Bila kita melangkahkan kaki menuju arah Barat sekitar 100 meter dari Bell Tower, lalu berjalan melewati Drum Tower maka akan terlihat Muslim Quarter. Tempat ini memiliki sejarah panjang. Konon di masa lalu sejak perdagangan Jalur Sutera Lama (kuno) yang dimulai dari kota Xi`an, para utusan diplomatik asing dan sejumlah pedagang dari Persia dan Arab datang ke sini. Mereka datang untuk melakukan perdagangan, lalu menetap hingga menikah dan mempunyai anak. Sejak itulah populasi mereka bertambah secara bertahap. Kini sebagian besar penduduk di Muslim Quarter adalah keturunan orang-orang migran.

Masyarakat Muslim yang tinggal disana disebut sebagai etnis Hui. Mereka hidup berdampingan dengan etnis Han secara harmonis. Tempat tersebut lama kelamaaan menjadi sebuah perkampungan Muslim. Dengan adanya berbagai kelompok etnis yang berdiam disana, suasana di Muslim Quarter terasa kental akan perpaduan budaya. Pengunjung bisa melihat akulturasi budaya antara China dan Arab melalui sosok mereka yang memiliki wajah yang sangat khas dan cara berpakaiannya.
Muslim Quarter sendiri cukup luas bila dijelajahi. Terdapat beberapa ruas jalan dan lorong-lorong disana. Dengan luas sekitar 1.800 meter persegi, tempat ini sepintas mirip sebuah labirin, dimana bila kita tidak mengenali jalan maka sangat mungkin akan tersesat dan berputar-putar untuk menemukan jalan keluar.

Sangat menyenangkan bila kita berjalan-jalan di Muslim Quarter. Pepohonan yang rindang serta jalan yang ditutupi oleh bebatuan berwarna gelap membuat kita nyaman berada disana. Bila musim panas tiba, pengunjung akan terhindar dari panasnya sinar matahari yang menyengat. Di kedua sisi jalan terdapat beberapa bangunan yang bentuknya merupakan perpaduan dari bentuk bangunan pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1911).
Walaupun ruas jalan disana tak terlalu besar namun harus berhati-hati bila berjalan kaki sebab beberapa kendaraan seperti becak bermotor, sepeda motor diesel, dan mobil juga ikut melintas di tempat itu. Di saat-saat tertentu bahkan terdengar suara-suara klakson kendaraan disertai suara orang yang menyuruh untuk minggir saat akan melintas. Cukup memekakkan telinga !

Semua Ada di Sini !
Muslim Quarter (Huimin Jie) sangat terkenal dengan aneka kulinernya. Memasuki area ini rasanya seperti menemukan surga makanan ! Aroma harum merebak kemana-mana. Sesuai dengan namanya, semua kuliner yang tersedia di tempat ini dijamin HALAL. Hal ini ditandai dengan tulisan Arab yang tertera di plang nama tempat-tempat makan disana.
Di China, tempat makan Muslim selalu ditandai dengan warna yang serba hijau. Mulai dari restoran, kedai makan minum hingga stall makanan menyajikan hidangan yang sangat menggugah selera.

Seluruh penjual makanan di Muslim Quarter adalah etnis Hui yang beragama Islam. Wajah mereka sangat khas. Untuk menunjukkan identitasnya, para pria mengenakan peci dan wanitanya mengenakan jilbab. Tak peduli tua ataupun muda. Pemandangan yang tak biasa ya? Aku kebetulan berdomisili di kota Medan yang notabene banyak terdapat etnis Tionghoa, merasakan suasana yang amat berbeda dibanding tempat asalku itu. Sebagai sesama Muslim, menyaksikan pemandangan seperti ini bikin hati langsung terasa adem… hehehe.


Mencicipi Kuliner Khas Sampai Puas
Aku dan suami berjalan kaki dari hotel menuju ke Huimin Jie. Perut sudah keroncongan sedari tadi. Sekitar beberapa ratus meter kami berbelok ke kiri dan menemukan letak Muslim Street. Di salah satu sudut tampak ramai orang duduk-duduk di bawah sebuah tenda. Mereka ngapain ya? Rupanya mereka sedang kumpul-kumpul sambil bermain judi mahyong. Kelihatannya ini sudah menjadi semacam tradisi di China, sama seperti saat aku dan suami mengunjungi Summer Palace di Beijing tempo hari.
Baca juga : Menengok Keindahan Summer Palace dan Temple of Heaven

Tak jauh dari tempat tadi, aku melihat di sebelah kanan jalan ada seorang wanita tengah mengaduk-aduk potongan tahu di atas wajan datar yang panas. Saat mendekat, tercium aroma yang lezat. Ah, bisa kalap kalau begini!
Aku yang penasaran (bercampur lapar) langsung membeli potongan tahu berbumbu yang dipotong kecil sebesar dadu. Harganya pun tak mahal, hanya CNY 10. Potongan tahu ini rasanya sedikit spicy dan agak asin, tapi aku suka. Bumbunya sangat terasa di lidah. Kalau dimakan terus-menerus bisa menimbulkan efek haus… hahaha. Lumayan lah untuk mengganjal perut yang keroncongan.

