Notifikasi yang Mengganggu

Distraksi — Aku menyeruput teh hangat sambil menikmati sarapan. Smartphone yang terletak di sampingku tidak berhenti mengeluarkan notifikasi. Entah kenapa aku merasa sedikit terganggu. Cepat-cepat aku ubah ke silent mode. Toh aku masih ingin menghabiskan sarapan ini tanpa gangguan.

notifikasi surel

Sambil menuntaskan sisa mie goreng di piring, sejenak ingatanku melayang pada Ramadan kemarin. Kalau dibilang Ramadan adalah bulan penuh berkah, aku samasekali tidak menyangkal. Toh beberapa undangan gathering sekaligus buka puasa yang dilayangkan pihak hotel melalui surel menjadi rezeki pada waktu itu.

 

Setidaknya aku menyempatkan hadir memenuhi sebanyak enam undangan dari hotel berbintang 4 dan 5. Juga melengkapinya dengan sebuah undangan berbuka puasa dari salah satu toko kue dan roti ternama di Medan.

Grand Mercure Maha Cipta Medan

Alhamdulillah, aku masih dipercaya menjadi bagian dalam upaya promosi mereka. Dan itu merupakan berkah tersendiri. Undangan secara personal melalui surel maupun messenger tersebut tidak aku lewatkan karena aku berupaya menghargai pihak pengundang.

 

Belum lagi beberapa tawaran dari kegiatan blog seperti campaign produk maupun job review ikut mewarnai hari-hariku selama Ramadan. Bahkan hadiah dari sebuah lomba blog turut menambah rezeki dalam bentuk materi. Selain itu, dipercaya menjadi salah satu pemateri di sebuah acara membuat aku pulang dengan membawa banyak produk dari sponsor. Semua sungguh di luar dugaan. Aku menganggapnya sebagai rezeki di bulan baik.

 

Semua hal tadi memang tidak muncul secara tiba-tiba. Aku harus rela menikmati gangguan dalam bentuk notifikasi di smartphone. Aku juga dituntut untuk terampil mengatur waktu. Memilah-milah mana kegiatan yang bermanfaat dan mana yang hanya sekedar hore-hore. Aku harus berdamai sebab waktu pribadi serta kebersamaan dengan suami menjadi tersita. Dan itu tidak mudah.

 

Di balik semua berkah dan rezeki tersebut, belakangan aku mulai merasa terganggu dengan hal-hal tadi. Bukan maksudnya menolak undangan ataupun rezeki, menurutku hidup jadi direpotkan oleh gangguan bunyi notifikasi surel, media sosial, serta messenger (WhatsApp, LINE, BBM).

 

Memang pekerjaan sebagai bloger menuntut kita terhubung dengan semuanya. Positifnya adalah tawaran dan peluang yang datang bisa segera di-follow up. Namun aku merasa informasi yang datang menjadi sulit dibendung lagi. Arus informasi seolah membanjiri dan secara tidak langsung membuat waktu dan perhatian kita tersita. Lama-lama aku kok jadi susah melepaskan diri dari kegiatan dalam rangka menyelesaikan tugas serta kewajiban.

 

Notifikasi tentu saja bisa diminimalisir, kalau tak mau dihilangkan. Tapi rasa penasaran terkadang membuat perhatian sering tertuju pada smartphone. Terkoneksi dengan dunia maya berikut pernak-perniknya lama-kelamaan menjadi distraksi.

 

Akhir-akhir ini aku sadar kesenanganku membaca sudah menjadi hal mewah. Ada setumpuk buku yang belum sempat disentuh sejak pertama kali beli. Alasannya karena terhubung dengan internet terasa lebih mengasyikkan dan memunculkan peluang.

 

Kemarin siang aku duduk santai sendirian di sebuah kafe. Merenungkan kembali hal-hal yang selama ini terasa mengganggu. Suamiku pernah menyarankan agar aku kembali pada tujuan awal menulis, yakni menulis dengan bahagia. Menulis apa yang memang ingin ditulis. Bukan semangat menulis hanya karena postingannya berbayar.

Aktifitas sebagai blogger

Belakangan kesempatan maupun pekerjaan itu mulai sedikit mengganggu waktu serta fokus. Mungkin sebaiknya memang aku mulai memperlambat irama. Lagi-lagi bukan menolak rezeki, hanya ingin benar-benar selektif. Bukan ingin hilang, namun jeda untuk mengumpulkan energi baru. Tujuannya agar ide-ide cemerlang bisa muncul ke permukaan. Berharap suatu saat aku menemukan cara jitu agar bisa meningkatkan kualitas diri.

