Selamat Hari Ulang Tahun Pernikahan Mak ! — Bagiku, kota Tanjung Pura sudah menjadi rumah “kedua”. Di sanalah tanah kelahiran suamiku. Di sana juga keluarga besarnya masih bermukim. Sejak menikah dengannya sekian belas tahun yang lalu, pulang ke Tanjung Pura menjadi sebuah rutinitas. Menengok kedua mertuaku tentu menjadi alasan utamanya.
Sebuah cake ulang tahun berukuran sedang kubawa dari Medan menuju Tanjung Pura. Hari ini adalah hari istimewa, sebab kami sekeluarga akan memperingati ulang tahun pernikahan mertuaku yang ke-50. Bahtera rumah tangga yang telah berhasil dibina selama 50 tahun tentu bukan hal yang mudah. Suka duka telah mereka lalui bersama. Salut !
Setibanya di rumah mertua, ternyata mamak dan kakak iparku telah menyiapkan hidangan makan siang yang lezat. Seluruh makanan diletakkan di atas sebuah tikar di ruang tamu. Menunya sederhana dengan jenis yang beragam. Mirip suasana makan bersama di pesta adat. Perutku mendadak bergemuruh begitu melihat hidangan tadi. Wah, bakal makan banyak nih, pikirku.
Aku tak tahu darimana ide untuk memperingati ulang tahun pernikahan ini tercetus awal mulanya. Mungkin karena mengingat angka usia pernikahannya yang sudah mencapai pernikahan emas. Atau juga karena ingin membahagiakan orang tua. Almarhum kedua orang tuaku saja bahkan belum mencapai angka itu. Usia pernikahan mereka “baru” berusia 43 tahun sebelum ajal menjemput keduanya.
Baca juga : Oleh-oleh yang Tak Sampai
“Kalo ingat kejadian sama mama papa, rasanya memang anak-anak harus lebih sering meluangkan waktu untuk orang tua ya bang” ujarku pada suami. Ia pun tersenyum sambil mengiyakan.
Anak-anak, para menantu dan cucu-cucu sudah berkumpul semua. Dua buah cake ulang tahun menambah keceriaan siang itu. Segenap harapan dan doa dipanjatkan untuk memohon berkah pada Sang Maha Kuasa. Kami tentu ingin melihat orang tua diberikan Allah umur yang panjang, kesehatan, kebahagiaan dan bisa senantiasa berkumpul seperti ini. Sejenak pikiranku melayang teringat akan papa dan mama. Mereka dipersatukan olehNya dalam sebuah ikatan pernikahan dan kembali menghadap Ilahi pada saat yang bersamaan. Begitulah cinta. Abadi hingga maut memisahkan mereka.
Satu persatu pelukan hangat mendarat untuk abah dan mamak dari kami. Terharu saat menyadari bahwa Allah masih mengizinkan kami untuk berkumpul bersama-sama. Usia mertuaku memang cukup lanjut. Kesehatannya pun tak sebaik dulu. Namun aku masih menangkap semangat yang tinggi dari mereka. Bisa berkumpul seperti ini menjadi penawar rindu sekaligus suntikan semangat bagi keduanya.
Setiap kali aku dan suami menengok mereka di Tanjung Pura, mamak dan kakak iparku kerap memasak hidangan yang enak-enak. Eh, ini beneran loh. Bahkan tak jarang mamak memasak secara khusus. Aku yang memang tak banyak makan *ehem* seringkali sampai makan berulang-ulang. Mamak mertuaku ini sangat mirip sekali dengan almarhumah mama. Senang memanjakan perut kami anak-anaknya. Hahaha. Biarlah timbangan naik sekilo (((SEKILO))) asal hati orang tua senang. Bahagia rasanya masih bisa mencicipi masakan mertuaku. Namun sedih juga mengingat mama yang telah tiada dan tak bisa memasak lagi untuk kami.
Saatnya makan ! Aku langsung memenuhi piring dengan nasi dan lauk pauk. Mudah-mudahan lambung kecil ini sanggup dijejali makanan dalam jumlah banyak. Masakan rumah yang dinikmati bersama-sama dan duduk beralaskan tikar seperti ini ternyata bisa menambah selera makan juga. Aku sampai menambahkan porsi nasi ke piringku lagi. Semua makan dengan lahap.
