Anonimo Coffee: Keakraban dan Kehangatan dalam Secangkir Kopi

Anonimo Coffee: Keakraban dan Kehangatan dalam Secangkir Kopi — Siapa yang menyangka, sebuah pesan singkat yang masuk ke akun media sosial menjadi awal pertemuanku dengan Anonimo Coffee. Pagi itu, bang Tonggo Simangunsong mengirimkan sebuah pesan yang isinya kurang lebih mengajakku untuk datang ke acara Ngopi Bareng di Anonimo Coffee nanti siang. Karena Jum`at siang itu aku sedang tidak ada acara penting, aku menyatakan kesediaanku untuk hadir.

Anonimo Coffee: Keakraban dan Kehangatan dalam Secangkir Kopi

Berlokasi di jalan T.Amir Hamzah no.216 Medan, letak Anonimo Coffee terbilang cukup strategis. Memilih lokasi di kawasan Griya merupakan bentuk keseriusan sang pemilik dalam mengelola bisnis kulinernya. Selama ini, kawasan Griya dikenal sebagai salah satu lokasi elit di kota Medan.

 

Sekitar pukul 2 siang aku tiba di lokasi. Hari itu cuaca cukup panas dan gerah. Saat pertama kali memasuki kedai kopi, suasana asri dengan pepohonan rindang langsung memanjakan mata. Surprised juga, mengingat Anonimo Coffee menempati areal yang terbuka dan berada tepat di tepi jalan utama.

 

Sepertinya aku datang duluan nih, begitu pikirku ketika bang Tonggo bangkit dari kursinya dan menyalamiku. Lantas aku langsung diperkenalkan pada sang pemilik, yakni Arief Budiono. Siang itu kamipun ngobrol ringan berempat, ditemani oleh Novi, istri Arief.

 

Sekitar lima menit berlalu, sang pemilik seolah baru tersadar saat mengingat kembali namaku. Setelah tanya-tanya perihal sekolah, barulah ia ngeh kalau ternyata kami seangkatan. Saat menyebutkan beberapa nama orang, akhirnya aku juga baru tahu kalau nama-nama tadi merupakan teman kami juga. Ah, Medan ini kecil ternyata! Hahaha.

 

Obrolanpun mengalir hingga akhirnya satu persatu yang diundang mulai berdatangan. Beberapa rekan jurnalis juga turut diundang pada siang itu. Jadilah kami duduk-duduk sembari ngobrol santai. Tak lupa kami dipersilahkan untuk memesan makanan dan minuman.

Anonimo Coffee Medan

Udara yang cukup panas membuatku ingin mencicipi minuman yang segar. Di daftar menu tersedia beraneka pilihan juice, kopi, dan teh. Aku memesan juice alpukat, kesukaanku. Untuk makanannya, aku pilih kwetiaw goreng Anonimo.

 

Kejutannya sebenarnya berasal dari juice alpukat. Jarang sekali aku menemukan juice alpukat yang tersaji cukup kental seperti kali ini. Menurut Arief, juice alpukat di sini memang betul-betul mengedepankan rasa, sehingga tidak memberikan campuran lain pada buah saat di blender. “Ini benar-benar asli dari buah alpukat aja, tanpa campuran apa-apa selain susu kental manis, Mol” terangnya. Hmm, pantas saja rasanya beda.

Juice alpukat di Anonimo Coffee

Juice alpukat yang kental di Anonimo Coffee Medan

Kwetiaw goreng di Anonimo Coffee

Sambil aku menikmati kwetiaw goreng, Arief bercerita tentang asal-usul nama Anonimo. “Anonimo itu asal katanya dari Anonim, tanpa nama. Maksudnya ya, saya cuma menjalankan bisnis ini saja” ujarnya. Sejenak aku langsung teringat dengan istilah Hamba Allah, yakni sebutan yang ditujukan kepada seseorang yang tak ingin diketahui namanya. Pemilihan nama yang unik, menurutku.

 

Anonimo Coffee sendiri mengusung konsep natural dan kembali ke alam. Hal ini bisa dilihat dari pemilihan meja dan kursi yang terbuat dari bahan kayu. Jejeran bambu juga dibuat membentuk sebuah dinding. Pohon-pohon rindang dan beberapa pot tanaman tampak di beberapa sudut. Menempati lahan seluas 460 meter, tempat ini dibuat serba open tanpa sekat agar pengunjung merasakan seolah sedang duduk di sebuah taman. Asri dan teduh.

