Turki yang Menakjubkan (Bagian 5)

Good morning Cappadocia ! Pagi-pagi sekali kami bangun dan bersiap-siap untuk dijemput oleh mobil jemputan dari perusahaan operator Hot Air Balloon di Cappadocia, Royal Balloon. Tepat jam 6 pagi kami udah sampai di tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin menikmati sensasi naik balon udara. Sebelumnya, kami disuguhi sarapan sambil menunggu kabar apakah kondisi alam memungkinkan untuk balon mengudara. Sebab bila cuaca jelek, tak ada satupun operator yang berani menerbangkan balonnya. Alhamdulillah, setelah melihat lampu hijau menyala, kamipun segera dibawa ke lokasi untuk terbang. Yeaayy !!

Foto sesaat sebelum menuju lokasi Hot Air Balloon

Sekitar pukul 7 pagi, kami berdua bersama beberapa orang dari peserta tour yang ikut, menyaksikan tahapan-tahapan sebelum balon mengudara, mulai dari mengisi gas agar balon mengembang hingga posisi siap untuk mengudara. Satu persatu dari kami naik ke dalam keranjang yang cukup sempit itu. Sekitar 13 orang plus seorang pilot berada di dalam satu keranjang. Sebelumnya, kami telah mendapatkan instruksi tentang hal-hal yang harus diperhatikan selama berada diatas untuk menjaga keselamatan bersama.

Perlahan-lahan balon udara pun mulai meninggalkan tanah dan samasekali gak terasa mual, tanpa goncangan dan sangat smooth. Rasanya sangat menyenangkan melihat kami begitu tinggi mengudara. Ini benar-benar pengalaman yang gak bisa dilupakan ! Excited banget ! Akhirnya mimpi untuk naik Hot Air Balloon di Cappadocia terkabul juga. Walau harganya relatif mahal, namun sepadan dengan pengalaman dan momen indah yang bisa kita nikmati selama mengudara setinggi 1000 meter diatas tebing-tebing batu . Untuk naik Hot Air Balloon ini dikenakan biaya sebesar USD 220/orang atau sekitar IDR 2.750.000/orang (kurs saat itu 1 USD = IDR 12.500). Dan untuk bisa menikmati perjalanan dengan balon udara ini harus reservasi terlebih dulu, paling tidak 1-2 hari sebelum hari H, sebab peminatnya sangat banyak sementara hanya ada beberapa puluh operator penyedia jasanya.

Semburan gas mengisi balon udara
Menyaksikan keindahan lembah dan bebatuan di Cappadocia dari ketinggian

Kawasan berbatu Cappadocia ini terlihat sangat indah bila disaksikan dari ketinggian. Bebatuan itu terbentuk sekitar 10 juta tahun yang lalu ketika beberapa gunung berapi disana meletus. Lahar dari gunung berapi ini mengalir ke lembah, berikut dengan abu vulkanik dan batuan geologi (dibantu oleh banjir dan angin) bersama-sama membentuk sebuah formasi batuan menarik dengan bentuk yang bermacam-macam seperti cerobong, tiang, topi, kerucut, berbentuk jamur dan batu-batu runcing lainnya. Formasi batuan itu dikenal dengan nama Peribacalari (Sumber : Best of Turki).

Balon udara terbang perlahan, sesekali menurunkan ketinggian hingga kita bisa melihat dengan jelas lubang-lubang batu yang ada di bawah. Lembah-lembah yang tercipta karena kejadian alam memang sungguh luar biasa keindahannya. Aku mengabadikan semua ini dengan kamera mirrorless-ku, begitu juga dengan suamiku, bahkan sesekali ia merekam gambar dan membuat video menggunakan action camera Go Pro Hero 4 milik kami yang dibawa dari Medan… hehehe.

Setelah 1 jam mengudara, balon perlahan-lahan menurunkan ketinggian. Sambil mencari lokasi pendaratan, terlihat mobil jeep juga bergerak mengikuti arah balon yang terbang rendah. Saat hampir mendarat, pilot pun melemparkan tali ke bawah lalu sekitar 3 orang menarik tali tersebut untuk ditambatkan ke sebuah pohon yang ada. Lalu perlahan-lahan balon mendarat, namun bukan di tanah melainkan tepat diatas besi baja yang terdapat dibelakang mobil jeep tadi.

Sebelumnya, kami sempat diinstruksikan bila pilot mengatakan “landing position” maka tak boleh memotret lagi dan mengambil posisi menghadap sisi luar keranjang dengan kaki sedikit tertekuk dan tangan memegang tali yang terdapat di sisi dalam keranjang. Hal ini dilakukan untuk keselamatan saat pendaratan, sebab pernah ada kejadian turis yang bandel dan akhirnya malah terlempar kebawah ! Hiiii… mengerikan ! Untunglah pilot kami yang cakap ini sukses mendaratkan keranjang balon tepat diposisinya tanpa benturan yang berarti, Alhamdulillah.  Kamipun bertepuk tangan karena telah mendarat dengan selamat dan mendapatkan pengalaman yang menakjubkan.

