Jembatan Gantung Dogang di Langkat, yang Nyaris Terlupakan — Aku tidak tahu persis ada berapa banyak tempat unik yang ada di sekitar kota Tanjung Pura, Langkat. Orang-orang kebanyakan hanya mengenal Masjid Azizi yang berlokasi tak jauh dari kota Tanjung Pura. Padahal, bila memacu kendaraan sedikit lagi ke arah Gebang, ada sebuah tempat tersembunyi yang terbilang menarik.
Namanya Jembatan Gantung Dogang. Ia terletak di desa Dogang, kecamatan Gebang, kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jembatan ini menghubungkan desa dengan kelurahan Pekan Gebang. Artinya, fungsi jembatan ini sangat penting bagi penduduk desa setempat untuk beraktifitas.
Beberapa hari sebelum Ramadhan tiba, aku dan suami menyempatkan diri untuk berziarah ke makam almarhum papa, almarhumah mama, dan almarhum Diqa. Ada rasa yang sulit dilukiskan ketika kami berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir mereka. Sedih, karena suasana Ramadhan nanti akan jauh berbeda.
Menjelang siang, perjalanan dilanjutkan menuju Tanjung Pura. Kami bermaksud untuk menengok kedua mertuaku, saudara ipar, dan keponakan-keponakan. Seperti biasa, kami berdua makan siang di rumah mertuaku.
“Molly pingin liat Titi Gantung” cetus suamiku. Maksudnya ya sama, jembatan gantung tadi. Orang sana terbiasa menyebutnya sebagai “titi gantung”. Mengajak mamak mertua, kedua ipar, dan seorang keponakanku, kami berenam berangkat menuju tempat yang dimaksud.
Lokasinya sih tidak terlalu jauh dari rumah mertuaku. Tapi kalau disuruh mengingat jalannya, aku nyaris lupa. Hahaha. Rasa-rasanya tidak jauh dari jembatan timbang di Gebang, ada jalan masuk di sisi kanan jalan untuk menuju ke sana. Akses jalan menuju Jembatan Gantung Dogang sebenarnya bisa dilalui dari 2 arah. Bisa melalui daerah Air Tawar tak jauh dari jembatan timbang Gebang tadi. Atau bisa juga melalui daerah Balai Gajah dengan melewati desa Air Hitam, melintasi perkebunan PT.Bahroeny menuju desa Dogang. Agak ribet untuk yang tidak terlalu hapal jalan masuknya.
Mobil melaju dengan kecepatan rendah sejauh 5 km ke arah jalan masuk di sebelah kanan dari jalan lintas Sumatera. Hanya rumah-rumah sederhana dan kebun yang terlihat di sepanjang jalan. Akses jalan semakin sempit tatkala melewati beberapa tambak udang. Kelihatannya memang mobil tak bisa masuk hingga jauh. Karena ketidaktahuan, akhirnya dengan susah payah mobil kami terpaksa mundur perlahan. Di ujung, jalan sudah buntu dan langsung terlihat jembatan gantung. Aduh, gawat !
Dengan dibantu seseorang yang kebetulan berdiri di dekat kami, akhirnya mobilpun bisa “berputar” arah. Jalannya terlalu sempit. Cuma sepeda motor yang bisa lewat.
“Gila… berdebar, ah !” kata suamiku sambil menghela napas. Aku juga deg-degan setengah mati. Apalagi tadi aku sempat ikut memberi aba-aba sambil memastikan roda mobil bagian belakang tidak jeblos. Khawatir kalau mobilnya terperosok masuk ke dalam rawa-rawa.
Setelah melewati ketegangan tadi, kami berjalan melewati sebuah titi kayu menuju semacam pondok untuk bersantai. Di sana juga terdapat sebuah warung yang menyediakan minuman. Udara panas siang itu membuat tenggorokan kering. Kami memesan beberapa gelas es teh manis dan segelas kopi. Kakak iparku kebetulan sempat membawa sebungkus makanan ringan.
Pondok sederhana ini dibangun di atas lahan mangrove. Bisa difungsikan untuk tempat melepas penat sambil menikmati suasana. Kita akan disuguhi pemandangan alam yang masih asli dan merasakan semilir angin yang berhembus lumayan kencang. Betah rasanya.
Melihat tempat seperti ini, aku dan suami mengeluarkan kamera kami masing-masing dan mulai memotret. Ketika suami memotretku di dekat jembatan gantung, bang Iwan, sang pemilik warung memberitahukan beberapa spot menarik untuk foto. Ternyata, menurutnya tempat ini pernah beberapa kali dijadikan tempat untuk pemotretan pre-wedding. Wow, aku surprised mendengarnya. Pantas saja ia tau persis spot-spot menarik di sana. Ya, tempat ini memang unik dan mungkin belum banyak orang yang tahu.