Anonimo Coffee di Griya, Medan

 

 

Filosofi Kopi dan Pengalaman Arief Budiono

Dengan penuh semangat, Arief menceritakan awal mula ketertarikannya terhadap kopi. Saat menyaksikan salah satu adegan di film Al Capone, dimana salah satu adegannya adalah jamuan minum kopi, iapun ingin mengetahui lebih dalam tentang seluk-beluk kopi. Tak tanggung-tanggung, ia lalu memutuskan untuk belajar serius hingga ke Eropa.

 

Perjalanan Arief mengenal seluk-beluk kopi cukup berliku. Ia yang pada awalnya merupakan penikmat teh, merasa penasaran dengan kopi. Pada tahun 2015 Arief mempelajari tentang kopi di ABCD School of Coffee di Jakarta. Ia menceritakan bagaimana suka duka selama belajar di sana. “Tiga hari pertama hanya disuruh mencicipi kopi. Itu mulai dari lemas, pingsan, lemas lagi, tertidur di pesawat, tiba di Medan tertidur di taxi sampai nyasar ke Belawan” ungkapnya.

 

Arief mengisahkan, ternyata saat belajar itu ia bukan disuruh mengecap rasa, melainkan bagaimana merubah mindset. “Sekian tahun kita dijajah Belanda, minum kopi harus pakai gula, kental, dan dimasak dengan air mendidih. Lalu mindset kalau minum kopi jadi susah tidur. Padahal yang kita minum adalah ampas kopi” terangnya.

 

Setelah mempelajari seluk-beluk kopi selama beberapa waktu, Arief berpendapat bahwa kopi itu dalam pahit ada ketemu manis. Sampai akhirnya ia kembali belajar hingga ke Italia pada pertengahan tahun 2015 lalu demi memuaskan rasa penasarannya terhadap kopi.

 

“Di Eropa, orang beli Espresso kayak antri beras. Uang 1 Euro dimasukkan ke dalam kaleng, lalu kita akan mendapatkan segelas air putih dan 1 cup Espresso. Tanpa perlu bercakap-cakap dengan baristanya, langsung pulang” ungkap Arief saat menceritakan pengalamannya turut mencuci gelas-gelas tadi ketika belajar meracik kopi di sana. Ia juga mengungkapkan pengalamannya saat mempelajari cara kerja para Barista.

 

Kecintaan Arief kepada kopi tak perlu diragukan lagi. Dalam mengelola bisnisnya ini, ia mengungkapkan keinginannya untuk turut mengedukasi pengunjung mengenai kopi. Berawal dari cita-citanya yang ingin menyajikan sesuatu yang berbau nusantara, di Anonimo Coffee tersedia beraneka ragam jenis kopi yang berasal dari Indonesia seperti Mandailing, Flores, Gayo, Sigalingging, Lintong, dan lain-lain. Selain itu, tempat ini juga menyajikan pilihan kuliner khas Indonesia, mulai dari makanan ringan hingga yang mengenyangkan perut.

 

Pada kesempatan kali ini, para undangan diberi kesempatan menyaksikan penyeduhan kopi tanpa mesin Espresso, yakni menggunakan teknik Manual Brewing dari sang barista. Aku yang bukan penikmat kopi akhirnya juga ikut mencicipi Red Gayo hasil kreasinya. Teknik ini tak asing bagiku, sebab suamiku kebetulan adalah seorang penikmat kopi. Di rumah, kami memiliki beberapa alat untuk menyeduh kopi dengan berbagai teknik.

Teknik Manual Brewing di Anonimo Coffee

Manual brewing di Anonimo Coffee

Red Gayo teknik Manual Brewing di Anonimo Coffee

Hari menjelang sore dan obrolan terus bergulir. Kamipun diberi kesempatan (lagi) untuk mencicipi beberapa jenis makanan ringan lain, seperti lupis, tahu pong, bahkan siomay. Kalau biasanya siomay terbuat dari daging ikan tenggiri, kali ini ada yang berbeda. Di sini, siomay nya terbuat dari campuran olahan udang dan ayam. Unik, ya? Selain itu, tersedia pula cireng (aci digoreng), cenil, bakwan, pisang goreng, roti bakar Siantar, dan lain-lain.

Siomay Bandung di Anonimo Coffee

Siomay di Anonimo Coffee Medan

Kopi yang nikmat adalah kopi yang disajikan dengan cara yang benar. Ya, paling tidak itu menurutku usai mencicipi kopi di Anonimo Coffee. Di kedai kopi ini pengunjung bisa merasakan pengalaman menyeruput kopi di tengah suasana alami. Kepenatan usai bekerja sedikitnya akan dinetralisir dengan menghirup aroma kopi yang nikmat dan diseduh dengan baik.

