The Coffeenatics: Perjalanan Secangkir Kopi Lewat Manual Brew Workshop — Lahirnya secangkir kopi nikmat tak datang begitu saja. Ada sebuah proses panjang yang menyertai. Kualitas kopi terbaik disertai teknik penyeduhan yang tepat akan menghasilkan minuman yang menggugah rasa dan mendamaikan hati.
The Coffeenatics, sebagai salah satu kedai kopi di kota Medan, mengundangku untuk mengikuti sebuah workshop tentang cara penyeduhan kopi. Aku yang notabene bukanlah seorang penikmat kopi, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Toh, sebagai penikmat teh, aku sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang hal yang belum aku ketahui.
Jum`at siang tanggal 23 September 2016 lalu ternyata bukanlah hari keberuntunganku. Walaupun sudah mempersiapkan diri untuk datang awal, sebuah kemacetan parah menghadangku di seputar kawasan jalan Dr.Mansyur, Medan. Aku yang kala itu menumpang taxi, gelisah bukan main. Sadar bahwa aku akan terlambat tiba di lokasi. Ah, kesalnya!
Usai melewati rintangan macet tak berkesudahan, aku berjalan tergopoh-gopoh sambil memasuki Coffeenatics. Saat membuka pintu, aroma khas yang nikmat langsung terhirup. Entah mengapa, setiap kali mencium aroma kopi, mood berangsur-angsur membaik. Sambutan hangat saat tiba tadi turut membantuku meredakan sedikit kegelisahan hati karena datang terlambat. Ya, aku memang bukan tipe orang yang tak bisa on time.
Aku bertemu Tika saat berada di lantai 2. Ia langsung mengantarkanku menuju sebuah meja berukuran besar tempat workshop berlangsung. Kelihatannya acara belum terlalu lama dimulai.
Pada kesempatan kali ini, Harris Hartanto Tan yang merupakan Co-Founder dari Coffeenatics mengedukasi teknik menyeduh kopi secara manual tanpa mesin Espresso yang dikenal dengan istilah Manual Brew menggunakan metode V60 Pour Over.
Menyeduh kopi memerlukan kejelian untuk menghasilkan rasa yang nikmat. Prosesnyapun ternyata tak sederhana. Oleh sebab itu, pada siang ini para undangan yang berasal dari media dan blogger diberikan pengetahuan mengenai metode V60 Pour Over yang tak terlalu sulit untuk dilakukan.
Untuk mengidentifikasi kopi, ada 4 hal yang penting untuk diperhatikan, yakni:
- Aroma
- Body
- Acidity
- After taste
Aroma akan berbeda-beda sesuai dengan karakter masing-masing biji kopi. Aroma adalah bau kopi sesudah diseduh air panas. Sedangkan Body merupakan tekstur yang bergantung pada tingkat kekentalan kopi. Ada istilah yang kerap dipakai yaitu full body maupun light body. Seduhan kopi yang light body tentu lebih mudah untuk ditelan.
Kami lalu diberikan 2 buah gelas. Gelas pertama berisi air putih dingin, gelas kedua berisi susu. Setelah meneguk air di masing-masing gelas tadi maka dapat diidentifikasikan bahwa air putih memiliki light body, sedangkan susu memiliki full body.
Acidity berarti adalah tingkat keasaman dari cairan, yang ditandai dengan istilah low acidity maupun high acidity. Lagi-lagi kami disuguhi gelas ke-3 untuk dicicipi. Uh, rasanya asam! Ternyata itu adalah air lemon. Air putih yang dicampur dengan lemon akan menghasilkan acidity level lemon.
After taste mengandung pengertian rasa yang tertinggal di mulut setelah meminum kopi. Apakah rasanya benar-benar clean seolah tidak sedang meminum kopi, atau ada rasa lengket seperti sesuatu yang menyangkut di tenggorokan.
Di Coffeenatics sendiri terdapat 5 jenis kopi. Tiga diantaranya berasal dari Indonesia, sedangkan sisanya berasal dari Afrika. Untuk workshop kali ini, Harris sengaja memilih kopi Sulawesi Toraja.
“Sulawesi Toraja adalah jenis yang biasa dinikmati oleh peminum kopi advanced. Ia memiliki aroma rempah yang khas, mempunyai acidity jeruk Bali, serta after taste cengkeh. Dengan karakteristik inilah maka kita bisa belajar banyak” ungkapnya.
