Perjalanan menuju Beijing dimulai. Pramugari yang ramah mempersilahkan kami untuk menempati tempat duduk sesuai boarding pass. Aku dan suami telah memilih tempat duduk disisi tengah pesawat berbadan lebar ini. Wajah-wajah khas China mendominasi penerbangan ke Beijing. Sekilas pandang, aku tak menemukan wajah melayu di dalam pesawat.

Pesawat Air Asia X melayani rute penerbangan internasional jarak jauh ke berbagai tujuan. Bila ingin kenyamanan ekstra, penumpang bisa memesan tempat duduk flat bed (kursi pesawat bisa difungsikan untuk tempat tidur) ataupun memilih tempat duduk di quite area (area khusus di pesawat yang tak memperbolehkan ada penumpang anak-anak untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan).
Aku dan suami cukup puas untuk duduk di area biasa. Toh penerbangan hanya ditempuh dalam 6 jam saja. Untung waktu traveling ke Turki akhir bulan Desember 2014 lalu kami berdua menggunakan maskapai full service Turkish Airlines, kalau ngga bisa kram kakiku karena harus terbang selama 11 jam !
Seorang penumpang laki-laki yang duduk di samping sempat berbicara dalam bahasa Mandarin pada suamiku.
“Sorry sir, I don`t speak Chinese” ujar suamiku padanya sambil tersenyum.
Iapun mengangguk dan gak ngajak bicara lagi. *jangan-jangan si bapak juga kagak tau artinya*
Saat aku mencoba meluruskan kaki yang mulai pegel, pramugari datang menghampiri penumpang untuk membagikan kartu imigrasi berwarna kuning. Aku dan suami mengisi dibagian arrival card serta membiarkan bagian departure-nya tetap kosong.
Aku menikmati menu makan malam yang sudah kupesan via internet sebelumnya (pre-book meal). Menu Big Breakfast tentunya pas kalau dikonsumsi pagi hari, tapi aku sengaja memesan menu ini untuk sekedar menghabiskan sisa uang di dalam saldo credit shell tempo hari. Sayang kan kalau uangnya hangus sia-sia.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Beberapa orang tampak berjalan di lorong pesawat. Aku menoleh ke sebelah kiri, terlihat sepasang muda mudi tengah asyik membaca di Ipad-nya masing-masing. Aksara China terlihat memenuhi layar Ipad salah satu diantara mereka. Entah apa yang mereka baca, aku samasekali gak ngerti… hahaha.
Perlahan aku mencoba memejamkan mata untuk beristirahat. Suamiku masih menulis sesuatu di buku catatannya dengan disinari lampu penerangan mungil diatas kabin. Sayup-sayup terdengar beberapa orang mengobrol dalam bahasa Mandarin. Lama-lama suaranya semakin jelas walau aku gak tahu artinya.
Terlihat 2 orang berdiri tepat di lorong samping kanan sambil bercakap-cakap dengan teman mereka yang duduk di barisan belakangku. Lumayan terganggu sih dengan suara mereka, lah gimana aku bisa tidur?
Rupanya mereka lagi membicarakan kosmetik yang ada di dalam majalah katalog belanja Air Asia. Sepertinya salah satu dari mereka mau membeli kosmetik itu. Karena gak bisa tidur, aku jadi memperhatikan tingkah polah mereka.
“Baru kali ini kita naik pesawat tapi serasa di dalam bus kota. Kok bisa ya mereka ngobrol cuek dengan suara sekenceng itu. Mana sambil berdiri pulak tuh” aku bicara cukup kencang ke suamiku sambil gak habis pikir. *bodo ah, toh mereka gak ngerti juga aku ngomongin apa*
“Itu masalah kebiasaan Mol, kurang tata kramanya” suamiku menimpali.
Hadeeeeeeehhhhh…
MENDARAT DI BEIJING
Cuaca pada malam itu cukup baik. Penerbangan berlangsung lancar nyaris tanpa goncangan yang mengejutkan. Setelah menempuh penerbangan selama 6 jam pesawatpun mendarat mulus di bandara Beijing Capital International Airport (BCIA).
Welcome to Beijing !
Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat di Beijing. Satu lagi mimpiku menjadi kenyataan. Terima kasih Ya Allah. Kulirik jam tanganku saat keluar dari garbarata pesawat. Sudah jam 1 tengah malam rupanya. Kami berjalan menyusuri koridor menuju counter imigrasi. Bandara ini adalah satu dari dua buah bandara yang terdapat di kota Beijing. Bangunannya tampak tak terlalu modern namun masih terjaga cukup baik.
Sebelum tiba di pemeriksaan imigrasi tiba-tiba aku melihat beberapa penumpang berlari-lari dan langsung duduk di lantai sambil berfoto-foto. Apaan sih yang difoto kok heboh banget? Ternyata oh ternyata… bila kita memperhatikan dengan seksama ada sebuah gambar berbentuk 3 dimensi di lantai tersebut, sehingga bila kita berfoto dari sudut tertentu akan terlihat seperti entah berada dimana. Oalaaaahh… hahaha, tau gitu kan aku juga ngikut foto disitu.

Antrian pemeriksaan di imigrasi sangat panjang. Tampak beberapa orang bule di depan antrian kami. Tiba-tiba… eh… kayaknya aku kenal wajah ini ! Kalau gak salah aku melihat seorang mantan vokalis grup band Indonesia bepergian berdua bersama istrinya yang berdiri selang 4 orang saja dari posisiku. Saat akan turun dari pesawat tadi aku sudah melihatnya di area flat bed. Awalnya masih ragu, tapi sekarang terlihat lebih jelas.
Saat melewati pemeriksaan imigrasi, aku melihat sang artis masih tertahan di depan petugas imigrasi. Sepertinya si petugas menanyakan sesuatu hingga ia harus mencari-cari di dalam tasnya. Ah sudahlah… kenapa juga aku jadi kepo yak? Hihihi…
Usai mengambil bagasi di conveyor belt aku masih sempat melihat banyak orang berbelanja di sebuah Duty Free. What? Belanja jam 1.30 tengah malam begini? Oh no!
Aku dan suami siap untuk begadang semalaman di bandara yang luas ini. Padahal sekarang belum jam 2 pagi! Tengah malam begini satu-satunya cara menuju ke pusat kota Beijing adalah dengan taxi. Udah kebayang mahalnya deh, secara kami cuma berdua dan jaraknya jauh. Aku melihat-lihat sekeliling namun tak menemukan kursi yang kosong. Rata-rata sudah terisi dengan orang yang lebih dulu tidur.


Di area ini hanya ada KFC dan Starbucks yang buka 24 jam. Kamipun menikmati minuman hangat dan chocolate muffin dingin (microwave-nya sedang rusak) di gerai Starbucks. Karena lapar di tengah malam, muffin dingin pun terasa nikmat.
Aku mengaktifkan kembali paket data roaming internasional di smartphone-ku. Saat masih di Medan, aku dan suami memutuskan untuk memakai sim card dari Indonesia untuk perjalanan ke China. Kenapa? Kan jadinya mahal?
China terkenal dengan pemblokiran lebih dari 2000 situs, termasuk hampir semua media sosial dan messenger yang biasa dipakai di Indonesia. Google beserta semua produk turunannya (email, maps dan lain-lain), Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Line adalah termasuk aplikasi yang gak bisa dipergunakan di China bila kita menggunakan sim card lokal (China Unicom maupun China Mobile). Kalaupun mau sedikit repot bisa tetap memakai sim card lokal tapi harus menggunakan aplikasi VPN berbayar supaya bisa berinternet dengan lancar tanpa blokir apapun.
Aku sempat browsing kemana-mana untuk mencari informasi tentang VPN itu sampai akhirnya menemukan sebuah blog milik seorang mahasiswi Indonesia yang tengah belajar di China dan menanyakan hal itu lewat email. Setelah mendapat penjelasan darinya, akhirnya aku memutuskan untuk menghindari kerepotan dan memilih untuk menggunakan paket data Telkomsel saja. Google Maps dan Waze bagi kami yang traveling secara mandiri tanpa jasa tour and travel rasanya penting sekali.
Paket Telkomsel Internet Data Roaming Asia (termasuk Malaysia dan China) yang kami gunakan untuk 10 hari perjalanan :
- Paket 7 hari : IDR 480.000 (nett)
- Paket 3 hari : IDR 250.000 (nett)
Total biaya untuk 10 hari : IDR 730.000 (nett)
Cara aktivasi (matikan data terlebih dahulu) : *266#OK->Pilih 3->Pilih 1->Pilih 4->Pilih paket.

