Naik Kendaraan Umum untuk Mengurai Kemacetan dan Meningkatkan Kualitas Hidup

Bermukim di kota besar artinya bersiap untuk menghadapi banyak tantangan. Sewaktu lulus kuliah sekitar akhir tahun 90-an lalu, aku bahkan tidak berencana untuk melanjutkan hidup di kota metropolitan seperti Jakarta. Kondisi kemacetan yang parah sudah terbayang di depan mata. Membuat aku malas bila harus berjibaku melawan macet setiap hari untuk bisa tiba tepat waktu di tujuan.

Kemacetan di kota Jakarta

Sekarang sudah tahun 2018. Nyatanya, drama kemandekan lalu lintas di hampir seluruh ruas jalan utama tak kunjung usai. Aku sering mendengar keluhan teman-teman yang bekerja di Jakarta perihal kelelahan berkendara menuju kantor. Demi tidak terlambat, mereka bahkan harus berangkat kerja sebelum pukul 6 pagi! Sementara aku yang bermukim di Medan masih bisa leyeh-leyeh di rumah pada jam yang sama.

Kemacetan kini menjadi sesuatu yang tak dapat dihindari, terutama bagi warga yang tinggal di wilayah Jabodetabek. Suka atau tidak, mereka harus rela kehilangan banyak waktu di jalan.

Kemacetan ternyata memberi dampak yang tidak sedikit. Produktivitas kerja ikut menurun seiring dengan stress dan perasaan kesal saat berhadapan dengan problem lalu-lintas. Ini dialami oleh masyarakat yang memilih untuk membawa kendaraan pribadi menuju tempat kerjanya.

Sebagian orang masih mementingkan sisi kenyamanan maupun privacy dalam berkendara. Hal itulah yang membuat mereka memilih tetap membawa mobil atau sepeda motor miliknya. Padahal menyetir kendaraan sendiri membutuhkan kondisi tubuh yang prima, loh. Bagaimana pun juga konsentrasi tinggi dan stamina yang baik adalah kunci utama bagi setiap pengendara.

Situasi jalan yang sulit diprediksi dan pengendara lain yang ugal-ugalan turut memengaruhi kondisi psikologis seseorang. Kebanyakan merasa sangat lelah saat tiba di tempat kerja. Otomatis ini berdampak pada menurunnya produktivitas mereka.

Produktivitas kerja menurun akibat stress di jalan

Belum lagi biaya yang harus dipersiapkan, seperti biaya bensin, ongkos parkir, dan biaya perawatan rutin kendaraan yang dipergunakan tadi. Kalau dihitung-hitung, ternyata biaya tersebut cukup tinggi dan berpotensi menguras isi kantong.

Lantas apa solusinya?

Kini di zaman yang mengutamakan kecepatan, tak bisa dipungkiri bahwa manusia dituntut untuk senantiasa bergerak. Dalam sehari barangkali ada sejumlah tempat yang jadi prioritas untuk dikunjungi.

Nah, daripada terjebak oleh macet yang tak kenal ampun apa salahnya bila kita mencoba untuk naik kendaraan umum saja. Pemilihan moda transportasi umum tersebut bukan tanpa alasan. Dengan memanfaatkannya, kita bakal terhindar dari pemborosan waktu.

Selama duduk nyaman di atas kendaraan umum kita pun dapat memanfaatkan waktu untuk hal lain seperti membaca atau beristirahat. Tidak perlu stress lagi akibat menghadapi keruwetan jalan raya ibukota. Pikiran lebih tenang, mood membaik, dan bisa menghemat biaya. Kita juga dapat bekerja lebih produktif karena terhindar dari stress terselubung.

Menurut Bambang Prihartono selaku Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), wilayah Jabodetabek mengalami kerugian hingga Rp 100 Triliun setiap tahunnya yang diakibatkan oleh kemacetan. Wow, sungguh jumlah yang fantastis!

Tidak mungkin untuk terus-menerus menambah kapasitas jalan maupun ruas jalan yang ada. Tanpa disadari, ada efek panjang sebagai konsekuensi dari kondisi tersebut.

Dalam keadaan macet, otomatis terjadi pembakaran bahan bakar kendaraan dalam waktu lama. Karbondioksida yang dihasilkan turut menyumbang polusi udara dan menyebabkan kesehatan masyarakat ikut terusik. Akibat dari kesehatan yang terganggu adalah menurunnya produktivitas dan berdampak pula pada kondisi perekonomian.

Oleh sebab itu Pemerintah sudah melakukan berbagai cara untuk mengurai kemacetan tersebut, seperti :

  1. Pengaturan kendaraan pengangkut barang
  2. Pemberlakuan ganjil genap untuk kendaraan pribadi
  3. Penggunaan lajur khusus untuk angkutan umum

Pemerintah dalam hal ini Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bekerjasama dengan berbagai operator untuk menambah armada bus premium di Cibubur dan Tangerang. Tujuannya agar para pengguna kendaraan pribadi mau beralih menggunakan kendaraan umum.

Naik bus solusi untuk kemacetan kota Jakarta

Saat ini di Tangerang sudah tersedia 43 armada bus premium JR Connexion yang berlokasi di BSD Griya Loka, ITC BSD, Alam Sutera, Tangerang City, dan Summarecon Mall Serpong.

Begitu pula di Cibubur yang telah tersedia 60 armada bus premium JR Connexion yang berlokasi di beberapa komplek perumahan seperti Metland Transyogi, Legenda Wisata, Citra Grand, Cibubur Country, dan Cibubur Residence.