 

Tak terasa waktu berjalan hingga malam menjelang. Suamiku yang datang menjemput bahkan sempat kuperkenalkan dan akhirnya larut dalam obrolan tak kenal waktu. Setidaknya, tempat yang masih terus berkembang ini cukup menjanjikan. Anonimo Coffee layak direkomendasikan sebagai salah satu tempat ngopi dan mencicipi kuliner khas nusantara. Siapapun bisa datang, berbincang-bincang hangat dan mempelajari seluk-beluk kopi dari sang pemilik.

Anonimo Coffee

Anonimo Coffee

 

Anonimo Coffee

Jl. T. Amir Hamzah no.216 (Griya) Medan

Buka: pukul 10.00 Wib – 24.00 Wib

Instagram: @anonimocoffee

 

*Foto-foto di atas diambil menggunakan kamera mirrorless Fujifilm XM-1, 35mm (semua di-resize).

36 thoughts on “Anonimo Coffee: Keakraban dan Kehangatan dalam Secangkir Kopi

  1. Luar Biasa review nya kak.. saya yang sangat menyukai kopi setelah baca artikel ini wuih tak sabar ingin menjajal dan langsung hunting kesana. Memulai pertarungan langsung membuktikan sendiri sanggupkah kopi ini membuat saya speechless dengan tamparan rasanya..

    Like

  2. kak mol, mengapa oh mengaapa fotonya meuni bening banget, itu fokusnya digimanain ya bisa keliatan 4 dimensi di kamera
    ?

    alat kopinya kayak yang di vietnames coffee
    jadi pnasaran pelajaran di sekolah kopinya kayak mana

    Like

    • Sebening kaca gitu, Nit? Hehehe :D. Motret pake mirrorless aja itu, pake bukaan lebar ;). Alat-alat kopi di sana kualitasnya oke semua. Pemiliknya niat banget soalnya :). Iya aku juga jadi penasaran mereka belajar apa aja di sana ya :D.

      Like

  3. Layaknya kehidupan, secangkir kopi tak hanya menawarkan beragam rasa tapi juga berbagai cerita . Menikmati setiap teguk kopi di Anonimo seakan membawa kita dalam perjalanan panjang biji kopi berabad-abad lalu, menembus ruang waktu sampai rasa dan aroma itu melewati tenggorokan kita. Congratulations om Arief yang berhasil membingkai itu semua dalam kehangatan persahabatan khas Indonesia. Congratulations Molly yang telah berbagi dalam sebuah cerita

    Liked by 1 person

  4. Fotonya oke2 bingiits lo kak bikin aku yg lagi ga bisa ngopi sementara ni jd tersiksa apalagi bacà ni sambil kebayanh wanginya espresso hiks… aku rindu ngopi 😦

    Like

    • Ntar jadi cafe muslim/muslimah ya kan, Yah? Hehehe. Kopi itu rumit, tapi kayaknya seru juga buat dipelajari. Sayangnya aku masih lebih suka nge-teh daripada ngopi 😀

      Like

  5. Aku bukan pecinta kopi banget sih mbak, tapi melihat ini rasanya ingin banget coba. Konsep cafe coffee nya juga asik banget ya.
    Aku bukan pecinta kopi sih mbak, tapi aku di kelilingi sama orang-orang yang menganggap kopi lebih dari sekedar minuman, jadi aku suka banget berada diantara aroma kopi juga ceritanya. Reviewnya keren, lengkap, fotonya bagus semuaaa aa suka banget deeeh
    Kalau ada kesempatan kesana, temani aku ya mbak Moyi hihi

    Liked by 1 person

    • Toss mba, aku juga bukan penikmat kopi sebenernya. Lebih suka minum teh :). Tapi karena suami doyan ngopi dan sering diajak nongkrong di kedai-kedai kopi, akhirnya ya seneng aja. Hehehe. Aroma kopi itu efeknya bikin tenang ya, mba :D. Yuk.. yuk.. kalo mampir ke Medan, aku ajakin keliling sambil ngafe deh ;). Thanks mba :D.

      Like

  6. hehe baru tahu tentang kopi sejak baca ini 🙂 terutama yang tentang mindset itu. Kemarin pas ke pengusaha kopi yang punya kebun. dia juga cerita kalau kopi itu sebetulnya manis, karena termasuk buah. terus saya coba kopi hasil kebunnya, tanpa gula. ya, rasanya ada manisnya. jadi sedap, percampuran manis dan pahit

    Like

  7. Suka sama siomay nya, beda sama yang lain

    Teringatnya perut awak ga sakit abis minum kopi kemarin, mungkin karena kopi luwak nya ya hahahah 😂😂

    Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.