Muslim lainnya di Wangfujing
2016-03-10 12.08.10
Interior restoran

20151015_184730

Restoran ini sebetulnya secara tidak sengaja kami temukan saat akan kembali menuju hotel. Ia terletak di sebuah jalan yang berada di samping hotel JW Marriott di Beijing. Pelayan di restoran ini samasekali tak bisa berbahasa Inggris, sementara daftar menu yang ada semua bertuliskan huruf Hanzi. Tak kehilangan akal, aku maupun suami memilih menu berdasarkan pesanan makanan pengunjung lain yang kami lihat di mejanya.

Kami sempat memesan dua porsi mie yang aku ketahui bernama Lamian. Mie beras yang dibuat sendiri saat akan disajikan ini bentuknya tipis dan panjang, lalu disiram oleh kuah kaldu yang diberi irisan daging domba atau sapi. Kuahnya agak sedikit hambar namun terasa beraroma bawang putih. Rasanya mirip-mirip kuah mie ayam di Indonesia.

Orang China terkenal suka sekali akan mie. Wanita maupun pria, dewasa maupun anak-anak selalu mengkonsumsi mie dimanapun berada. Maka jangan kaget bila hidangan mie selalu disajikan dalam porsi besar. Kalau bukan karena lapar berat, aku pasti gak bisa menghabiskannya sendiri.

kuliner halal di Beijing
Aku memesan Lamian
20151015_182915
Porsinya banyak beneeerr !

Pada kesempatan lain aku juga mencicipi hidangan nasi yang penampakannya mirip nasi goreng Jepang. Disajikan dengan irisan sayuran dan sedikit bawang merah. Karena penasaran, aku juga mencicipi irisan daging sapi dingin yang dicocol ke dalam kuah kaldu.

20151016_205013
Rindu makan nasi

Bila ingin menikmati kuliner halal di Beijing, sebagai pilihan kita bisa menyambangi kawasan Muslimnya yakni kawasan di sekitar Masjid Niu Jie. Untuk menuju kesana kita harus naik bus umum sebab terletak agak jauh dari kawasan Wangfujing. Di sekitar masjid ada sebuah supermarket Muslim yang khusus menjual produk serta bahan makanan yang halal.

Baca juga : Tersesat di Beijing !

Aku dan suami mencicipi hidangan di salah satu restoran di daerah ini. Kesulitan dalam berkomunikasi di Beijing ini membuat kami bingung saat akan memilih menu. Kalau kebetulan ada gambarnya ya bisa ditunjuk. Kalau ngga, perlu usaha ekstra untuk meminta jenis makanan tertentu. Kuncinya, harus sabar saudara-saudara sekalian ! Padahal dengkul udah lemes, perut udah berontak, kerongkongan udah kering.

20151013_152458
Interior restoran
20151013_152539
Pelayan wanitanya mengenakan jilbab
20151013_145648
Pose bahagia dulu sebelum makan
20151013_145844
Lamian
20151013_145952
Hidangan mie lengkap dengan sayuran

Penduduk Beijing terbiasa memesan minuman instan bila makan di restoran. Kalau uang di kantong pas-pasan, jangan coba-coba memesan teh. Teh di China selalu dihidangkan lengkap dengan teko dan harganya sedikit mahal.

20151013_152921
Jus buah aprikot
20151013_152354
Cuma ngerti liat angka di lembar tagihannya
20151013_154315
Di depan restoran Muslim di Ox Street Beijing

Bila berada di Beijing sebaiknya jangan punya ekspektasi tinggi soal kuliner Halal disana. Bisa menemukan restoran Muslim saja sudah sebuah anugerah rasanya. Hehehe.

Sedikit tips cara menemukan restoran Muslim di Beijing antara lain :

  1. Warna restoran Muslim biasanya didominasi oleh warna hijau. Beberapa juga menyertakan warna lain seperti kuning diantara warna hijau tadi. Memang tidak semua restoran berwarna hijau pasti restoran Muslim, tapi setidaknya bisa mulai dikenali dari warna bangunannya terlebih dahulu.
  2. Perhatikan logo Halal dalam tulisan Arab yang biasanya ada di papan nama restoran. Rata-rata pemilik memasang logo tersebut.
  3. Selain logo Halal biasanya restoran Muslim juga disertai dengan kaligrafi Arab di papan nama restoran.
  4. Pramusaji mengenakan peci (pria) ataupun jilbab (wanita). Kalau sudah menemukan pramusaji dengan penampilan seperti ini maka kita sudah berada di tempat yang tepat. Bila masih ada keraguan, bisa memperhatika interior restorannya. Biasanya restoran Muslim bernuansa Islami dan terdapat kaligrafi Arab maupun ornamen khas lainnya.

Baca sebelumnya : Menikmati Hari Terakhir di Xi`an

 

*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 (di-resize).