 

Sejujurnya aku sangat menikmati pekerjaan sebagai bloger. Hanya saja aku tidak mau smartphone, komputer dan internet mengambil alih hidupku yang sudah ribet ini. Menepi sejenak sambil menikmati waktu bersantai sepertinya lebih tepat untuk saat sekarang. Bahkan aku dan adik-adik telah merencanakan sesuatu dalam waktu dekat. Semoga ini bisa kembali menyulutkan semangat agar lebih produktif.

 

Aku percaya bahwa yang namanya rezeki ngga akan kemana. Istilahnya rezeki sudah diatur oleh Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya menjemput dari tempatnya saja. Jadi, memaksa diri untuk selalu aktif dan produktif justru berdampak pada kelelahan fisik bahkan mental.

 

Banyaknya brand maupun agensi yang menawarkan kerjasama memang menarik dan membuka peluang bloger untuk memiliki penghasilan. Namun bukan tak mungkin gara-gara bersaing dengan orang lain, seseorang kian berusaha agar tetap eksis, terlihat sibuk, dan meraup semua peluang yang muncul di depan mata. Sampai tidak ingin menyortir lagi.

 

Surel-surel akan tetap berdatangan tanpa diminta. Begitupun bunyi notifikasinya. Tinggal tergantung kita sendiri, tak sanggup berhenti dari segera memeriksa atau memilih untuk mengabaikannya. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa harga diri bisa ikut terdongkrak seiring banyaknya notifikasi surel yang masuk dan menawarkan sesuatu. Rasanya seolah menjadi orang yang penting.

 

Padahal rezeki itu tidak selalu berbentuk uang maupun peluang. Waktu luangpun adalah sebuah rezeki yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita jeli memanfaatkannya. Prinsip lebih baik mundur selangkah untuk kemudian maju lima langkah sepertinya patut dicoba. Ah, tiba-tiba aku kok jadi bijaksana begini. Hahaha.

 

Happy weekend, everyone!

 

 

28 thoughts on “Notifikasi yang Mengganggu

  1. Wah hebat ya Mbak Molly. Saya kebetulan kepingin juga menulis lewat blog. Aslinya saya memang hanya ingin “menulis untuk kebahagiaan”, tapi istri sudah wanti-wanti, “Kalau sudah bayar hosting n domain, harus bisa dapet duit! Rugi bikin blog yg nggak gratisan kalo ga bisa dapet duit!”
    Hahahaha, idealisme lawan prinsip ekonomi.

    Like

  2. Nah itu bedanya jd seorang blogger dgn publisher mbak, klo blogger kita mah bebas mau posting apa dan kpn ja kita mau tanpa terikat hrs gini gtu. Nah klo uda jd publisher ya gtu resikonya hehehe

    Like

  3. Benar juga. Sikap kita bukan cuek, bukan terlalu monoton, tapi bervariasi sesuai mood dan faedah nuat kita. Peduli akan tetap ada bagi kita yang punya jati diri. Semoga rejeki tak tertukar ya Mbak 😀

    Like

  4. Wah baru baca kak, agak agak mirip lah sama iyah yang awal mula ngeblog buat menulis dengan bahagia. Di kasih rejeki emang gak nolak, tapi ya itu, rasa ketenangan yang dulu fokus nikmatin setiap kegiatan jadi hilang.
    *siapin tas* *menghilang dari peradaban sejenak*

    Like

    • Ternyata jadi blogger juga kudu pinter ngatur irama, Yah. Biar ngga kecapean, jenuh dan malah ujung-ujungnya ngga produktif lagi. Ah, Iyah jangan ngilang-ngilang lagi doooonngg😀.

      Like

  5. Rehat sulu sejenak, liburan biar fresh lagi. Notifikasi hp memang bikin penasaran ya pengin buka, aku sendiri sekarang berusaha mengurangi secara mata sudah mulai siwer kalo liat tulisan di hp 🙂

    Like

  6. Bener mba… 🙂 . Rezeki mah ga bakal kemana2 kalo memang udh ditetapin ama yg di Atas yaa. Tp kebersamaan ama keluarga ga bisa diulang2 seenak kita. Aku sendiri sebisa mungkin slalu nyediain waktu utk keluarga, trutama minggu. Cm di hari itu aku bisa bnr2 kosong tnpa diganggu ama kerjaan kantor 🙂 . Gpp lah cm seminggu sekali, tp berkualitas 🙂

    Like

  7. iya kak, kemarin sempet terganggu dengan notif2 dari sosmed. kemudian saya belajar untuk mengendalikan diri untuk tidak liat notif. dan bisa fokus ke kerjaan,

    Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.