Usai mengunjungi masjid tertua di Beijing, aku dan suami kembali ke area Wangfujing saat menjelang malam. Suasana di tempat ini tampak semarak diterangi oleh lampu-lampu kota dan lampu yang berasal dari bangunan yang ada disekitarnya. Ramai orang berjalan kaki menyusuri jalan. Pada malam hari suhu udara terasa lebih sejuk, berkisar antara 14 derajat hingga 17 derajat Celcius.

Di waktu tertentu jalanan yang biasa dilintasi oleh kendaraan ditutup sebagian agar bisa dipergunakan untuk para pejalan kaki. Ini membuat kami merasa nyaman berjalan-jalan tanpa khawatir akan tertabrak oleh kendaraan yang melintas.
Wangfujing merupakan area perbelanjaan yang sangat terkenal di Beijing. Dimulai dari Beijing Hotel di persimpangan jalan dekat stasiun subway Wangfujing exit B hingga ke ujung jalan, beberapa shopping mall tampak berjejer di kanan dan kiri jalan.
Deretan toko-toko memenuhi area perbelanjaan ini. Sebuah gedung book store yang lumayan besar (terdiri dari 7 lantai) juga tersedia di Wangfujing. Selain itu tampak pula beraneka food stall di beberapa ruas jalan. Sungguh tempat yang sangat ideal untuk menghabiskan malam yang cerah.
Selain itu, di Wangfujing juga terdapat sebuah katedral yang dikenal dengan Katedral St.Joseph serta kompleks kedutaan asing seperti kedutaan Prancis, Italia, Belgia, Hungaria, Inggris, Rusia, dan Spanyol.
BERBURU KULINER EKSTRIM
Hah?? Ngapain berburu kuliner ekstrim? Eits… jangan buru-buru menghakimi, karena ini bukan pengadilan *lalu dilempar kalajengking hidup*. Siapa sih yang gak tau kalau China adalah salah satu tempat di dunia yang menyediakan aneka kuliner ekstrim. Seperti apa sih ekstrimnya?

Di Wangfujing sendiri aku dan suami menemukan 2 (dua) lokasi snack street yang ramai dan terkenal. Salah satunya adalah Wangfujing Snack Street yang berlokasi tak jauh dari Oriental Plaza. Di sebuah lorong (hutong) di sisi kanan jalan terlihat sebuah gapura (biasa disebut Paifang) yang berhiaskan ornamen khas China. Disana terdapat beberapa restoran kecil serta kedai penjual makanan ringan.
Pengunjung sangat ramai sekali malam itu sehingga aku sedikit kesulitan untuk mengambil foto. Sesuai dengan namanya, aneka jajanan ada disini. Sepertinya sih rata-rata non halal. Kedai penjual kuliner ekstrim seperti sate kalajengking, sate bintang laut serta sate kuda laut tampak dipenuhi pengunjung yang berebut mengambil foto (termasuk kami). Cuma difoto saja tanpa harus membeli sepertinya gak membuat penjualnya merasa keki, sebab itu menjadi salah satu daya tarik dari wisata kuliner di China.





Aku dan suami memilih untuk sekedar melihat-lihat saja sambil terus menyusuri lorong yang dipadati oleh manusia. Sepertinya tak ada makanan yang bisa kami beli disini. Aku bolak-balik menoleh ke arah belakang dan samping untuk memastikan keberadaan suamiku karena khawatir tersesat di tengah lautan manusia.
Saat tiba di ujung lorong sebelah kiri, kami mendengar suara seperti sedang ada pertunjukan. Ternyata benar, disana terdapat sebuah panggung berukuran kecil dan terlihat seseorang yang berpakaian adat China kuno sedang tampil. Beberapa pengunjung tampak mengamati sambil duduk maupun berdiri. Seorang pengunjung bule bahkan sempat merekamnya lewat smartphone. Kamipun ikut menikmati pertunjukan tunggal itu untuk beberapa saat.

Bila berjalan ke sisi kanan dari snack street tadi, kita akan menemukan deretan penjual souvenir di sebuah lorong sempit. Aku hanya melihat-lihat saja tanpa membeli, mengingat di tempat ini memerlukan keahlian menawar tingkat tinggi! Para penjual yang lumayan galak memberikan harga yang tak masuk akal dan malam itu aku sedang tidak mood untuk saling adu tawar. Aku pikir, besok-besok sajalah kalau ingin membeli souvenir. Kami pun segera meninggalkan lorong ini dan kembali ke hotel.
Pada kesempatan berikutnya kami kembali menyusuri jalur pedestrian di Wangfujing dengan berjalan kaki. Kali ini kaki-kaki kami melangkah ke sebuah mall besar. Kami juga melihat-lihat sebuah pameran foto yang terdapat di jalanan. Hembusan angin malam terasa sejuk hingga aku memakai syal di leher supaya tidak batuk.
Oya, cara membuat simpul pada syal seperti foto dibawah ini aku peroleh saat kami berdua mengunjungi Turki akhir tahun 2014 lalu. Kebetulan saat itu sedang musim dingin, sehingga mengharuskan memakai syal kemana-mana.
Seorang bapak penjual aksesoris di Wyndham Petek Hotel Turki tempat kami menginap memberitahukan cara memakai syal ala wanita Turki, karena ia melihat syal yang aku pakai dililit dengan cara seperti pria memakai syal di Turki, bukan wanitanya. Hahaha… ada-ada aja ya, tapi akhirnya aku mendapat pengetahuan baru tentang itu.