Hingga jam 5 pagi kami masih duduk di Starbucks (sambil numpang ngecas smartphone sekalian) hingga sang kasir dengan bahasa Inggris seadanya meminta agar kami meninggalkan tempat itu sebab lantainya akan di sapu dan pel. *judulnya tetap ngusir*

NAIK AIRPORT EXPRESS METRO
Pagi yang ditunggu tiba. Sekitar jam 6 kami berdua turun ke lantai B2 melalui lift khusus. Sebelumnya kami harus kembali melewati scanning dan security check sebelum meninggalkan bandara untuk membeli tiket Airport Express Metro di sebuah loket. Tiket untuk satu kali jalan seharga CNY 25/orang. Dengan metro ini kita bisa menghemat waktu perjalanan dan biaya tentunya. Tak perlu cemas ketinggalan kereta sebab metro ini beroperasi mulai jam 06.35 pagi hingga malam, dengan interval kedatangan setiap 12 menit.




Perjalanan selama 25 menit dengan kereta ekspress ini sungguh nyaman. Diawal-awal kereta hanya melaju di jalur subway (bawah tanah) namun sesekali muncul di permukaan hingga kita bisa melihat pemandangan kota Beijing. Kebetulan pagi itu udara sangat cerah dan matahari bersinar terang. Aku kagum sekali dengan alat transportasi modern di China ini.
Tepat jam 7 pagi Metro Express tiba di stasiun subway Dongzhimen. Kami memilih turun disini sebab akan melanjutkan perjalanan menuju pusat kota Beijing. Perjalanan ini belum selesai. Sambil menggeret koper akupun mencari ticket machine untuk membeli tiket lagi dan meneruskan perjalanan menggunakan metro.
Setibanya di depan mesin, aku sempat bengong melihat aksara China menggunakan huruf Pin Ying tertera di layarnya. Aiih gawat! Dan ternyata di salah satu sudut terdapat opsi memilih tampilan dalam bahasa Inggris *lega*.
Saat akan membayar tiket sebesar total CNY 6, tiba-tiba mesin memuntahkan lembaran CNY yang aku masukkan. Ini terjadi hingga 3 kali. Akhirnya akupun menyadari bahwa mesin hanya menerima uang pecahan CNY 1 dalam bentuk koin, bukan uang kertas.
Usai membeli tiket, aku baru menemukan loket penjualan kartu Yikatong yang sedari tadi aku cari-cari. Sambil mengantri akupun membeli 2 buah kartu Yikatong masing-masing seharga CNY 50/orang (pulsa CNY 30 dengan deposit kartu CNY 20). Yikatong adalah smart card yang berlaku untuk transportasi Metro (subway) maupun bus. Dengan memiliki kartu ini perjalanan menjadi lebih mudah dan hemat sebab hanya tinggal men-tap-kan kartu pada mesin dan pulsa akan terpotong secara otomatis.

Setelah berpindah line hingga 2 kali, tibalah kami di area Wangfujing. Ini adalah sebuah area dimana banyak terdapat pusat perbelanjaan. Aku sengaja memilih untuk menginap disini agar mudah mencapai beberapa tempat wisata terkenal di Beijing sekaligus ingin menikmati suasana malam dengan berjalan kaki di area terkenal ini.
Dari Beijing Capital International Airport —> Wangfujing :
Naik Airport Express Metro turun di Dongzhimen, lalu ganti ke Metro line 2 (biru) turun di Jianguomen, lalu pindah ke Metro line 1 (arah ke Pingguoyuan) dan turun di Wangfujing.



Hmmm… begini rupanya suasana kota Beijing di pagi hari. Aku dan suami menikmati sebentar suasana pagi yang cerah bersuhu 17 derajat Celcius sambil sesekali memotret. Tujuan kami selanjutnya adalah menuju ke hotel Citytel Inn tempat kami akan menginap.
Namun disinilah “bencana” itu dimulai…
Baca sebelumnya : Kuala Lumpur : Awal Sebuah Perjalanan Impian
*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 dan Sony Experia Z3+ (di-resize).