Berjalan kaki sejauh 30 meter, aku melihat dua orang lelaki muda yang menjual semacam roti kering berukuran besar mirip sebuah tampah. Aku membelinya seharga CNY 10. Ukurannya yang besar tentu gak bisa aku habiskan sendiri. Akupun mengunyahnya berdua dengan suami sambil menyusuri jalan-jalan di Muslim Quarter.

Di seberang jalan terlihat sebuah mini market. Aku masuk ke dalamnya untuk membeli sebotol air mineral. Haus juga rasanya setelah mencicipi dua jenis street food tadi. Saat duduk-duduk sejenak di depan mini market tadi, ada dua orang gadis remaja yang berada tak jauh dari kami.
Dalam obrolan singkat, suamiku sempat bertanya asal mereka. Ternyata mereka adalah pelajar asal Taiwan yang sedang berwisata ke Xi`an. Saat iseng-iseng bertanya apakah mereka tahu tentang Indonesia, malangnya mereka tak tau dimana Indonesia. Rupanya masih banyak yang belum mengenal Indonesia yang sangat indah itu *prihatin. Tugas kitalah sebagai wisatawan yang perlu mengenalkan Indonesia pada saat traveling ke luar negri seperti ini.
Kami berdua terus berjalan melewati para penjual makanan maupun minuman. Menjelang pukul 6 sore tempat ini semakin padat oleh pengunjung. Rupanya ini adalah malam Minggu. Pengunjung berduyun-duyun menyambangi kawasan ini untuk berburu kuliner, memotret suasana di Muslim Quarter, atau sekedar melihat-lihat souvenir.

Walau kaki terasa cukup pegal karena telah berjalan sejauh ini, rasa penasaranku belum juga hilang. Aku ingin melihat Drum Tower dan Bell Tower yang berada tak jauh dari tempat ini.
Benar saja, di ujung jalan tampak sebuah bangunan tinggi berhiaskan lampu-lampu. Ternyata Drum Tower berada tepat di balik dari Muslim Quarter ini. Karena hari sudah mulai gelap, Drum Tower ditutup untuk pengunjung. Mungkin besok atau lusa kami akan mengunjunginya.

Cuaca pada malam itu cukup nyaman, walau terasa sejuk namun angin tak berhembus terlalu kencang. Aku mengenakan jaket kulit tipis untuk melindungi dari udara dingin. Lokasi Muslim Quarter memang tepat berada di tengah kota. Di sekitar tampak shopping mall dan hotel berbintang. Benar-benar sebuah lokasi yang strategis.

Aku dan suami mencicipi berbagai kuliner yang ada di Muslim Quarter. Saking banyaknya pilihan terkadang sampai bingung sendiri. Rasanya semua mau dicoba… hahaha. Sayang perutku punya keterbatasan daya tampung alias gak sanggup makan banyak sekaligus.
Saking rindunya dengan nasi dan efek lapar berat, kami berdua menyempatkan makan malam di sebuah kedai di sana. Nasi putih dihidangkan dalam sebuah mangkuk khas China. Aku memesan dua macam lauk untuk kami nikmati berdua. Soal rasa, hmm… lumayanlah. Tumis kacang panjang yang kupesan rasanya perpaduan antara asin, spicy, dan agak pedas. Susah menjelaskannya.



Di kesempatan lain, aku mencicipi berbagai macam olahan mie yang terkenal di China. Ada hidangan mie berkuah kaldu bening seperti mie sop di Indonesia dengan citarasa yang berbeda. Ada mie yang berbentuk lebar, disajikan dalam mangkuk yang telah diberi campuran saus tertentu dan diberi topping daging sapi dan sayuran (disebut Liangpi).
Ada pula mie yang dihidangkan dengan kuah mirip kari, lengkap dengan potongan daging sapi/ayam, sedikit sayuran, aneka rempah (salah satunya kapulaga). Aku yang tak terbiasa makan mie berkuah kari seperti ini merasa bumbunya sangat medok. Bahkan aku gak sengaja sempat menggigit sepotong kapulaga karena tak kelihatan. Yeaaakh… lidah langsung pedar !