Akhirnya aku dan suami mengobrol dengan bang Iwan. Ia mengatakan keinginannya untuk membuat tempat ini lebih baik daripada sekarang. Ia bermaksud menata tempat ini agar terlihat lebih rapi dengan mengajak warga sekitar untuk turut membantu mewujudkannya. Semoga tempat ini semakin dikenal namun tetap terjaga keasliannya. Dan semoga pengunjung yang datang tidak sembarangan membuang sampah, terutama ke sungai. Besar harapan kami agar tempat ini selain menjadi tempat rekreasi, juga menjadi tempat wisata edukasi. Karena sayang juga rasanya bila nantinya hanya dikelilingi oleh tambak-tambak udang seperti beberapa yang ada sekarang.
Belum sah rasanya kalau belum naik ke atas jembatan. Pingin foto bersama-sama tepat di atas jembatan gantung. Agak deg-degan juga awalnya, mengingat jembatan ini dibangun sekitar tahun 1978 silam. Selama kami di sana, kendaraan seperti sepeda maupun sepeda motor acapkali terlihat melintasi jembatan. Tidak ada rasa khawatir samasekali. Mudah-mudahan jembatan ini tetap kokoh dan aman untuk dilintasi.
Saat sore menjelang kamipun meninggalkan tempat ini. Setelah beberapa ratus meter, di depan terlihat masjid berwarna kuning bernama Masjid Al Ikhlas. Pengunjung yang datang mengendarai mobil mungkin bisa memarkirkan kendaraannya di sekitar sini agar tidak “terjebak” seperti mobil kami tadi.
Memanjakan perut di Warung Mie Rebus Uwri
Walaupun tadi siang aku sudah makan cukup banyak di rumah mertuaku, entah kenapa perutku mendadak lapar lagi. Ah, efek jalan-jalan memang selalu begini. Hahaha. Kamipun memutuskan untuk mampir di sebuah warung yang lokasinya tidak begitu jauh dari jembatan timbang Gebang. Namanya Warung Mie Rebus Uwri.
Di sini yang terkenal mie rebusnya, begitu kata Lina, adik iparku. Pas banget, aku memang lagi lapar. Seporsi mie rebus pasti bikin perutku adem. Almarhum papa juga penggemar mie rebus. Kami biasa menyebutnya mie kocok. Kuahnya agak kental dan rasanya manis gurih. Enak.
Yang lain juga ikut memesan makanan. Yang pasti di atas meja terhidang berbagai jenis makanan dan minuman. Ada mie rebus, sate padang, es campur, dan es kolding. Tinggal masuk satu persatu ke dalam perut masing-masing. Nikmatnya !
Jalan-jalan memang tak lengkap rasanya kalau belum ditutup dengan acara makan-makan. Warung Mie Rebus Uwri tadi sukses membuat perut kami kekenyangan. Kami bahkan masih membeli beberapa bungkus lagi untuk dibawa pulang. Pokoknya hari ini semua niat sudah kesampaian. Ziarah ke makam orangtuaku dan keponakan, nengok mertua sekeluarga, jalan-jalan, dan makan enak pastinya. Ah, yang seperti ini saja sudah bikin hatiku senang ! Alhamdulillah, ya Allah…
*Foto-foto di atas diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 dan kamera mirrorless Fujifilm XM-1 (semua di-resize).
Sejuk ya kak,, nyantai-nyantai disana 🙂 jadi pingin kesana juga nih,, 😀
LikeLike
Tempatnya enak, adem. Bisa piknik bawa nasi bungkus kalo mau. Hehehe :D.
LikeLike
Wah asyik banget tuh kayanya duduk di pinggir titi tu kak sore2 sambil ngopi sama si abang ato duduk manis sambil ngeblog ^-^
LikeLike
Pas banget mba Muna, bisa itu :D. Jangan lupa bawa bekal makanan biar gak kelaperan ya mba ;).
LikeLike
Kak molly, ajari agus buat blok seperti ini la…hehehe.. serius untuk blok sanggar tari, buat promosi…
LikeLike
Buat blog ga susah sebetulnya. Di WordPress ada tersedia template bawaan yang bisa dipilih sendiri. Isinya ntar tinggal susun pelan-pelan :). Tutorialnya juga ada di Youtube.
LikeLike
Sekilas lokasinya mirip dengan taman mangrove
LikeLike
Mudah-mudahan bisa lebih rapi lahan mangrove di sana :).