Saat tiba di sebuah persimpangan, aku melihat ada keramaian di jalan Donghuamen. Oh.. kami tiba di sebuah night food market yang terkenal, yakni Donghuamen Night Food Market.


Lagi-lagi deretan penjual makanan memenuhi sisi kanan dari ruas jalan Donghuamen ini. Ada yang menjual dimsum, bebek goreng, cemilan, hingga kuliner ekstrim seperti sate kalajengking, kuda laut, bintang laut dan lain-lain.
Aku sempat melihat dua orang gadis berhijab tengah membeli manisan buah. Menguping dari cara bicaranya ternyata mereka adalah orang Indonesia juga. Aku dan suami sudah mencoba membeli manisan buah ini di tempat lain. Rasanya manis segar gitu. Kebetulan buah yang aku beli adalah anggur hijau.


Menghabiskan malam di Wangfujing rasanya tak pernah puas. Tempat ini memiliki magnet tersendiri bagi siapapun yang berkunjung ke Beijing. Tak harus menghabiskan uang untuk berbelanja, sekedar window shopping ataupun menikmati suasana disana rasanya sudah cukup menyenangkan. Yang pasti, aku akan sangat merindukan tempat ini!
Baca sebelumnya : Tersesat di Beijing !
*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6,GoPro Hero 4 Silver, dan kamera mirrorless Fujifilm X-M1 (di-resize).
widihhhh,,,, kalajengking men,,, Ekstrim banget kulinernya,, gk pernah pikir bakalan makan sate bintang laut n kalajengking
LikeLike
Penasaran sih sama rasanya… tapiiiii… aaaaaa… ngeri jugaaaa.. hehehe 😀.
LikeLike
Hiiiiiii….. ngeliatnya aja geli tu sate2 gimana makannya. Baunya aneh ga mak?
LikeLike
Baunya siy kayak gorengan biasa mak.. tapi kalo rasa aku gak tau secara gak berani makan.. hiiiiii 😀.
LikeLike
dulu itu aku beli souvenir juga di sini ;p.. tp memang ya makanan susah bner -__-.. akhirnya aku dan suamipun makan di restoran yg kita tau ada porky nya, tp yg kita pesen bukan pork sih.. 😀 .. sudahlah ya… masalah piringnya bks porky ato daging sapi dan porkynya disimpen sebelahan, aku udh ga mikirin
LikeLike
Emang mba… nyari makan halal ribet banget di Beijing ini 😣. Kami sedapat mungkin tetep nyari resto muslim atau kalo belum nemu ya ganjal perut pake snickers hahaha 😀. Untung juga sempet bawa pop mie dari Indonesia 6 biji, lumayan buat darurat mba 😊. Soal makan memang dilematis yah… pingin makan tapi ragu, gak dimakan tapi lapar… huuuffftt 😀.
LikeLike
manisan buahnya enak ga? sepertinya manis2 gula gitu 🙂
LikeLike
Enak siy mba… manis n kriuk gitu rasanya karena dilapis pake gula beku. Aku suka yang anggur hijau😀.
LikeLike
Kak Molly suka sekali sama ulasannya sangat membantu ketika minggu kemaren saya mengunjungi beijing. Temenku sempet beli sate daging di wangfujing street. Aku sempet cicipin. Setelah makan aku mikir jangan jangan ini daging tikus. Btw rasanya enak lembut. Ishhhhhh gak lagi lagi deh
LikeLike
Hai Mena, thanks ya udah mampir ke blogku. Beli makanan di area Wangfujing memang harus dipastikan dulu apa itu. Yang sulit sebetulnya bagi Muslim, karena kebanyakan non halal.
LikeLike
wedew kalajengkingnya masih idup pula. itu aman ngak ya racunnya? hahah pengen nyobain tapi takut mencret2 abis makan
LikeLike
Aman kok, buktinya banyak juga yang penasaran sama rasanya. Tapi kalau perutnya sensitif mendingan skip aja😀.
LikeLike