11 Jam di Penang

Aku tahu perjalanan kali ini akan berbeda dengan pengalaman sebelumnya. Waktu yang kami punya teramat singkat dan sangat berharga. Aku ingin benar-benar bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Tidak lagi menjejali pikiran dengan banyak keinginan, namun coba menciptakan liburan tanpa aturan.

Menuju Penang
Sesaat setelah take-off

Penang International Airport tak terlihat ramai seperti biasanya. Menanti giliran di jalur antrean imigrasi pun tidak terasa membosankan. Ya, aku baru ingat ini bukan akhir minggu! Aku dan suami memang sengaja memilih hari Rabu untuk datang ke Penang. Lagipula hari masih cukup pagi. Masih pukul 8 waktu setempat.

Usai melewati pemeriksaan, aku melangkah santai sambil tersenyum. Saking lamanya tidak menginjakkan kaki di kota ini, seperti ada debar menyenangkan. Rasanya seolah menebus rindu. Padahal jarak dari Medan ke Penang sangat dekat. Bisa ditempuh dalam 40 menit perjalanan udara.

“Bang, lapar nih. Pingin cari sarapan di kota” ujarku pada suami. Sebetulnya lambungku sudah diisi sepotong roti dalam perjalanan menuju bandara Kuala Namu . Tapi itu belum cukup mengenyangkan.

Sambil menanti bus 401E menuju Komtar, aku menghidupkan kembali gawai ku. Paket data internet sudah siap untuk dipergunakan. Ini penting agar nanti kami bisa memesan taksi online.

Menaiki bus memang perlu menyediakan uang tunai dalam pecahan kecil. Sayangnya kami tak sempat menukarkannya di bandara. Ongkos perjalanan kami berdua hanya MYR 5.4 saja. Alhasil suamiku coba menukarkan lembaran MYR 10 pada seorang gadis berjilbab yang tengah duduk di bus.

“Perempuan tadi sampai merasa bersalah karena uang tukaran yang dia punya kurang 1 Ringgit. Padahal ya udah, ngga masalah juga. Yang penting kan kita dapat pecahan kecilnya” ujar suami setengah berbisik.

Aku tersenyum.”Oh, barangkali dia khawatir dianggap sengaja cari untung dari tukaran uang, ya” jawabku geli.

Bus melaju dengan kecepatan sedang menuju perhentian di Komtar. Sepanjang jalan aku tidak meng-update apapun di media sosial. Hanya mengunggah sebuah foto berdua sewaktu masih menunggu di bandara Kuala Namu subuh tadi. Biar sajalah, aku ingin menikmati hari ini tanpa sibuk mengecek gawai berulang kali.

Duduk di bagian belakang bus membuat aku bisa mengamati tingkah laku orang-orang di dalam. Ada yang tertidur sembari menyandarkan kepala ke jendela. Ada yang memasang headphones dan memilih untuk asik sendiri. Sementara suami yang duduk di sebelahku memutuskan untuk membaca buku yang ia bawa.

Aku mendapati suasana tenang di sepanjang perjalanan. Tapi itu tak berlangsung lama. Hingga kemudian naiklah dua orang lansia yang duduk di bagian depan. Mereka bercakap-cakap dalam bahasa Hokkien.

“Umur boleh tua, tapi volume suara masih kencang aja” kataku pada suami.

“Pendengarannya udah berkurang, makanya dia sendiri harus ngomong keras supaya dengar” balas suami.

Kami pun tertawa lebar.

Bus tiba di Komtar pada sekitar pukul 8.30. Perbedaan waktu antara Indonesia dan Malaysia membuat semua terasa lebih cepat. Kami bergegas menuju ke Jalan Penang. Toh aku masih ingin mencicipi Chapati dan Martabak di sana.

Chapati adalah jenis roti yang tidak memiliki ragi. Adonannya terbuat dari air dan tepung gandum Atta. Lembaran bertekstur dengan ukuran cukup lebar ini biasa dihidangkan hangat-hangat dengan kuah khas ala India. Aku bisa menikmati rasa dan aroma kuahnya yang tidak terlalu medok. Porsinya pun cukup mengenyangkan.

Capati dan martabak di Penang
Chapati dan martabak di Restoran Nur Hamimah

Hal paling menarik yang bisa dilakukan di Penang adalah berjalan kaki menyusuri sudut-sudut kota. Mungkin sudah tidak terhitung berapa kali aku melakukannya sejak puluhan tahun lalu. Namun sampai kini tidak sedikitpun terbersit rasa bosan.