Selanjutnya, kami diajak untuk ikut mengempeskan balon tadi dengan cara menginjak-injaknya. Lucu… seru… fun banget pokoknya.. hehehe. Lalu di lokasi pendaratan telah disiapkan gelas-gelas, buah strawberry, champagne, orange juice, buku tamu dan medali-medali. Kamipun mencicipi buah strawberry dan minum champagne atau orange juice (boleh pilih), kemudian mengisi buku tamu sembari diberikan ucapan selamat sambil mengalungkan medali ke setiap orang. Setelah itu kami berfoto bersama untuk merayakan pengalaman indah ini. Aku dan suami merasa sangat bersyukur bisa menikmati semua momen yang sangat berkesan tadi.

Matahari baru muncul ketika balon udara sudah mendarat
Foto bareng dengan sang pilot

Sekitar pukul 9 pagi kami kembali ke hotel sambil menjemput peserta tour lain yang tak ikut menikmati naik balon udara. Lalu kami menuju ke Avanos Village, tempat produksi kerajinan karpet Turki yang sangat terkenal. Disana kami dijelaskan asal mula pembuatan karpet tersebut hingga menjadi sebuah karpet yang indah. Karpet-karpet tersebut ada yang terbuat dari bahan katun, bahkan ada yang dari bahan sutera. Yang berbahan sutera sangat cocok dipakai di musim panas karena sifat bahannya yang dingin. Sambil memperlihatkan beberapa koleksinya, kamipun disuguhi Cay. Semua koleksinya indah, bahkan ada beberapa jenis karpet yang bila digoyangkan akan berubah warna ! Wow… luar biasa ! Harga karpet-karpet tadi cukup mahal, untuk yang berbahan katun seukuran sajadah aja harganya mencapai IDR 3 juta… Waduh ! Bahkan ada yang seharga IDR 400 juta per potong nya. Kira-kira siapa yang sanggup beli semahal itu ya?

Wanita Turki sedang membuat karpet

Usai dari tempat kerajinan karpet, kamipun dibawa ke 2 lokasi untuk sekedar photo stop, yaitu di PigeonValley dan dibawah kaki Uchisar Castle. Salah satu dari peserta tour bahkan sempat berfoto diatas seekor unta… hehehe.

Pigeon Valley

Bus kembali bergerak menuju suatu tempat yang sangat indah, disana kami bisa mencicipi ice cream Turki yang terkenal itu. Aku sengaja gak mencicipinya dengan alasan alergi (karena terbuat dari bahan susu kambing) sekaligus dingiiiin… hehehe. Di lokasi ini kami berfoto-foto sambil beristirahat sejenak.

Keren banget view-nya !

Berfoto dengan latar belakang pohon dengan simbol biru keberuntungan ala Turki
Waktu duduk-duduk di cafe, eh ada kucing putih… mirip almrh. Dudut

Gak terasa hari udah siang, untuk makan siang kali ini kami dibawa ke salah satu restoran yang terletak di bawah tanah, Uranos Sarikaya. Suasananya ya seperti di zaman batu (serasa Flinstone nih.. hehehe). Disana kami menikmati set menu hingga tak perlu repot-repot lagi. Makanan di Turki ini sangat khas, walaupun menghidangkan nasi namun bukan sebagai makanan utama, sebab makanan utama di Turki adalah roti (Ekmek dalam bahasa Turki). Dimanapun berada selalu tersedia roti berbagai ukuran dan jenis. Sambil menikmati hidangan kami dihibur oleh alunan alat musik khas. Oya, nasi yang terhidang rasanya bukan seperti nasi lho, lebih tepat disebut pulut ketan… hehehe. Aku sih menikmati aja apapun yang dihidangkan, gak rewel untuk urusan makan, yang penting halal. Makan nasi model begini sebenarnya juga bukan sesuatu yang aneh karena kebetulan mamaku di Medan suka memasak nasi minyak, rasanya hampir miriplah.

Lorong menuju ruang makan restoran
Sempat berfoto dengan pemain musiknya
Kira-kira begini penampakan menu nasi ala Turki, porsinya juga sedikit dan agak berminyak.

Setelah makan siang perjalanan dilanjutkan menuju Goreme Open Air Museum. Goreme adalah ibukota dari Cappadocia. Pada tanggal 6 Desember 1985 tempat ini ditetapkan menjadi salah satu warisan dunia oleh UNESCO. Di tempat ini terdapat sebuah bangunan gereja lengkap dengan tempat makan para rahib, ruang kuburan, biara, dapur dan gudang bawah tanah. Dalam biara-biara tersebut kita bisa melihat gereja berarsitek abad ke-7 hingga abad ke-12 (Sumber : Best of Turki).