Huhuhu…maaaakkk….. aku pengeeennn.baru cerita kedatangan aja udah seru. Susah ga mak berkomunikasi secara disana semua petunjuk dlm bahasa china trs yg bwrbahasa inggris ga banyak
LikeLike
Hihihi… rasanya nano-nano maaak 😀. Komunikasi justru jadi hambatan pualing gede disana… pening tingkat dewa pokoknya… tapi seruuu 😆
LikeLike
Beijing,,, perjalanan yang menarik dan seru ya kak,,, Dimana Bahasa yang menjadi salah satu hambatan,,, KErennnn
LikeLike
Seru bangeeeet ! Bener-bener kudu siap mental soal kendala bahasa. Stress tapi seru..hihihi 😀
LikeLike
jadi penasaran siapa kah artis yang kakak liat *salah fokus
LikeLike
Hihihi… artis berdarah batak yg bokapnya lawyer Yah 😉😀
LikeLike
Halo Mbak Mollym, salam kenal yaa. 🙂
Asik nih jalan2 ke Beijing walau kendala komunikasi tetep ada. 😀
Btw mengenai pertanyaan mbak Molly di blog mommy carra dah saya balas mbak. Terus di blog ini sendiri mbak pakai H2 kok (yg ini: MENDARAT DI BEIJING)
LikeLike
Hai mas Febriyan… salam kenal juga 😀. Beijing memang bikin pusing (soal makan halal dan komunikasinya) tapi tetep seruuu 😀.
Siip mas, makasih udah direply di blog mommy carra, ntar aku meluncur kesana (lagi) 😊. Aku iseng coba-coba sendiri abis nanya tadi… eh kayaknya berhasil.. hahaha 😆. Thanks ya mas…
LikeLiked by 1 person
Sama2 mbak Molly.
Memang komunikasi dg bahasa yang tak paham itu yang susah ya mbak kalau jalan2
LikeLike
Bener mas… komunikasi jadi gak lancar, malah banyakan pake bahasa isyarat plus bahasa tubuh aja kalau udah bingung… hehehe 😀. Tapi aku gak kapok ke China, malah pingin lagi ke kota-kota lainnya (kalau ada langkah dan rezeki) 😊.
LikeLiked by 1 person
Amin. Moga bisa kesampaian mbak untuk ke sana lagi.
LikeLike
Aamiin… mudah-mudahan ya. Makasih mas 😊.
LikeLiked by 1 person
Waahh, seru yahh.. kayak berada di planet lain yah kak? Semua -semua, pake bahasa dan tulisan mandarin. Jadi mupeng deh, kalau baca blognya kakak..
LikeLike
Hahaha… kami jadi serasa buta huruf lagi Rin, gak ngerti apapun 😀. Yang rada aman cuma pas di bandara doang, selebihnya paraaah ! Tapi China keren, walo tantangannya lumayan berat gegara gagap bahasa & gak begitu mudah nyari makanan Halal 😊. Berani coba ke China Rin? 😉
LikeLike
cakep kali beijing,,, keretanya mirip railink ya mbak
LikeLike
Keretanya memang mirip railink, malah ongkosnya lebih murah (CNY 25 = IDR 56.000) loh, padahal yang di Beijing lebih cepet sampai karena melewati jalur subway dan jalur kereta di atas tanah ☺.
LikeLike
Mbak, mau tanya berkaitan dengan provider yang Mbak gunakan di China. Saya sudah bandingkan XL, Telkomsel, dan Im3 paling murah Telkomsel ya memang dengan adanya paket 480rb itu. Kalau pakai provider indonesia kita nggak perlu repot install VPN kan ya Mbak? Bagaimana dengan wifi disana? Harus menggunakan VPN juga agar tidak terblokir? Lalu untuk pengaktifan paket seperti yang Mbak jelaskan, apa bisa diaktifkan setiba di China? Saya rencana ke China dari tgl 1-8 Juli, tapi tgl 1 nya sampainya tengah malam. Lumayan jadi pas 7 hari kalau dipakai dari tgl 2 nya. Terima kasih sebelumnya atas jawaban Mbak 🙂
LikeLike
Hai mba Febia, kalau pakai provider Indonesia kita gak perlu lagi install VPN. Otomatis bisa dipakai untuk browsing tanpa khawatir ada situs yang diblokir (Google & the gank). Utk wifi, tetap hrs install VPN kalau mau mengakses beberapa situs yg memang diblokir di China. Jadi memang lbh nyaman pakai provider Indonesia aja mba :). Untuk pengaktifannya, sebaiknya dilakukan sewkt msh berada di Indonesia. Kalau diaktifkan setiba di China nanti, khawatir kendala jaringan dan resiko pulsa akan terpotong secara otomatis (pengalaman suami sendiri, sementara saya mengaktifkannya wkt msh di Indonesia, sesaat seblm boarding). Untuk hitungan harinya memang jadi +1 hari lagi. Itu seingat saya mba, soalnya rada lupa krn udah beberapa bulan lalu. Untuk lbh jelasnya bisa ditanyakan langsung ke CS Tsel nya aja, khawatir ada perubahan paket.