Berjalan kaki dengan santai sungguh mengasyikkan. Kita bisa menemukan beberapa kuliner khas yang terkenal. Misalnya seperti Ais Kacang maupun Nasi Kandar yang ada di Jalan Penang ini.

Line Clear Nasi Kandar
Salah satu Nasi Kandar yang terkenal di Penang
Penjual roti bakar

Walau sudah berulang kali mengunjungi Penang, aku masih merasa penasaran dengan sebuah tempat yang sedari dulu belum sempat disinggahi. Kami lalu melanjutkan berjalan kaki hingga hampir mendekati Cititel Hotel. Menurutku, taksi online akan lebih mudah menemukan bila kita berada di lokasi yang jelas.

Suasana di Penang
Salah satu sudut di Penang

di Penang

Jalan kaki di Penang

Sewa sepeda di Penang
Sewa sepeda
Bus Rapid Penang

DSCF2886

Menengok Rumah P.Ramlee

Dengan biaya sekitar MYR 6 kami menumpang Grab menuju ke Rumah P.Ramlee. Sang sopir langsung membawa kami tanpa banyak bertanya. Aku tidak begitu familiar dengan ruas jalan yang dilewati kali ini. Lokasinya memang tidak berada di jalan yang kerap dilalui para pelancong. Setahuku tidak ada jalur bus yang melintas ke arah sana.

Lingkungan di sekitar lokasi Rumah P.Ramlee terlihat tenang. Di seberang jalan terdapat beberapa kedai makan sederhana. Seorang bapak petugas keamanan tersenyum melihat kami berjalan menuju ke dalam lokasi.

“Harus bayar atau boleh langsung masuk, Pak?” aku bertanya untuk memastikan.

“Tak da… sila masuk” jawabnya ramah.

Sebelum tiba, aku membayangkan Rumah P.Ramlee tersebut menempati area yang cukup luas. Kenyataannya tidak begitu. Rumah sederhana beratap nipah dan berlantai papan ini berukuran tidak terlalu besar.

P.Ramlee merupakan seorang aktor Malaysia di tahun 1950-an yang memiliki nama asli Teuku Nya` Zakaria. Aku baru tau ternyata beliau terlahir dari seorang ayah berdarah Aceh, bernama Teuku Nya` Puteh yang merupakan pelaut kawakan Aceh. Sang ayah menikah dengan Che Mah binti Husin pada tahun 1925 lalu menetap di Penang.

Ayah P.Ramlee lah yang membangun rumah tersebut pada tahun 1926. Kayu-kayunya berasal dari rumah di Lorong Yahudi yang telah dirubuhkan. Pada zaman pendudukan Jepang tahun 1948, paman P.Ramlee sudah merenovasi rumah itu. Kini, restorasi juga telah dilakukan oleh Malaysia National Archive.

Rumah P.Ramlee di Penang
Rumah P.Ramlee tampak di belakang

Banjir yang baru-baru ini melanda sebagian kawasan di Penang ternyata juga menimpa wilayah sekitar lokasi. Sungai di belakang meluap dan menggenangi rumah. Saat kami tiba, terlihat beberapa pekerja sedang melakukan perbaikan. Menurut penjaga, untuk sementara pengunjung tak dapat memasuki rumah. Sedikit terbersit kecewa karena kami belum berkesempatan untuk mengintip isi dalam rumahnya.

Sungai di belakang Rumah P.Ramlee

Masih di lokasi yang sama, ada sebuah tempat bernama Galeri P.Ramlee yang juga terbuka untuk umum. Ruangan kecil berpendingin udara itu menyimpan beberapa koleksi dari P.Ramlee semasa hidup. Sejarah singkat mengenai kehidupan dan prestasinya sebagai artis dapat ditemui di sana.

Galeri P.Ramlee
Galeri P.Ramlee di Penang
Sebagian poster film P.Ramlee
Pemutaran film lawas
Sosok P.Ramlee
Sosok P.Ramlee

Tak banyak yang kami lakukan di sepanjang hari. Beruntung cuaca di Penang cukup cerah sehingga tak perlu bolak-balik berlindung dari terpaan hujan. Tentu sangat menolong bagi siapapun yang sedang berpacu dengan waktu. Seperti kami.

Nongkrong dan Cuci Mata di Gurney

“Kita cari dingin ke Gurney Paragon aja, yuk” usulku.

“Oke, paslah di sana bisa sekalian ngopi nanti” kata suami.

