Traveling : Antara Passion, Budget dan Experience

Awal mula aku mengenal dunia traveling sebenarnya berasal dari orang tua. Sejak kecil mereka selalu mengajak bermain dan membawa jalan-jalan ke tempat-tempat dimana kami bisa menginjakkan kaki-kaki kecil  di rumput sebuah taman. Di sanalah kami tumbuh menjadi anak-anak yang bebas bergerak kemana pun dan terbiasa melihat keindahan. Kini setelah dewasa kami selalu menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan di sekitar kota dan kadang-kadang membuat rencana traveling keluar kota.

2015_0505_09465500

Passion menjadi bagian penting untuk memulai traveling itu sendiri. Passion inilah yang berhasil membuat kita melepas hampir semua hambatan yang ada. Passion bukanlah sesuatu yang bisa diatur. Hal itu akan datang dengan sendirinya  saat kita memulai sebuah perjalanan hingga merancang perjalanan berikutnya.


Traveling is our passion…

Aku dan suami memaknai traveling sebagai sebuah wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan traveling, kami semakin menikmati apapun yang kami lihat dan rasakan selama perjalanan. Karena kami memiliki passion yang sama pada traveling, tak sulit rasanya mengatur momen untuk berdua dan menyepakati destinasi tertentu.

Passion saja ternyata belum cukup. Traveling sendiri bahkan mengandung makna bagaimana mengelola budget dengan baik. Demi terlaksananya kegiatan traveling tadi ada budget yang harus tersedia.

Budget untuk traveling sifatnya personal. Masing-masing orang mempunyai perhitungan budget yang berbeda-beda pula. Jika sekarang ada istilah backpacker lah, flashpacker lah atau (sebagian) orang masih menganggap tourist adalah ‘kasta’ tertinggi dalam traveling, bagiku semuanya hanya istilah saja. Seyogianya traveling itu mengajarkan  bagaimana memaknai sebuah perjalanan untuk mengisi batin dan membuat kita lebih bahagia. 

2015_0505_10085500 (1)

Dalam traveling hal yang terpenting adalah bagaimana memperoleh experience. Pengalaman yang diperoleh saat traveling tentunya bervariasi. Artinya, siapapun yang melakukan kegiatan traveling ingin mendapatkan pengalaman baru yang akan memperkaya wawasan dan membuat manusia menjadi lebih bijak.

Sungguh naif bila ada yang berpikir bahwa pengalaman berharga hanya bisa diperoleh bila melakukan kegiatan traveling dengan budget minim.  Persoalan tentang bagaimana bertahan hidup, mengelola keuangan secara ketat dan kemampuan beradaptasi di klaim menjadi tolak ukur untuk memperoleh pengalaman luar biasa. Padahal itu tidak selamanya benar.

Menurutku, setiap orang berhak menentukan jenis pengalaman apa yang ingin dirasakannya. Dan preferensi tiap orang tentu berbeda pula. Banyak atau sedikit pengalaman yang didapat juga bukan menjadi penentu sebuah liburan jadi menyenangkan atau tidak. Lagi-lagi semua tidak semata-mata tergantung pada berapa besar budget atau jenis experience nya, melainkan bagaimana cara kita menikmati.

Traveling adalah salah satu sarana bagi manusia untuk membuka mata lebar-lebar, belajar tentang kearifan lokal dan menimba pengalaman dari setiap momen yang dialaminya. Oleh sebab itu, berapapun budget yang tersedia untuk traveling, apapun istilah yang dipakai untuk menjelaskan tipe traveling nya, serta apa saja yang menjadi passion di dalam diri kita, kesemuanya ini akan menghasilkan pengalaman yang berbeda-beda pada setiap orang.

Masing-masing orang berhak menentukan berapa besar budget untuk traveling. Terserah mau traveling super irit hingga traveling mahal sekalipun, semuanya tergantung dari pengalaman apa yang hendak dicari.

Sebagai contoh, bila seseorang ingin menuju ke Alaska, ia harus siap untuk merogoh kocek dalam-dalam demi budget yang tak sedikit. Kita tak mungkin bisa mencapai Alaska dengan bermodalkan budget seadanya. Perjalanan menuju Alaska memang membutuhkan biaya mahal, namun pengalaman yang di dapat juga spektakuler.