 

 

 

 

34 thoughts on “Sulitnya Mencari Kuliner Halal di Beijing

    • Pasti ketawa yang ada foto si abang hahaha😀. Kalo ke China dimana-mana serba mie, mulai yang instan dalam cup sampe yang dibikin sendiri. Beberapa bole tahanlah rasanya😀.

      Like

  1. Masalah ini yg bikin abangku selalu ogah kalo diajak ke negara2 spt China n Jepang karena hampir smuanya bisa dipastikan ga halal. Sapi pun jd ga halal kan klo ga disembelih dgn aturan Islam. Tp justru ni yg menurutku menantang kak. Sumpah penasaran pengen ngerasain ribetnya muter2 cari makanan halal di China.
    Ayo kak abadikan pengalamanmu ini di buku. Mumpung masih seger diingatan

    Liked by 1 person

    • Memang ga mudah nyari makanan halalnya mba, tapi itu tantangannya hehehe. Paling mudah cari kawasan Muslimnya aja atau deket-deket masjid, pasti selalu ada resto Muslim. Atau kalo udah payah banget aku makan jagung aja buat ganjel perut sementara hihihi. Sekarang kalo inget ribetnya malah seru mba, pingin lagi malah hahaha. Jepang relatif mudah cari makanan halal ketimbang China menurut temenku. Wiiihh aku jadi semangat pingin bukukan semua pengalaman ini mba, nanti kalo agak luang aku tanya-tanya pengalaman mba Muna terbitkan buku ya. Makasiiiih udah ngasih semangat😙😙 *peluk

      Like

    • Wuiihh makasih mba😙, aku banyak nemu hal baru plus kejadian unik selama traveling ke China. Seneng bisa berbagi ceritanya hehehe. Kalo ke China wajib hukumnya nyoba aneka mie disana. Rasanya lumayan enak😀.

      Like

  2. meski sulit dicari, halal resto nya ketemu juga kan. siapa tahu kelak saya juga bisa berkesempatan main main ke beijing 🙂

    Like

  3. widiiih,, dibela-belain bawa mini rice cooker ya kak. tapi kalau Diah punya kesempatan ke Beijing mungkin bakal bawa mini rice cooker juga. secara perut Diah Indonesia banget, nasi wajib. makan mie mah bentar aja udah eneg diah 😀 apalagi kalau mie nya gede-gede dan banyak gitu.

    Like

    • Baru kali ini traveling ala rempong Di, bawa ini itu hahaha😀. Tapi rupanya membantu skali terutama buat pagi, kebayang betenya kalo sarapan harus muter-muter nyari yg halal dulu kan. Aku sih bisa makan apa aja Di, ga wajib nasi. Masalahnya cuma ternyata makanan halal di Beijing itu langka😀. Porsi mie nya memang bisa bikin eneg kekenyangan hihihi.

      Like

  4. Wahahaha tulisannya bahasa China semua… apaan tuh bacaannya? Hi Mba Molly, blognya keren. Traveler juga ya, maaf ya tadi aku panggil Mas di blog aku, soalnya fotonya kurang jelas 😀

    Like

    • Semua tulisannya gitu mba, cuka di tempat2 tertentu aja yg ada Inggris nya juga. Hai mba Titi… salam kenal ya, hahaha iya aku kaget dikira mas-mas, gegara rambut pendekku kali yak.. hihihi😀.

      Like

  5. Wow…. wonderfull experience,
    ada berapa restauran muslimkah di sana? Saya ada teman yang buka kuliner di Beijing 😀

    Like

    • Sebenarnya ada beberapa restoran Muslim di Beijing, hanya aja tersebar letaknya. Mungkin kalo punya resto Halal disana bisa laku keras hehehe😀

      Like

    • Setuju mba Tina, buat kondisi normal kayaknya malah lebih nyaman pake kamera ponsel aja hehehe. Praktis banget. Eiya mba, seneng kalo tipsnya berguna, makasih ya😀.

      Like

    • Aku juga sempet begitu mba, lama-lama lelah sendiri. McD atau KFC dijajal juga kalo udah kelaperan hehehe. Rendang dan sambal teri kacang ampuh buat sarapan mba, sekalian berat biar kenyangnya lama. Hahahaha :p

      Like

  6. kalo ragu emang mending bawa makanan sendiri yang diyakini aman ya mbak 🙂 btw, foto2 makanannya bikin ngiler ih, mana belum makan pulak nih 😀 btw, salam kenal ya mbak Mollyta. lagi blogwalking ini. tadi muter2 nyari blogger medan dan berakhir di sini 🙂

    Like

    • Hai, salam kenal juga☺. Soal makan memang kadang bikin repot, terutama nyari makanan halal di negara tertentu. Tapi so far sih masih bisa nemu asal rajin aja😀.

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.