Mobil Grab kembali dipesan. Biayanya juga tak mahal, hanya MYR 7 menuju arah tepi laut di Gurney. Sepanjang jalan aku hanya diam sembari memandang dari balik jendela mobil. Tidak ada percakapan penting yang berlangsung sepanjang perjalanan. Aku menoleh pada suami. Ia hanya menyandarkan kepala ke belakang. Aku maklum, mungkin dia lelah.

Aku melirik jam tangan di pergelangan tangan kanan. Dua puluh menit lagi menjelang pukul 11 siang. Ternyata begitu cepatnya waktu berjalan. Dan sepertinya kami hampir tiba di tujuan.

Sopir Grab memberi tiga lembar MYR 1 usai kusodorkan selembar uang pecahan MYR 10. Senang rasanya karena mereka tetap menyediakan uang pecahan kecil untuk kembalian. Seingatku di Singapura juga sama. Sampai koin-koin sen juga tetap dikembalikan. Kenapa ya, di Indonesia sangat jarang begitu? Kalau tidak membayar dengan uang pas, jangan berharap akan dapat uang kembalian sesuai tarif.

Lama tak mengunjungi Penang sepertinya ada yang sedikit berubah. Di sepanjang tepi laut yang berhadapan dengan mal sudah terdapat pagar pembatas. Sebelumnya, orang-orang bisa memandang lepas ke laut bila duduk-duduk di sore hari.

Apa yang kami lakukan di dalam pusat perbelanjaan terkenal di Gurney tidaklah penting. Hanya berjalan-jalan sembari menikmati yang ada di depan mata. Sesekali kami mampir ke beberapa gerai yang menarik perhatian. Daiso Japan salah satunya. Kami berdua hampir kalap di tempat ini!

Puas mengitari Gurney Paragon, kami lanjut ke Plaza Gurney yang berada tak jauh dari situ. Lagi-lagi hanya cuci mata. Berbelanja di gerai Uniqlo yang tengah sale. Mencicipi hidangan Thailand di Siam Express untuk makan siang.

Siam Express Gurney Plaza Penang
Nasi Goreng Thai, Sup Tom Yum, Honey Green Tea

Uniknya sebuah foto yang aku unggah ke akun Instagram ku membuat sebagian teman mengira kami sedang berada di Jepang. Padahal aku dan suami hanya duduk ngopi di Doutor Coffee Japan, Gurney Plaza Penang! Wow, sungguh sudut pengambilan foto yang bisa mengecoh. Padahal tidak ada unsur kesengajaan sama sekali. Hahaha.

Di Doutor Coffee Gurney Plaza Penang
Tulisan ‘Japan’ di belakang bikin orang mikir kalau ini di Jepang
Frozen Chocolate di Doutor Coffee Gurney Plaza
Frozen Chocolate (MYR 12.90)

Penang bukanlah destinasi baru bagi kami berdua. Namun selalu ada rasa nyaman setiap kali datang ke kota ini. Kota tempat almarhum Papa menyelesaikan pendidikan sekolah menengah tingkat atasnya. Maka sejak dulu pula beliau kerap mengajak anak-anaknya berlibur ke Penang.

Menyambangi Penang seolah membangkitkan kenangan bersama Papa. Sosok beliau memang sudah tak ada lagi diantara kami, namun aku tak pernah melupakan kebersamaan liburan dengannya dahulu.

Saat ini aku bersama suami duduk di sebuah kedai kopi. Kami mengobrol berdua. Membahas hal-hal ringan saja. Walau setiap hari kami tetap berbincang di rumah tapi kali ini tentu dalam suasana yang berbeda.

Gurney Penang
Senang!

Gurney di Penang

Penang Malaysia

Liburan pada kesempatan ini harus segera disudahi. Kami memilih untuk kembali ke Medan nanti sore. Tidak menginap seperti biasanya. Lagi-lagi hanya karena aku belum menemukan cara agar kucing-kucingku di rumah tidak terbengkalai. Setidaknya inilah ide yang paling masuk akal untuk sementara waktu.

Meninggalkan mereka tanpa pengawasan dari siapa pun selama belasan jam tentu tidak mudah. Aku harus memberikan makanan dan minuman yang cukup, menyiapkan tempat untuk buang hajat, memastikan rumah tidak pengap karena tertutup, serta membiarkan sebuah pintu besi terbuka untuk sirkulasi udara. Mereka kubiarkan lepas di dalam rumah tanpa kandang. Well, ini sudah menjawab pertanyaan sebagian orang soal kucing-kucing tadi, ya.

Baca sebelumnya : Akhirnya Aku Bisa Berlibur Lagi Bersama Pasangan!