Manual Brew Dengan Metode V60 Pour Over
Tak perlu berlama-lama, Harris segera memulai demonstrasi menyeduh kopi. Di atas meja telah tersedia lengkap alat-alat Manual Brew V60 Pour Over. Tak lupa terdapat pula sekotak Hario V60 Paper Filter, segelas bubuk kopi Sulawesi Toraja dan beberapa Coffeenatics paper cup. Sebuah coffee scale merek Acaia Pearl beserta Gooseneck Kettle Bonavita with Temperature yang cantik siap menyajikan seduhan kopi nikmat.
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
- Panaskan air di dalam teko hingga 86ºC. Sambil menunggu air mendidih, letakkan V60 di atas carafe. Lalu letakkan selembar paper filter yang telah dilipat pinggirannya di dalamnya.
- Saat air mendidih, tuang dan basahi seluruh permukaan kertas tadi hingga semua bagiannya menjadi basah. Ini bertujuan untuk membersihkan sekaligus menghilangkan aroma khas dari paper filter yang bisa merusak citarasa dan aroma kopi. Air bekas siraman tadi bisa langsung dibuang.
- Masukkan medium ground coffee sebanyak 20 gram di dalam paper filter. Pastikan bubuk kopinya memiliki ketinggian merata dengan cara mengetuk ringan V60. Tekan “Tare” di coffee scale dan mulai set timer.
- Perlahan tuangkanlah air panas dari teko. Cara menuangkannya adalah dengan gerakan melingkar (rotasi) searah jarum jam, dimulai dari bagian tengah lalu terus lakukan gerakan melingkar hingga ke tepi filter.
- Kemudian tuangkan lagi air panas secara perlahan dengan gerakan melingkar searah jarum jam. Cobalah untuk mempertahankan level air secara konsisten. Berhentilah menuangkan air ketika scale menunjukkan angka 200 gram. Hal ini akan berlangsung sekitar 2 menit lamanya.
- Tunggulah hingga seluruh cairan usai menetes. Lalu sisihkan V60 tadi.
Berkesempatan Mencoba Teknik Manual Brew
Usai menyaksikan demonstrasi tadi, peserta workshop diberikan kesempatan untuk mencoba langsung teknik menyeduh kopi Manual Brew dengan metode V60 Pour Over. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan saat Harris menawarkan padaku untuk mencobanya. Suamiku juga seorang penikmat kopi. Di rumah kami memiliki beberapa alat untuk menyeduh kopi. Namun tak pernah sekalipun aku mencobanya sendiri.
Sebagai penikmat teh sejati, aku memulai petualangan seru dalam menyeduh kopi. Sungguh sebuah pengalaman baru yang mengundang rasa ingin tahu. Yuk, kita coba!
Di awal demonstrasi tadi, Harris menyajikan kopi dengan perbandingan 1 : 10 dan 1 : 15. Karena aku lebih menyukai rasa kopi yang tak terlalu kuat, aku memilih untuk menyeduh kopi dengan perbandingan 1 : 15.
Ibarat seorang anak kecil yang tengah belajar hal baru, dengan tekun aku menyimak langkah demi langkah yang dijelaskan oleh Harris. Dipandu dan diberikan edukasi secara langsung oleh sang ahli, membuat aku jadi bersemangat.
Setelah mencoba sendiri menuangkan air dari teko, aku menyadari bahwa bagian tersulit dari metode ini adalah mengontrol volume air yang keluar. Ujung teko yang memiliki saluran tuang mirip leher angsa didesain untuk menjaga kestabilan air yang turun.
Timer yang di-set selama 30 detik pertama mengharuskanku menuangkan air panas di atas 20 gram bubuk kopi hingga scale menunjukkan angka 50. Gerakan menuangkan air secara melingkar harus dilakukan dengan konstan. Lalu biarkan sejenak airnya menetes perlahan hingga habis.
Kemudian 30 detik kedua kembali aku menuangkan air panas lalu berhenti saat scale menunjukkan angka 100. Artinya, kini total volumenya adalah sebanyak 100 gram. Untuk perbandingan 1 : 15, diperlukan air panas hingga angka di scale menunjukkan 210. Aku terus menuangkan air dan berhenti di angka 210 tadi. Setelahnya, V60 sedikit dihentakkan agar tak ada lagi air yang menetes.
Saat air telah turun seluruhnya, pada bubuk kopi yang menjadi ampas terlihat beberapa lubang kecil. Menurut Harris, ini disebabkan volume air panas yang dituangkan tadi belum turun dengan stabil. Aku salut pada para barista yang bisa melakukannya dengan baik. Practise makes perfect!
Harris mengatakan kopi yang kuseduh barusan terasa sedikit lebih pahit dari kopi yang ia seduh. Aku lantas membenarkan usai mencicipinya sendiri. Iapun menerangkan bahwa terdapat jeda waktu saat proses penyeduhan kopi berlangsung. Yakni ketika kami saling berkomunikasi mengenai tata cara menyeduh. Inilah yang disebut sebagai proses belajar. Mudah-mudahan di lain waktu aku bisa lebih baik.