Usai makan perutpun terasa penuh. Alhamdulillah untuk semua yang terjadi pada hari ini. Walau kedua mertuaku tak ekspresif menyatakan kebahagiaannya, tapi aku yakin mereka sangat gembira. Kehadiran seluruh anggota keluarga di hari istimewanya menjadi momen tak terlupakan sepanjang hayat.
Pelajaran yang sangat berharga telah aku terima ketika harus merelakan kepergian kedua orang tuaku secara mendadak. Manusia acapkali terbuai dengan waktu bagi dirinya sendiri hingga kadangkala lupa bahwa masih ada orang tua yang harus diberikan perhatian lebih. Walau dahulu aku rutin berjumpa dengan papa dan mama seminggu sekali saat mereka masih hidup, pada kenyataannya hal itu masih jauh dari sempurna. Keinginan orang tua untuk selalu bisa bertemu dengan anak, menantu dan cucu-cucu mungkin tak terucap secara langsung. Butuh kepekaan kita sebagai anak untuk bisa memahami dan memaklumi keinginan tadi.
Sejak peristiwa itu, aku semakin menyadari betapa singkatnya waktu yang bisa dimanfaatkan bersama orang-orang tercinta. Jangan sampai kita menyesal tak sempat memeluk atau bahkan mendengarkan suara mereka. Saat kita tersadar, mungkin saja mereka sudah tak bersama kita lagi.
Baca juga : Menanti Sebuah Keadilan
Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ke-50 untuk abah dan mamak. Kami senantiasa mendoakan kalian. Semoga selalu ada umur untuk kita bisa berkumpul lagi. Tetaplah sehat dan bahagia…
Selamat hari ulang tahun pernikahan Mak, hehehe. Semoga diberikan kesehatan menuju ulang tahun pernikahan selanjutnya, selanjutnya, dan seterusnya. Semoga kita juga bisa seperti mereka ya kak. Pasti pengertian dan tingkat kompromi sudah level dewa makanya bisa sampai disini. Terharuuu *lap ingus*
LikeLike
Aamiin… makasih doanya Win ;). Pingin ya bisa kayak mereka, panjang usia n panjang jodohnya. Suka dukanya pasti buanyaaak hehehe. Moga-moga kita bisa Win :D. Etapi aku ga mau deket-deket sama yang ingusan ah, ntar aku baper… uhuuukk ;).
LikeLike
Aamiin. Jangan baper kaak, nanti laper :))
LikeLike
Lapernya udah dari tadi Wiiiiiinn :))
LikeLike
makasih kak molly, iyah jadi lapar tengah malam. MEmang masakan ala ‘kampung’ jauh lebih menggugah selera dan rasanya sering diluar dri penampilanny kak :9 selamat ulang tahun pernikahan Andung dan Atok (boleh kan iyah manggil beliau begini kak?). Jadi ingat Almarhum Atoknya Iyah :’)
LikeLike
Makasih ucapannya Yah, gpp dipanggil atok dan andung, orang melayu memang panggilannya itu ;). Hahaha Iyah laper tengah malam tinggal buka kulkas aja :D. Masakan rumah kek gini memang bikin rindu.
LikeLike
Jadi lafar 😂😂😂
LikeLike
Fokus ke makanannya siy ya. Hahahaha😂😂
LikeLike
kumpul sama keluarga besar pasti membahagiakan…hehehe
LikeLike
Pastinya Fit… apalagi kalo gak stiap saat bisa ketemu kan 😉
LikeLike
Sederhana perayaan kawin emasnya, tapi nampaknya menyenangkan.
Dari Medan ke Tanjungpura itu berapa lama perjalanan mobil ya? Gimana caranya Molly menjaga kue itu supaya nggak penyok sepanjang jalan?
LikeLike
Iya mba… kecil-kecilan aja, yang penting busa ngumpul bareng hehehe. Jarak Medan ke Tanjung Pura sekitar 60 km, lama perjalanan naik mobil biasanya 1,5 jam. Itu juga jalan santai. Kalo kuenya tempo hari aku letakin di kursi belakang aja mba, kebetulan kotak kuenya bagus jadi ga mudah penyok atau bergeser letaknya :D.
LikeLike
waah, salut bisa mencapai pernikahan emas ;).. rukun dan sehat trus ya mbak utk mertuanya… semoga pernikahan kita sendiri juga bisa mencapai tahap itu
LikeLike
Aamiin… makasih mba Fanny ;). Mudah2an kita juga bisa kayak mereka ya, langgeng sampai maut memisahkan…
LikeLike