Pulang

Sebelas jam adalah liburan ke luar negeri tersingkat yang pernah kami lakukan. Meski demikian, aku merasa bahagia. Rindu berlibur bersama suami sudah terobati. Karena bagiku destinasi tidak menjadi hal yang penting lagi. Tempat yang dikunjungi berulang kali tetap memberikan pengalaman yang berbeda. Tergantung bagaimana cara kita memandang serta menikmatinya.

Baca juga : The Camera Museum Penang

Lagi-lagi aku memesan taksi online untuk mengantarkan kami menuju bandara. Ongkosnya sebesar MYR 22 mengingat jarak yang cukup jauh. Sebelumnya kami masih menyempatkan untuk nongkrong di Pinang Kopitiam di area keberangkatan.

Pinang Kopitiam Malaysia
Tuna Sandwich (MYR 5.50) dan Tea ‘O’ (MYR 3)

Kadang, kita harus jeli dan mencari akal saat opsi liburan berdua terasa sulit untuk dilakukan. Jalan-jalan model begini menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Bepergian tanpa aturan. Hanya mengikuti kemana kaki ingin melangkah.

Kebahagiaan sesungguhnya bukanlah terletak pada tambahan stempel di paspor, tempat-tempat keren yang berhasil disinggahi, ratusan foto yang instagramable, maupun banyaknya kantong belanjaan yang dibawa pulang. Tetapi bagaimana memanfaatkan liburan singkat nan berkualitas bersama orang tersayang.

Maskapai Air Asia di Penang Malaysia
Thanks to Air Asia!
Ke Medan naik Air Asia
Pulang ke Medan

Bepergian berdua secara spontan tanpa direcoki banyak keinginan ternyata sangat menyenangkan! Terima kasih Penang, sudah menambal kesedihan hatiku yang lama tak piknik bersama pasangan. We will come back!

Penang Malaysia
Penang dari atas ketinggian

 

 

 

 

 

 

 

 

34 thoughts on “11 Jam di Penang

  1. Seru sekali, Kak Molly. Walaupun singkat tapi menyenangkan yaaa πŸ™‚ Btw aku lihat iklan roti bakar itu jadi kepengen toasted bread pake butter dan kaya. Kebayang-bayang yang terakhir dimakan di KL City Gallery nih :)))

    Like

    • Iya Mba LiaπŸ˜€. Cari-cari waktu untuk liburan, nih. Hehehe. Aku juga doyan Kaya Toasted Bread! Sering juga makan di Medan. Manis-manis gimanaaaa gitu, kan. Yang di KL City Gallery aku belum pernah nyoba😊

      Like

  2. Penang oh Penang.Saya suka sekali melihat kota ini di tayangan Axian Food Adventure, atau Taste with Jason. Kota kecil yang sepertinya adem ayem. Kalau ada kesempatan ke sana, saya ingin ke sebuah cafe kecil yang makanannya fresh semua dan dibuat langsung oleh pemiliknya. saya lupa namanya. Nanti sy googling lagi deh. Nice trip, Kak. πŸ™‚

    Like

    • Bener, kotanya enak dan ngga crowded. Nyaman buat jalan-jalan, istirahat, atau bahkan berobat. Di sana juga banyak cafe lucu, tapi kemarin kami cuma nongkrong di mall aja, MbaπŸ˜€. Wah boleh tuh aku dibisikin apa nama cafenyaπŸ˜‰.

      Like

  3. Dan akupun tertipu dengan tulisan Japan nya hahahah.. ternyata di Malaysia to. Owalaaah..

    Enak ya, Medan ke Malaysia deket. Januari nanti aku belajar naik pesawat ke Lombok untuk ikutan lombok Marathon. Semoga my first flight ini sukses haha..

    Wuih kucingnya ternyata gak dititipin! Akhirnya penasaran sirna.

    Ini sama kayak piknikku kalo lagi pingin nonton film bioskop. Paling habis nonton pulang. Gak butuh banyak waktu. Berangkat dari Nganjuk (di sini gak ada bioskop haha) jam 9 pagi. Pulang jam 6 sore. Sangat singkat dan hepi. Xixixixi..

    Like

    • Malaysia rasa Jepang hahahahaπŸ˜‚. Padahal ngga niat nipu pas fotoanπŸ˜€. Enaknya memang Penang deket banget dari Medan. Murah pula ke sana, 500 ribu bisa pp. Pas buat piknik singkat hahaha. Duh, kamu tuh kudu jalan segitu jauh buat nonton, Mas?? Kalau aku mah udah keburu lelahπŸ˜₯. Wiih asik yang mau marathon ke Lombok😍. Ayo tenangin diri biar ngga grogi pas di pesawat nantiπŸ˜€. Good luck, ya!