Perut terasa lapar usai mengikuti workshop tadi. Memutuskan untuk tidak langsung pulang, aku lantas memesan makanan dan minuman di Coffeenatics. Secangkir Hot Tea dan sepiring Spaghetti Aglio Olio favoritku tersaji nikmat untuk memuaskan selera. Ditemani oleh beberapa teman, obrolanpun mengalir deras menyertai hidangan tadi.
Ketika malam menjelang, aku bersama suami yang telah sedari sore datang menjemput, meninggalkan Coffeenatics dengan kesan. Sebuah kedai kopi modern yang digawangi oleh Al Namira Dalimunthe, Harris Hartanto Tan, dan Norita Chai yang mendukung biji kopi asal Indonesia ini telah memberikan edukasi berharga bagi para undangan.
Terima kasih kepada Coffeenatics atas undangan ini. Dan special thanks untuk @thickaperempuan yang sudah memotretku saat menyeduh kopi.
The Coffeenatics
Jl. T.Cik Ditiro no.8 K, Medan 20152
Ph. 061-4521960
Instagram: @thecoffeenatics
*Foto-foto di atas diambil menggunakan kamera mirrorless Fujifilm X-M1 35mm dan kamera smartphone Samsung Galaxy S6 (semua di-resize).
Bicara soal kopi, dari cara pembuatan hingga penyajiannya memang selalu menarik. Aku suka banget ngopi, meskipun nggak fanatik. Bagiku kopi seperti mood booster 😀
LikeLike
Aromanya itu bikin hepi ya, mba Ika. Aku ngopi sesekali aja, itupun hanya di rumah :D.
LikeLike
Aku tuh paling penasaran ama cara menyeduh kopi yg bener ini sbnrnya mbak.. Trs penasaran jg kok para ahli kopi itu bisa ya merasakan after taste cengkehlah, coklatlah, ato apa gitu dr kopi yg mrk coba. Apa krn aku bukan pecinta kopi ya makanya buatku kopi ya pahit rasanya :D. Tp ttp itu bikin penasaran banget pgn bisa ngerasain kayak ahli2 kopi itu.
LikeLike
Ternyata kopi itu kompleks banget mba Fanny, banyak detil yang bikin penasaran. Belajar tentang kopi juga ngga sebentar. Tapi kopi itu menarik buat diamati ;).
LikeLike
Mba Mollyy, workshop nya unik yaaa tentang cara nyeduh kopi dengan cara yg keren hihihi, aku mah apa atuh cuma bisa nyeduh kopi pake dispenser wkwk
LikeLike
Hahahaha kita sama kok, mba. Toss! Biarpun di rumah ada beberapa alat seduh kopi milik suami, aku mah ngga ngerti cara pakenya. Air panas dari dispenser udah paling praktislah. Hahahaha😂😂
LikeLike
Wah produk Hario sudah mulai masuk Indonesia ya. Saya tau peralatan ini karena di lab saya semua orang nyeduh kopinya manual. Paling suka kalo udah mulai harumnya bisa menjalar kemana-mana (padahal saya nggak suka ngopi).
LikeLike
Produk Hario cukup mudah di dapat di Indonesia, kak. Jadi penikmat kopi juga ngga bakalan kerepotan. Aku juga suka sama aroma kopi, selalu ada hasrat bikin pingin nyicipin kopi setelahnya 😀
LikeLike
si baristanya tampak hati hati menuangkan kopi di cangkir..
hmm aromanya bagaimana kak molly..
apakah menggugah selera anda 🙂
LikeLike
Yang menuangkan seduhan kopi itu kebetulan Co-Founder Coffeenatics nya sendiri, yang ngasih demonstrasi. Aku siy selalu suka sama aroma kopi, mas. Harumnya menenangkan :).
LikeLike
Iyah..hayum,ap lg klo pagi hari y
LikeLike
Setuju banget, mas😀
LikeLike
Krn sy lbh suka ngopinya pagi hari
LikeLike
Aku siy kalo pagi wajibnya nge-teh😀
LikeLike
untuk menikmati secangkir kopi pun perlu sentuhan yang pas ya kak.
Menyeduh secangkir kopi pun ada ilmunya.
Mau la belajar biar pande menyeduh kopi untuk suami
hehee
LikeLike
Belajar nyeduh kopi nikmat biar disayang sama suami nantinya, Rin. Hehehe😀.
LikeLike
Pas baca pemaparannya kak molly yang detail itu…awak langsung terbayang sama film filosopi kopi…😄. Seru banget pengalaman workshopnya ya..