Duh, malas naik kendaraan umum karena kurang nyaman, ah!

Eits, jangan buru-buru menganggap remeh. Aneka transportasi premium yang disediakan oleh BPTJ tadi mengutamakan kenyamanan bagi para penumpangnya. Penambahan armada baru tersebut menghilangkan stigma buruk akan kendaraan umum yang tak laik jalan selama ini.

Masih ingat kan, ada beberapa perluasan kawasan ganjil genap arus lalu lintas yang diberlakukan oleh Pemerintah. Ternyata setelah berjalan selama 6 minggu, kecepatan rata-rata kendaraan yang melalui ruas jalan itu naik sebesar 44,08%.

Begitu juga perbandingan jumlah kendaraan dengan kapasitas jalan dalam satu waktu (VC Ratio) ikut turun rata-rata sebesar 20,37%. Bahkan terjadi pula penurunan emisi CO2 rata-rata sebesar 20,30%. Artinya ada harapan perbaikan kualitas udara di Jakarta yang selama ini tercemar oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor.

Julukan Jakarta kota polusi tentu sangat tidak diharapkan. Bila kondisi udara yang dihirup oleh warga ibukota tidak mengalami perbaikan, tentu akan berdampak buruk pada kualitas hidup serta kesehatan mereka. Masalah saluran pernafasan, pneumonia, hingga jantung koroner bisa mengintai setiap saat.

Jumlah volume kendaraan menjadi salah satu penyebab masalah kemacetan dan polusi udara di kota besar, termasuk Jakarta. Bahkan kota Medan tempat tinggalku pun belakangan mulai mengalami hal sama. Menyelesaikan permasalahan kemacetan lalu lintas Jakarta memang bukan perkara mudah. Selain upaya serius dari Pemerintah tentu dibutuhkan pula peran serta dari masyarakat itu sendiri.

Sewaktu berlangsungnya #AsianGames2018 baru-baru ini, tersedia lebih banyak angkutan umum sebagai bentuk kompensasi dari kebijakan transportasi. Harapannya tentu ini menjadi sebuah momentum agar kita sudi beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Walau bukan bermukim di ibukota, aku ikut gemas jika mendengar permasalahan macet yang tak kunjung usai. Lagi-lagi semua terpulang pada kesadaran diri sendiri. Kalau tidak mau menua di jalan, apa salahnya beralih ke kendaraan umum untuk mendukung mobilitasmu. Teman-teman bisa menghemat waktu dan biaya tentunya. Hati senang dan semua urusan bisa terselesaikan tepat waktu.

Sebagai #AnakKota, mari budayakan #AyoNaikBus sebagai bentuk kepedulian kita terhadap masalah kemacetan di ibukota dan upaya untuk meningkatkan produktivitas.

Ayo Naik Bus di Jakarta

18 thoughts on “Naik Kendaraan Umum untuk Mengurai Kemacetan dan Meningkatkan Kualitas Hidup

  1. Setuju sekali mbak, saya juga sepertinya pengen merubah gaya hidup menjadi pecinta kendaraan umum. Lagipula penggunaan kendaraan pribadi sangat tidak sehat, karena kita tidak banyak pergerakan ditambah di kantor juga gak banyak bergerak yang ada malah jadi sakit. Dengan menggunakan kendaraan umum akan meningkatkan mobilitas kita sebagai pejalan kaki sehingga badan menajdi lebih sehat. Tulisan yang sangat bagus mbak. Salam

    Like

    • Terima kasih, ya😀. Bener banget, soalnya kita kadang ngga sadar kalau ternyata jadi kurang bergerak. Kalau pakai angkutan umum setidaknya kita jadi berjalan kaki dan bikin tubuh ngga jadi manja☺.

      Like

  2. sewaktu pertama kali ke luar negeri kak, itupun ak masih ke singapur. memang beda kali kultur anatara pengendara n pengguna transportasi umun antara indo n singapur.

    rasanya kalau di indo itu yg perlu diperbaiki pola pikirnya pengendara, bukan pengguna transportasi umum.

    nyatanya kendaraan umum sekarang jauh lebih nyaman dan akan terus ditingkatkan. tp kenapa masih malas naik kendraan umum ya

    Like

    • Semua kembali lagi ke masalah mental orangnya, Sab. Ditambah ngga ada penerapan aturan yang tegas. Jadinya kayak di Indonesia, orang sulit tertib dan suka seenaknya. Coba kalau ada hukuman tegas kayak Malaysia atau Singapura, pasti awalnya terpaksa dan lama-lama jadi terbiasa☺. Naik kendaraan umum itu menurutku tergantung mindset masing-masing. Kalau semua orang sudi, pasti bisa mengurangi masalah macet di ibukota.

      Like

    • Hehehe thanks, Aip. Iya betul, kalau masih milih mengendarai mobil sendiri malah banyak stressnya, ya. Dan beruntung kondisi angkutan umum sekarang udah makin baik.

      Like

  3. aku sebenarnya lebih suka naik kendaraan umum, karena menurutku lebih praktis ya. ga ribet mikir parkir dsb. tapi kondisi kendaraan umum kadang nggak mendukung, apalagi di daerah seperti tempatku tinggal sekarang. jadi ya gitu deh 🙂

    Like

    • Balik lagi ke kondisi angkutan umumnya juga, ya. Semoga makin bagus dan nyaman, supaya kita ngga perlu lagi bawa kendaraan pribadi kemana-mana. Aku juga sebetulnya suka naik kendaraan umum☺.

      Like

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.