      Liked by 1 person

      • Siap mbak. Iya nih my first flight langsung ke Lombok. Tempat di mana aku gak punya 1 teman pun hahahah.. tapi di sana nanti ketemu temen temen lari yg juga dari pulau jawa sih. Jadi aku gak kesepian haha.

        Maklum di Nganjuk gak ada bioskop jadi harus rela pergi ke luar kota demi nonton film hahaha… ya diniatin piknik jadi ya gak kerasa lelahnya. haha..

        Like

  4. Sebenernga waktu kmaren kakak posting foto liburan, aku mau nebak penang tapi takut salah hehee..

    Kak, nggak capek ke penang cuma numpang makan aja?? Nggak nginep??? Btw, aku tadi nyatet beberapa destinasi yang kakak singgahi, siapa tau bisa dikunjungi pas kesana …

    Like

    • Hahahaha pas posting foto yang ada Japan nya itu ya, Rin? Kok bisa nebaknya Penang? Jangan-jangan hapal sama sudut cafe nyaπŸ˜‰. Aku ngga capek siy jalan-jalan model gitu, hepi malah! Soalnya baru kali ini ke luar negeri ngga pakai nginepπŸ˜‚. Demi kucing-kucing kesayangan❀

      Like

  5. Wah lihat foto Chapati kok aku jadi pengen ya. Dari dulu sebenarnya aku pengen makan Chapati, cuman belum kesampaian aja. Btw, Chapati sama roti cane rasanya mirip-mirip atau beda, kak?

    Like

  6. Saya kenal P Ramlee dari film animasi Upin Ipin hehe. Ooo ternyata ada museumnya gtu ya di Pennag. Noted. Kalau ke sana akan jd salh satu destinasi yang akan dikunjungi πŸ˜€

    Like

    • Iya Mba April. Sayang museumnya kurang begitu menarik siy menurutku. Kecil pula. Tapi bolehlah dikunjungi, apalagi kalau bisa lihat langsung isi dalam rumahnya dulu☺

      Like

  7. P Ramlee itu akttris kesayangan ibuku. Waktu masih kecil hampir tiap pagi ikutan mendengar suaranya dari radio yang di setel ibu sambil menjahit atau memasak. Waktu ke Penang aku belum sempat menjambangi rumah ini. Beruntung Mbak Molly sudah :-):-)

    Like

    • Wah ternyata ada memory tersendiri soal P.Ramlee ya, Mba EviπŸ˜€. Buat kita generasi lama cukup familiar lah sama sosok beliau. Kalau kids zaman now barangkali ngga tau, ya. Hahahaha.

      Like

  8. Cakep ya P.Ramlee itu. πŸ˜€ Ternyata keturunan Aceh ya.. Aku masih agak asing tapi kayaknya kok pernah dengar namanya, nanti aku googling lagi aah.. πŸ˜€ Cuma 11 jam tapi kayaknya dapat banyak hal ya Mba Molly. Asik banget Medan-Penang deket.. haha

    Like

    • Aku juga baru ngeh kalau P. Ramlee ada darah Acehnya. Film dan lagu-lagu beliau banyak yang hits, Mba. Bolehlah nanti di googlingπŸ˜€. Dan aku puas bisa liburan singkat model begini. Seru ternyataπŸ˜‚

      Like

    • Penang itu asik untuk yang suka wisata kuliner dan heritage. Aku pun ngga pernah bosan ke sana walau udah puluhan kaliπŸ˜€. Siip Mba Fika… semoga bisa jalan-jalan ke Penang, yaπŸ˜‰

      Like

  9. hiks.. aku kangeeeeen banget ama penang. td liat foto2nya, ada mydin jugaaa hahahaha. aku punya hubungan khusus ama toko mydin itu hihihi. duuuh kalo aja jkt penang secepet itu, aku mau jg kali sering2 balik ke penang. tp thn dpn udh plan, ntah bisa ato ga,tp pgn ajakin anak2 ke penang. biar mereka liat tempat maminya dulu sekolah :D.

    Like

    • Wahahaha kangen sama Mydin ya, MbaπŸ˜‚. Wah iya harus tuh ajakin anak-anak main ke Penang sekalian nostalgia sama tempat sekolah dulu. Memang sih dari Jakarta ngga terlalu dekat kayak dari Medan, ya. Kalau dari sini dekat banget dan murce.

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.