Awak emang penggemar teh,tapi kalau kopi suka nikmati aromanya😀
LikeLiked by 1 person
Eh iya, jadi keinget film keren itu ya, Tiwi😀. Workshop nya seru dan nambah wawasan lagi tentang per-kopi-an. Aku minum kopi cuma di rumah… sesekalilah, kalo ngafe ngga pernah ngopi😂😂.
LikeLike
Selama ini cuma bisa mencicipi saja buatan barista ternyata proses pembuatan gak sesederhana kaliatannya.. nice post
LikeLiked by 1 person
Thanks, ya :). Ternyata banyak sekali aspek dan detil yang perlu diperhatiin untuk menghadirkan sebuah kopi nikmat.
LikeLike
Kemarin pas ada acara blogger incip2 di semarang aku jg mampir ke cafe trs baristanya ngajarin proses brewing. Ternyata utk menghasilkan kopi yg maknyus emang butuh ketelatenan ya mbak.. keren2 deh barista skr. Jd pengen belajar jg
LikeLike
Iya mba Muna, belajar tentang kopi itu menyenangkan. Walo aku bukan penikmat kopi, tapi belajar hal-hal baru itu banyak manfaatnya. Kopi memang unik banget ya, mba😀
LikeLike
Wah seru. Pengen deh ikutan acara kayak gini. Tapi, waktunya masih belom bisa. Punya bayi bikin susah ke luar ruma lama. Pengen banget bisa manual brew kayak gitu. 😀
LikeLike
Ikutan workshop begini memang asik mba Nia. Nambah ilmu juga. Hehehe. Acaranya juga ngga makan waktu lama, mba :).
LikeLike
saya sekarang kalau dengar kata kopi pasti langsung ingat kasus mirna…hmmmm
LikeLike
Bukan pecinta kopi tapi setiap baca reportase dan cerita dari mbak Molly mesti bikin betah lama-lama apalagi ditambah foto-foto yang bagus dan jelas. Eh tapi aku mau sih kalau suatu saat bisa ngopi-ngopi bareng sama mbak Molly, aamiinn. 🙂
LikeLiked by 1 person
Hwaaa… makasih, mba Riska😙. Semoga satu saat bisa ketemuan, ya! Aamiin. Ntar kita nongki cantik sambil ngupi deh ;).
LikeLike
Thanks for having us Kak Molly.
Cheers,
Harris & #TeamCoffeenatics
LikeLiked by 1 person
Thanks for the invitation, koh Harris :).
LikeLike
Kopi adalah hal yg sangat menarik dan selalu menarik untuk dibahas. Banyak variabel yg di perhatikan, hasil olahan, alat2nya, hingga teknik pembuatannya.
Jadi barista asik juga nih, apalagi kalau ganteng. Haha
LikeLike
Jadi, mau alih profesi jadi barista gitu, Sab? Biar ganteng maksimal ya. Hahahaha😂😂
LikeLike
Sayang tidak terlalu suka kopi. Kalaupun iya, biasanya karena disuguhi. Saya lebih suka teh dan jahe. Pernah dicampur juga jadi kopi jahe hehehe. Pernah melihat aksi membuat kopi secara manual. Asyik juga dan menjadi atraksi yang super keren. Saya coba kopinya, rasanya ajib. Berbeda dengan kopi instan. Salute!
LikeLike
Sama bang, aku juga lebih suka teh daripada kopi walo masih ngopi sesekali khusus di rumah. Belajar tentang seluk-beluk kopi ini menyenangkan dan asik banget!
LikeLike
Mbak Molly, aku tidak tiap hari meminum kopi. Kopi aku butuhkan pada saat stres atau lelah atau ingin ngemil yang manis-manis. Tapi selalu suka pada aroma kopi yang baru. Menenangkan dan membawa kenangan ke masa kecil, ke warung kopi di kampung halaman, yang setiap pagi mengeluarkan aroma sedap.
Beruntung ya dirimu bisa dapat pengetahuan mengenai penyeduhan kopi seperti ini…
LikeLiked by 1 person
Sama mba Evi, aku minum kopi juga sesekali aja dan hanya di rumah😀. Aroma kopi memang menenangkan, ya. Selaku suka! Surprised juga bisa ikutan workshop begini, secara aku penikmat teh sejati, mba. Hehehe😀
LikeLike
Enak, ya? Bisa praktek sendiri di tempat gitu. 🙂 Kelihatan kalau rasanya jauh lebih enak dari kopi kemasan
LikeLike
Nambah ilmu nyeduh ternyata asik juga, mba. Hehehe. Rasa kopinya lebih nikmat dan ngga bikin sakit perut ;).
LikeLike