Artinya, pengalaman traveling yang diperoleh masing-masing orang akan berbeda sesuai budget yang dipersiapkannya. Semua terpulang pada kita sendiri ingin merasakan pengalaman seperti apa dalam kegiatan traveling yang kita rancang.

Pengalaman saat traveling sangatlah personal. Saat kita berada di tempat yang sama sekalipun, pengalaman yang diperoleh tetap takkan sama. Passion setiap orang juga berbeda.

Ada yang menyukai perjalanan penuh tantangan dan mensyaratkan kemampuan bertahan hidup yang tinggi. Ada yang menyukai traveling dengan santai namun sedikit memiliki tantangan. Selain itu, tak sedikit juga orang yang menyukai jenis traveling serba teratur dan terencana baik sesuai itinerary yang dipersiapkan di awal. Tetap saja keseluruhan akan menghasilkan experience yang berbeda-beda.

2015_0505_09595900 (1)

Menurutku pribadi, murah atau mahalnya traveling sangat relatif, tergantung pada experience apa yang ingin dirasakan. Tentu kita tak bisa membandingkan pengalaman naik bus non AC lintas negara dengan naik pesawat full service. Diantara keduanya tak ada yang lebih luar biasa bila dilihat dari sisi pengalaman, toh pengalamannya juga berbeda kan?

Saat berada di Turki tour leader kami pernah mengatakan, “Traveling jangan terlalu mikirin uang, nanti stress dan justru gagal menikmati jalan-jalannya itu sendiri. Jumlah uang yang dikeluarkan menentukan seperti apa pengalaman yang akan kamu peroleh”. Masuk akal juga sih, toh namanya juga liburan.  *sambil ngintip saldo tabungan

Walaupun trend traveling masa kini mengacu pada “semakin murah semakin oke” pada intinya semua kembali ke diri masing-masing. Sebagai traveler yang bijak tentu kita tak perlu merasa paling keren atau paling banyak mencicipi pengalaman dengan memilih ‘genre’ traveling tertentu. Sekali lagi yang namanya passion, budget dan experience dalam traveling sifatnya personal. Walau memang tak bisa dipungkiri bahwa keleluasaan budget menentukan tingkat kenyamanan traveling itu sendiri.

Kita bisa
mengatur jenis traveling seperti apa yang akan dijalani berdasarkan destinasi yang dituju. Bila ingin traveling menuju lokasi yang menawarkan keindahan alam misalnya trekking ke gunung seperti yang dilakukan oleh suamiku bersama dua orang temannya ke Nepal, tentu bisa lebih cuek dan bebas menggendong ransel di punggung. Tidak perlu terlalu pusing memikirkan gaya dan membawa uang berlebih.

Tapi jika ingin traveling ke negara-negara maju seperti Singapura, Hong Kong atau Jepang misalnya, sebaiknya mempersiapkan budget dengan lebih baik. Kenapa? Karena negara-negara maju itu banyak menawarkan wisata belanja berikut fasilitas hiburan modern yang juga tak murah.

Kemegahan dan kemewahan khas kota metropolitan justru bisa kita nikmati secara utuh bila kita punya budget yang tidak pas-pasan.  *kecuali cuma pingin touch down doang. Sebaiknya pelajari dahulu karakter dari destinasi yang dituju agar budget yang dianggarkan sesuai untuk menikmati fasilitas yang tersedia di negara yang bersangkutan.

Akhirnya, karena traveling sifatnya sangat personal maka kita tak mungkin bisa meniru gaya traveling orang lain. Passion boleh sama, budget boleh serupa namun experience nya tetap akan berbeda-beda walaupun berada di tempat/kota/negara yang sama.

Traveling dengan budget minim ataupun budget besar tetap akan mendapatkan pengalaman berharga selama jiwa kita ikut bersama di dalamnya. Yang terpenting adalah melakukan hal-hal sesuai passion. Lalu cukuplah nikmati saja perjalanan masing-masing dengan sebenar-benarnya. Sebab traveling dilakukan bertujuan untuk mengisi jiwa, bukan sekedar memamerkan banyaknya pengalamanmu kepada dunia.




“All travel has its advantages. If the passenger visits better countries, he may learn to improve his own. And if fortune carries him to worse, he may learn to enjoy it.” (Samuel Johnson)

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.