China merupakan salah satu negara dengan jumlah masyarakat pengkonsumsi teh yang besar. Tetapi justru aku sangat jarang melihat orang memesannya bila makan di kedai/restoran. Ternyata harga minuman teh di China terbilang cukup mahal sehingga pengunjung lebih memilih untuk memesan jenis minuman lain seperti soft drink yang lazim dipesan.
Bila memesan teh akan dihidangkan lengkap dengan tekonya yang bisa diminum beberapa kali. Teh di China memang harum dan nikmat sekali walau tak pernah dihidangkan dengan gula. Sebagai penggemar teh aku tentu tak melewatkan untuk memesannya setiap kali makan di restoran/kedai.

Di China ada jenis mie yang cukup unik, namanya Cold Noodles. Mie ini disajikan dingin bercampur kuah yang mirip seperti kuah kacang (peanut sauce) dan tidak terlalu kental. Rasanya agak sedikit manis menurutku.
Selain itu ada pula burger khas yang dikenal dengan istilah chinese burger (Roujiamo). Bentuknya mirip sandwich dan berisi daging sapi/kambing yang dicincang serta diberi saus pedas. Tersedia juga isian berupa potongan sayuran dan telur bagi vegetarian.

Di salah satu sudut jalan ada sebuah kawasan dimana banyak sekali terdapat kedai makan ala steamboat. Pada suatu kesempatan kami berdua mencicipi chinese steamboat/hot pot di salah satu kedai yang tampak ramai sekali. Pasti enak dan murah nih, pikirku. Disana tersedia lemari pendingin berukuran besar yang berisi berbagai jenis makanan, termasuk daging sapi/kambing, aneka seafood, mie, tahu, aneka jenis jamur, bakso dan bermacam-macam sayuran yang bisa dipilih sendiri. Whoaaaa… bisa maruk nih.
Iseng-iseng kami pun mengambil seporsi daging lamb yang sudah berbentuk gulungan dan diiris tipis-tipis. Menurut penjual disana, daging lamb ini sangat enak.



Pokoknya puas deh makan chinese steamboat di tempat itu. Harganya itu loh… murah banget ! Rasanya juga enak. Pantas saja selalu ramai pengunjung hingga terkadang harus mengantri.
Di Muslim Quarter banyak sekali penjual camilan lezat. Kami sempat mencicipi beberapa jenis camilan yang sangat terkenal dan wajib dicoba. Kalau soal citarasa, rata-rata sih enak !

Di Xi`an daging sapi maupun domba lazim dipotong kecil-kecil dan ditusuk dengan potongan kayu lalu dibakar di atas bara api (mirip sate). Terdengar suara mendesis dan banyak kepulan asap kala daging yang telah diberi bumbu khusus itu menyentuh api. Makanan ini biasa disebut Rouchuan.














Kami berdua menghabiskan waktu berjalan-jalan di Muslim Quarter hingga malam menjelang hampir setiap hari. Itupun belum keseluruhan tempat berhasil kami jelajahi saking banyaknya. Muslim Quarter ini merupakan salah satu tempat yang wajib dikunjungi bila ke Xi`an. Bagi Muslim, ini adalah surga makanan halal.
Kalian sudah berkunjung kesini?


