Perjalanan Menuju Istanbul, Turki

Beberapa tahun yang lalu aku sempat berangan-angan untuk mengunjungi negara bulan bintang yang termasyur, Turki. Memang negara ini menjadi salah satu destinasi impianku diantara beberapa destinasi yang ingin aku kunjungi, at least sebelum kaki-kaki ini gak bisa melangkah lagi karena tua. Walau ingin sekali pergi kesana, aku maupun suami justru gak pernah merencanakan perjalanan ke Turki secara serius. Serius maksudnya kami gak pernah dengan sengaja browsing tentang Turki jauh sebelumnya. Ide untuk pergi kesana justru muncul beberapa bulan terakhir menjelang tutup tahun 2014 kemarin. Mulai sejak itulah kami berdua baru mencari informasi yang diperlukan. Intinya, Turki menjadi target destinasi liburan kami sesudah lebaran Idul Fitri 2014. Mendadak? Ya… sedikit… hehehe.

Berpose di depan replika Istana Maimoon di Kuala Namu International Airport

Awalnya kami berdua berencana liburan di bulan Januari 2015, namun karena satu dan lain hal akhirnya diputuskanlah untuk berangkat pada akhir Desember 2014 aja. Kami berdua belum pernah traveling di musim dingin, dan karena Turki adalah negara 4 musim tentunya kami harus mempersiapkan secara khusus untuk keberangkatan kali ini. Rasanya excited banget menjelang hari-hari keberangkatan itu. Semua persiapan udah dilakukan, termasuk mengurus E-visa (electronic visa) sebagai “surat sakti” izin masuk Turki untuk masa kunjungan yang tidak lebih dari 30 hari. Mengurusnya E-visa bisa dilakukan lewat website resmi pemerintah Turki. Persyaratannya juga gak sulit kok, hanya menyiapkan dokumen seperti paspor, akta lahir, print out reservasi tiket pesawat pulang pergi, mengisi form dan membayar biayanya dalam mata uang USD. Bila semua persyaratan dipenuhi maka kita akan mendapatkan E-visaTurkey Single Entry dengan masa berlaku Visa 180 hari sejak kedatangan di Turki dan masa tinggal maksimum 30 hari. Beberapa waktu lalu bila berkunjung ke Turki kita hanya membayar visa saat tiba disana (Visa On Arrival), namun kini pengajuannya harus dengan E-visa. Sebenarnya ini akan menghemat waktu kita mengantri di bandara, sebab bila menggunakan VOA antriannya bisa mengular !

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami berangkat menuju Jakarta terlebih dahulu dari Medan. Tiba di bandara Soekarno Hatta terminal 1B, kamipun bergegas pindah terminal menuju terminal keberangkatan luar negri di 2F. Jarak antar terminal yang relatif jauh tak menyulitkan penumpang sebab tersedia shuttle bus yang lewat hampir setiap 15 menit. Akhirnya tibalah kami di terminal keberangkatan 2F. Karena perjalanan kami kali ini melalui grup tur, tak disangka-sangka saat menunggu waktu check in tiba-tiba namaku dipanggil, pas nengok ternyata mbak Desi Juliesti (biasa dipanggil mbak Ndes) ikut bersama grup tur kami ! Mbak Ndes adalah teman satu kostku dulu sewaktu masih kuliah di Bandung. Dunia memang kecil ya, pertemuan gak sengaja itu seolah-olah jadi ajang reuni kami… hehehe. Ternyata mbak Ndes yang tinggal di Bengkulu berlibur bersama keluarganya. Datang dari kota yang berbeda eh malah ketemunya di Jakarta, satu grup tur lagi.

Tiket pesawat rute Jakarta-Istanbul-Jakarta

Setelah check in dan melewati proses di imigrasi, aku dan suami menunggu di boarding room. Tampak cukup ramai rombongan umrah dari Indonesia yang juga ikut dalam penerbangan menuju Turki nanti. Sekitar pukul 21.00 Wib pesawat Turkish Airlines dengan nomor penerbangan TK 0067 bertolak menuju Istanbul namun akan transit di Singapura selama kurang lebih 40 menit lamanya. Penerbangan Jakarta-Singapura ditempuh selama 1,5 jam.

E-Visa Turki dan boarding pass Turkish Airlines

Tiba di Singapura sekitar pukul 23.00 waktu setempat, kami turun dari pesawat dengan membawa seluruh barang di kabin untuk transit dan security check di bandara Changi. Antrian cukup panjang dan tampak sedikit kehebohan di dekat X-Ray karena harus melepaskan semua atribut (termasuk syal, jaket, topi, jam tangan dan tali pinggang) untuk dimasukkan bersama barang bawaan masing-masing di jalur X-Ray. Lalu penumpang transit harus menunjukkan kembali boarding pass dan paspor sebelum masuk ke ruangan transit. Sedikit merepotkan memang, padahal kita samasekali gak masuk ke area tengah bandara Changi. Kadang-kadang pemeriksaan seperti ini harus dilalui bila melakukan penerbangan ke luar negri. Tak lama kemudian seluruh penumpang transit (plus penumpang baru dari Singapura) masuk kembali ke dalam pesawat.