Tiket masuk yang bentuknya sama untuk seluruh tempat wisata yang ada di Turki

Sepanjang jalan banyak orang berjualan souvenir di sekitar Goreme Open Air Museum
Souvenir-souvenir indah

Hari itu kami memiliki cukup banyak waktu setelah mengunjungi Goreme Open Air Museum, namun bus akan tetap kembali ke hotel. Dasar kami berdua gak betah diam, begitu sampai di hotel kami langsung keluar lagi untuk berjalan-jalan mencari tempat nongkrong di sekitar hotel. Berjalan kaki sejauh 200 meter, terlihat jejeran toko-toko, supermarket (sempat membeli beberapa potong coklat disana) daaaannn… voila, kami menemukan sebuah cafe mungil. Pas banget udara sedingin ini rasanya kok lapar ya… hehehe. Jadwal tour yang padat memang nyaris gak memberikan kesempatan bagi kami untuk sekedar jalan-jalan menikmati Turki, seperti yang biasa kami lakukan bila jalan mandiri kemanapun kami traveling berdua. Begitu ada kesempatan seperti kali ini, kami berdua tak menyia-nyiakannya, walau udara dingin dan angin berhembus kencang, kami berusaha memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk mengeksplor apa yang ada di sekitar hotel.

Suasana kota tak jauh dari hotel tempat menginap
Mencicipi Turkish Pizza di Firin Express, Cappadocia

Sampai di dalam cafe, pramusaji yang cantik memberikan daftar menu pada kami. Waduh, semua makanan dan minuman yang tertera disitu dalam bahasa Turki ! Mana gak ada contoh gambar makanannya lagi. Entah kenapa, walaupun kebanyakan warga Turki bisa berbahasa Inggris, kali ini si mbak yang cantik gak mengerti apa yang kami tanyakan dalam bahasa Inggris. Ditanya minuman panas atau dingin aja dia bingung… hehehe. Wah.. wah… akhirnya dengan pedenya suamiku memesan Salgam, ternyata itu adalah minuman yang terbuat dari wortel yang difermentasi ! Kebayang gak sih rasa dan aromanya yang bener-bener aneh?! Aku aja pas icip langsung mual… hahaha. Akhirnya suamiku memesan Cay saja seperti aku. Kami juga memesan Lahmacun, yaitu Turkish Pizza. Penasaran aja bagaimana rasa pizza ala Turki ini.

Ada kejadian lucu, saat menunggu pizza datang, sekonyong-konyong muncullah sepiring salad sayur mentah tanpa mayonaisse, hanya ada sepotong jeruk lemon. Kami heran, pesan pizza kok salad yang muncul?  Setelah menunggu hampir 5 menit, akhirnya aku menyantap salad sayur mentah yang asam itu. Kalo di Indonesia makan salad kan pakai mayonaisse, nah disini mereka cuma sediakan jeruk lemon. Mau nanya kan susah, secara pramusajinya aja gak bisa berbahasa Inggris (kacau banget deh pokoknya !).

Sesudah 15 menit, barulah the real pizza alias Lahmacun tadi muncul. Kamipun menyantap pizza setengah lingkaran yang tipis itu. Ternyata cara makan Lahmacun yang benar adalah salad sayur yang udah diberikan perasan jeruk lemon tadi diletakkan diatas roti pizza, lalu digulung barulah kemudian dimakan ! Ya ampuuun, ini dia namanya gak ngerti tapi gak bisa bertanya… hiks. Dan aku baru tau cara makannya seperti itu sesudah kami kembali ke hotel. Lahmacun adalah pizza tipis khas Turki, dengan topping daging cincang dan rempah-rempah. Biarpun salah cara memakannya tadi, yang penting kami udah mencicipi pizza khas Turki… hehehe. Mbak pramusaji tadi memang lucu, waktu menanyakan password dari wifi yang ada disana, tiba-tiba dia menyerahkan bill pesanan kami! Oalaaah… gak ngerti rupanya ya… hehehe.

Segelas Cay, salad dan Lahmacun

Usai menikmati pizza dan black tea (Cay), kamipun kembali ke hotel. Angin berhembus semakin kencang dan sangat dingin, hingga jaket tipisku tak sanggup lagi menahan dinginnya. Untung aku ada bawa jaket satu lagi, akhirnya aku langsung melapisnya menjadi dua. Dinginnya luar biasa ! Tiba di hotel kami beristirahat sambil menunggu waktu makan malam sekitar jam 7. Besok kami akan melanjutkan perjalanan menuju ibukota Turki, Ankara (bersambung).

6 thoughts on “Turki yang Menakjubkan (Bagian 5)

Leave a reply to Molly Cancel reply