Menuju ke Muslim Quarter :
Naik subway line 2 ke Bell Tower Station, keluar melalui Exit B. Berjalan sekitar 250 meter ke arah Drum Tower yang berada di seberangnya. Muslim Quarter berada tepat di belakang dari Drum Tower.
Baca sebelumnya : Xian Kota Tua Bagi Umat Muslim di China
The purpose of a journey is not only to arrive at the goal but also to find enjoyment by the way (Henry van Dykes)
*Foto-foto ini diambil menggunakan smartphone Samsung Galaxy S6 dan kamera mirrorless Fujifilm X-M1 (di-resize).
Pengen nyoba Liangpi 🙂
LikeLike
Liangpi itu mienya yang unik, lebar-lebar. Mereka bikin sendiri loh😀.
LikeLike
yang jual daging kambingnya cakep. koperin dong kak mol :p
LikeLike
Hahahaha… lumayan buat cadangan jodoh kan Yah :p
LikeLike
Sial jadi laper liat foto2nya 😂
LikeLike
Hihihi… ini memang postingan berbahaya😀😀
LikeLike
Waaahhh, keren jadi pengen coba semua makanannya. Btw, kakak sanggup yah makan segitu banyak, eh berdua sama si babang deh..
Entah kapan bisa ke sana.
LikeLike
Pas disana memang kalap Rin, segala mau dicoba. Pelan-pelan dimakan atu-atu hehehe😀. Balas dendam gegara payah cari makanan halal pas di Beijing.. hihihi. Recommended pokoknya Rin, kudu kesana😀.
LikeLike
Duuuh…mb Molyta, aku udah ngebayangin berada disana dan melahab semua makanannya…*nggak heran deh kalo aku gembul..hihi
LikeLike
Kalo disana memang asli kalap mba Ika… aroma masakannya bikin ngences hahaha😀. Pulang dari Xi’an naik timbanganku… huhuhu :p. Tapi emang enak-enak siy yaaa ;).
LikeLike
Hati tenang makanpun lahap ya kak..mana enak2 smua pula. Kayanya jatah makanan 3 hari dilahap semalam deh itu hahahha….
LikeLike
Hihihi… judulnya balas dendam mba Muna, gegara susah nyari yang halal plus hanjeut pajoh pas di Beijing… hahahaha😂😂.
LikeLike
itu street foodnya beneran bikin ngeces ya 😀 pengen nyobain semua…
LikeLike
Iya mba Pipit… asli bikin laper melulu.. hahahaha😀
LikeLike
Seperti martabak ya kali ya mba itu.. Makanan yang pertama kali mengisi perut mba Molly hehheehe.. Itu yang main judi orang muslim di muslim quarter juga atau chinese nya mba (nanya terus). Btw Aku selalu tergoda kalau melihat stall makanan di hiujie min ini.. Foto foto kuliner nya menggugah selera mba.. Keren.
LikeLike
Itu tofu berbumbu mba, tampilannya mirip martabak tapi gak kering.. hehehe. Trus yang main judi bukan yang chinese muslim nya… tapi yang non muslim😀. Judi udah jadi tradisi untuk mereka disana. Hihihi… makachi mba, kalo kulinernya mantap banget deh… huuufft… bawaan laper mulu😀.
LikeLike
mbak molly, moslem street tuh bukanya hanya malam hari atau seharian?
LikeLike
Muslim street bukanya mulai dari pagi sampai malam hari mba Susi, hanya aja kalau pagi gak terlalu ramai pengunjungnya :).
LikeLike
Thanks infonya mbak
LikeLike
Sama-sama mba☺.
LikeLike
Pening kali awak liat nya, bukan mulut aja, mata pun jadi ngences liat semua foto nya 😂😂😂
Semoga sempat jelajah kuliner disana nanti 😄
LikeLike
Aamiin😀. Hahaha… payah nahan selera disana, rasanya semua mau dicoba😂 *ikut ngences lagi lah*
LikeLike
Mba naksir sama pria chinese berpeci hehehe….
Di Xian makanan khasnya apa ya mba? Apa steamboat itu?
LikeLike
Hihihi… coba kalo bisa tu cowo diboyong aja ya mba😂. Makanan khas di Xi’an ada beberapa, salah satunya chinese burger (roujiamo) dan aneka steamboat/hot pot.
LikeLike
huwaa mau kue beras ketan yg pake saus kurmanyaaa
LikeLike
Rasanya enak dan ga terlalu manis, pas lah buat cemilan hehehe😀
LikeLike
Ahhhh nikmatnya kalau di negara yang “deg2an makan” nya ketemu tempat kayak gini. Eh btw, Xi’an itu dimana ya? China sebelah mana gituu.. hahaha aku cuma taunya yg mainstream2 doang.. Macau, HK. Maap cetek ih aku ini haha.
LikeLike
Hihihi kalo pas kami di Beijing susyaaaah nyari halal food, nah pas ke Xi’an ketemu surga kuliner halal jadi langsung maruk semua pingin diicip hahahaha😂. Nikmat dan unik makanannya. Xi’an itu kira-kira arah Barat nya China mba, di bawah Beijing. Kalo HK n Macau udah di ujung bawaaaaah banget n ga termasuk bagian dari China daratan.. hehehe😀. Cobain ke Xi’an mba… recommended !
LikeLike
Duh mupeng. Seneng banget jalan2 ke luar negeri klo banyak resto halal, jalan2 jadi tenang. 🙂
LikeLike
Kalo di Xi’an mah aman bin tenang soalnya banyak kuliner halalnya, yang ribet tuh pas di Beijing mba :(.
LikeLike
mbak molly, mau nanya lagi nih
kalau dari tooyo hotel ke muslim street nya bisa jalan kaki? ato mesti pake metro lagi?
LikeLike
Dari Toyoo Hotel bisa langsung jalan kaki aja sekitar 300 meter nuju ke Muslim Street nya :).
LikeLike
Itu cara pilih makanan dari menunya gmn mb? Tulisannya mandarin semua 😭
LikeLike
Disitulah tantangannya😁. Kalau ngga ada foto makanan, ya udah pasrah aja😊
LikeLike