LikeLike
Terima kasih banyak penjelasannya Mbak. Saya lihat beberapa blog post Mbak Molly banyak cerita sewaktu ke Beijing dan Xi’an ya, kebetulan saya akan ke 2 tujuan tersebut. Jadi mungkin nanti akan tanya-tanya lagi di post-post tersebut. Sekali lagi terima kasih, sangat membantu 🙂
LikeLiked by 1 person
Sama-sama mba febia, senang bisa membantu. Kalau nanti ada yang mau ditanyakan lagi, silahkan aja ya :).
LikeLike
mba, mau tanya hotel citytel inn , hotel nya bersih ga ya? staff nya bgm. .? saya dan keluarga 2 dws +2 anak mengambil tipe yg family room, apakah mereka staff disana sangat ketat utk hotel rules? tks mba atas info nya
LikeLike
Hai mba Luci, hotel Citytel Inn kondisinya cukup bersih, kamarnya juga clean. Kamar mandinya juga cukup besar, padahal waktu itu kami mengambil type kamar deluxe aja. Staff cukup helpfull, busa berkomunikasi dlm bhs Inggris walo gak fasih. Untuk hotel rules terkait jumlah orang per kamar saya gak bisa memastikan juga mba, karena gak ada pengalaman :).
LikeLike
Mba molly saya mau nanya. Kalo kita pakai Yikatong gak perlu tiket lagikan? Nah seandainya habis begimana mba? terus nemuin koin itu dimana yaa nukernya. Thanks mba
LikeLike
Yikatong itu menjadi kartu ‘sakti’ untuk transportasi kereta subway dan bus umum mas, jadi tinggal di tap aja untuk pemakaiannya. Gak perlu beli tiket manual lagi :). Kalau habis, bisa langsung direload di semua ticket counter di stasiun subway. Tinggal tunjukkin aja kartunya dan bebas mau reload sejumlah yang kita perlukan. Semoga membantu ya :D.
LikeLike
Jadi kangen Beijing nih..kapan ya bisa ke sana lagi?
Aku kesana awal tahun 2014, tapi business trip bukan liburan.
Dan tidak terlalu banyak tantangan karena kemana-mana sama driver
Tapi drivernya nggak bisa speak English. Jadi pernah sekali waktu dia ngomong apa aku nggak ngerti, Sampai harus telpon temen kantor dulu untuk translate.
Kalau inget itu geli sendiri 😀
LikeLike
Ke Beijing memang seru ya mba, tantangan bahasanya itu loh. Hahahaha :)). Tapi aku puas banget akhirnya bisa menaklukkan kekhawatiranku sendiri karena kendala bahasa :D. Coba kalo dikit-dikit bisa bahasa Mandarin, aman pasti. Hehehe 😉
LikeLike
Buku sakunya kok sama mbaaa, tapi aku gambar Paris #eh hihihih waktu ke wangfujing aku malem2 jadi keliatan lebih gemerlap & blm nulis apa2 lagi yg penting ttg perjalanan Beijing dulu XD Sekarang mau nulis lupa2 inget hihihi 😀
LikeLike
Hahaha iya ya😂. Penting juga si buku saku ini ternyata. Kebetulan hotel kami seputara Wangfujing juga, jadi setiap hari pasti lewatin area itu pagi dan malam. Asik ya di sana, bisa cuci-cuci mata. Hehehe. Kadang kalo udah lama suka malea nulisnya siy mba, aku juga gitu. Tapi pelan-pelan coba ditulis aja, apalagi kalo fotonya masih komplit😀.
LikeLike
Untung mampir di sini.
Jadi bisa ikut jalan-jalan ke Beijing ^^
LikeLike
Hehehe senangnya kalau berasa jadi ngikut ke Beijing. Kota yang seru buat diceritakan😀
LikeLike