LikeLike
memang abis ja;an jalan enaknya makan ya kak 😀
btw itu botol fanta bagus juga digantungin gitu daripada bececer di bawah xD
LikeLike
Entah kenapa setiap abis jalan-jalan, perutku berontak lapar Win :)). Botol-botol itu kalo kena angin kencang bunyinya seru :D.
LikeLike
Walau sempat deg-degan mobilnya kejeblos ke Rawa tapi akhirnya kesulitan itu terbayar ya Mbak Molly. Cantik banget pemandangan disekitar Titi gantung ini. Air sungainya juga jernih tidak seperti air sungai yang ada di Tangerang. Dan jembatan kayu nya juga bikin foto eksklusif bahkan eksotis menurutku 🙂
LikeLike
Wuiihh… terbayar banget mba Evi. Hihihi :)). Nyaris lah pokoknya. Iya mba, tempatnya padahal sederhana banget, tapi pas difoto malah bagus. Pemandangannya juga masih asli, jadi bikin betah :). Bener.. bener.. bikin foto ala-ala di jembatan kayunya pasti keren. Cuma musti bolak balik nepi karena kendaraan bolak-balik melintas di atasnya :D.
LikeLike
Tempatnya keren, foto dan ceritanya jg gk kalah keren kak…
Besttt kak moly 👍👍❤
LikeLike
Tempat sederhana yang memang ‘cantik’. Makasih Yati :).
LikeLike
suka tempat beginian mbak. cocok buat bersantai, cari inspirasi, dan menikmati senja.
LikeLike
Pas ya mas, bisa cari ilham sekalian di tempat begini :).
LikeLike
Hehe iya mbak. Biasanya sambil foto2 gitu hehe
LikeLike
Sama kalo gitu mas. Hehehehe 😀
LikeLike
Wah seru mba.. sebenanrya banyak spot bagus ya di sekitar. Apalagi dgn alam pedesaan yg hijau seperti itu Hanya apakah kita bisa melihat sebagai spot bagis atau biasa. Dan kalai lagi happy mau di mana aja jadoi seru… warna jembatan gantungnya kontras dgn sekitar jadi tambah kece..
Upsss alhamdulillah selamat ya mba. Pasti berdebar sekali waktu suami mba Molly mutar..
LikeLike
Bener mba Ira, kadang kita terlalu fokus sama tempat-tempat modern. Padahal yang masih asli juga cantik, tergantung carakita ngeliatnya :D. Aku suka sama suasana begini mba, tenang rasanya. Hehehe. Eh iya itu asli jantungan pas mobil pelan-pelan muter arah. Jalannya kecil banget !
LikeLike
Duduk2 manja di hutan mangrove sambil di temani semilir angin mah enak banget bikin mata kriyep2 ngantuk tapi awas banyak nyamuk hehehe
LikeLike
Pas banget itu, asal golerannya gak cuma pake ka**ut doang kak. Bentol-bentol ntar digigit nyamuk :)).
LikeLike
mie kocok medannya bikin salfok niiiih :D..
aku sekali ke langkat, itupun kyknya cuma lewat doang deh.. makanya ga gitu2 inget kotanya seperti apa mbak.. yg pasti, temen2 smu al azhar medan ku , banyak yg rumahnya di Langkat ini.. merekanya sih tinggal di asrama selama sekolah..
LikeLike
Gak kangen sama mie kocok Medan mba Fanny? Hehehe… salah satu yang topnya ada di seputaran kampung keling :D. Oh malah baru tau temen-temennya dulu banyak orang Langkat ya mba :).
LikeLike
mbak Molly, aku mau tanya nih..kalau dari Tanjung Pura ke desa Dogang Gebang jauh nggak? kira2 sampai lokasi menghabiskan berapa jam mbak?
makasih atas jawaban yg akan diberikan,,hehehe
LikeLike
Ngga jauh sih, paling sekitar 30-45 menit perjalanan aja☺
LikeLiked by 1 person
Oke,,makasih ya mbak atas informasinya..semoga nanti aku nya pas kesana gak kesasar..hehehe
LikeLiked by 1 person
Tempatnya bagus y kak.. saya baru 1 kali kesana, jdi pengen kesana lg 🙂
LikeLike
Iya jembatannya unik. Bagus buat pepotoan juga😀
LikeLike
Subhanallah…jadi pengen ksana cepat-cepat rasanya… Suasana nya pasti sejuk, nyaman😉semoga sy ada langkah kesana..soalnya saya dikalimantan
LikeLike
Ditempat itu bisa mancing mbak ?
LikeLike
Dulu bisa. Sayangnya sekarang jembatan itu kabarnya rubuh😔.
LikeLike