Turkish Airlines saat mendarat di Changi International Airport, Singapura
Transit di Changi untuk beberapa saat
Rute penerbangan Singapura menuju Istanbul yang cukup jauh

Penerbangan jarak jauh dengan Turkish Airlines cukup menyenangkan. Pesawat berbadan lebar ini dilengkapi dengan masing-masing tv didepan tempat duduk dengan berbagai pilihan channel musik dan film-film terkenal. Disediakan bantal kecil, earphone, selimut, sandal hingga perlengkapan untuk kenyamanan dalam pesawat seperti sikat gigi, pasta gigi mini, lipbalmearplug, kaus kaki dan penutup mata. Selama penerbangan para penumpang diberikan daftar menu makanan yang akan disajikan. Selama penerbangan dari Jakarta menuju Istanbul yang ditempuh dalam waktu 11 jam (huuufftt… capeknya !) penumpang bolak balik diberikan makanan dan minuman. Semua maskapai untuk penerbangan internasional jarak jauh akan melakukan hal yang sama.  Aku sendiri sampai capek makan melulu… hehehe. Senang tapi pegelnya yang gak kuat harus duduk berjam-jam !

Salah satu menu yang dihidangkan selama penerbangan

Sekitar jam 7 .00 pagi waktu setempat tibalah kami di Ataturk International Airport di Istanbul.  Landing yang sangat smooth saat mendarat di Singapura maupun Istanbul membuatku sangat terkesan. Turkish Airlines saat ini adalah maskapai penerbangan terbaik di Eropa. Kalau untuk kelas dunia, saat ini Emirates menempati urutan pertama terbaik lalu disusul oleh Singapore Airlines. Indonesia patut berbangga hati sebab maskapai Garuda International kita menempati urutan ketiga sebagai maskapai terbaik di dunia (Sumber : Best of Turki).

Turkiye`ye Hosgeldiniz (Welcome to Turkey) !

Alhamdulillah, akhirnya aku dan suami menginjakkan kaki di tanah Ottoman ini. Antara Turki dan Indonesia memiliki perbedaan waktu 5 jam, dan waktu di Indonesia lebih dulu daripada Turki. Artinya, saat kami mendarat di Turki pukul 7.00 pagi, di Indonesia udah pukul 12.00 siang hari yang sama. Jetlag? Belum begitu terasa karena saat terbang adalah malam hari dan tiba masih pagi keesokan harinya… hehehe. Bandara Ataturk ini merupakan bandara terbesar di Turki, dan pada tahun 2011 merupakan bandara tersibuk ke-8 di Eropa, bandara tersibuk ke-29 di dunia untuk kategori lalu lintas penumpang, dan urutan ke-17 di dunia untuk kategori lalu lintas penumpang internasional. Selain di Istanbul, Turki juga memiliki bandara lainnya di kota Ankara dan Antalya, namun tak sesibuk di Ataturk Istanbul ini (Sumber : Best of Turki).

Mendarat di Ataturk International Airport Istanbul

Usai melewati pemeriksaan di imigrasi, menukarkan mata uang USD yang dibawa dari Indonesia ke dalam mata uang Turkish Lira (TL) di money changer, mengambil bagasi di conveyor belt, kami beserta para peserta tur dijemput dengan bus pariwisata setempat. Begitu keluar dari pintu bandara, angin bertiup sangat kencang dan seketika itu juga wajahku serasa ditampar… hahaha. Dinginnya menusuk tulang padahal kami udah memakai pakaian lengkap untuk musim dingin ! Bbbbrrr… masih capek karena perjalanan jauh dari Medan menuju Jakarta hingga Istanbul, langsung disambut terpaan angin dan guguran salju di suhu 2 derajat Celcius ! Pokoknya rasanya gak karuan deh… gak bisa mikir saking dinginnya. Masuk ke dalam bus barulah terasa hangat karena ada penghangatnya. Selama perjalanan ini kami akan dipandu oleh local tour guideMr. Gokhan Bektas.

Sejak keluar dari bandara kami langsung memulai perjalanan ini tanpa istirahat. Di perjalanan tour guide menjelaskan banyak hal tentang Istanbul. Satu hal yang aku ingat dari apa yang disampaikannya adalah Istanbul adalah kota yang cukup sibuk walaupun bukan ibukota dari negara Turki itu sendiri. Suasana selama perjalanan mirip dengan ibukota-ibukota negara pada umumnya, termasuk Jakarta.

Ada 3 hal yang diingat tentang Istanbul, pertama adalah kondisi cuacanya yang berubah-ubah, bila sedang musim panas akan sangat panas dan bila sedang musim dingin akan sangat ekstrim dinginnya. Yang kedua adalah kondisi kemacetan khas kota besar (mirip dengan Jakarta kan?) sehingga warga Istanbul terjebak macet selama berjam-jam di jalan. Walaupun begitu mereka tetap suka mengendarai mobilnya sendiri, padahal moda transportasi di sana termasuk lengkap dan murah. Yang terakhir adalah para wanita Istanbul yang sangat “demanding“, maksudnya mereka termasuk wanita yang banyak sekali permintaan kepada pasangannya, terutama terkait dengan musim yang berubah-ubah dimana mereka tak segan untuk minta dibelikan apapun untuk keperluan pribadi selama musim tertentu berlangsung. Eits… ini kata sang tour guide lho ! Hahaha…

Suasana kota Istanbul di pagi hari, lalu lintas padat

Tujuan pertama dari kunjungan ke tempat wisata adalah Sultanahmet Camii atau dikenal dengan Blue Mosque dan Hagia Sofia. Ikutin terus perjalanan kami ke tempat yang sangat indah ini yaa… (bersambung)

2 thoughts on “Perjalanan Menuju Istanbul, Turki

  1. hallo mbk, saya sempat komen di blog mbak tapi mungkin blognya sudah nggak aktif lagi jadi saya putuskan untuk komen disini. maaf kalo boleh tau, waktu ke Turki pakai jasa tour apa ya mbk? terimakasih sebelumnya untuk infonya 🙂

    Like

    • Hai mba Reenasilvia, blog yang satu lagi udah ga di update karena pindah ke blog ini. Waktu ke Turki tempo hari aku pakai jasa Panorama Tour & Travel, mba☺.

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s