Mungkin tak banyak orang yang tau mengenai kehidupan pribadiku. Ada hal-hal menarik yang terjadi dalam perjalanan hidup, terutama sejak berumah tangga. Sisi lain inilah yang nyaris tidak pernah dibagi kepada orang lain, cukup hanya aku dan suami yang merasakannya. Namun, ada peristiwa dan pengalaman unik yang rasanya ingin dituangkan dalam bentuk cerita selama kami bersama-sama.

“Molly udah confirm tiket pesawatnya kan?”, tanya suamiku.
“Udah bang, semua udah ok, nanti pas check-in di bandara Molly kabari” jawabku.
Tak ada yang aneh dengan percakapan tadi, yang unik adalah … aku merencanakan berlibur bersama suamiku namun kami tidak berangkat bersama-sama. Nah loh?? Iya … memang begitulah kondisinya, karena pada kenyataannya (saat itu) aku tinggal di Medan sementara suamiku bertugas di Batam. Kami rutin bertemu setiap bulan, saling mengunjungi bergantian, sebab pada waktu itu aku masih memiliki usaha salon di Medan yang rasanya sayang aku tinggalkan.
Rencana perjalanan liburan kami harus diatur sedemikian rupa agar 2 orang yang berbeda lokasi tetap bisa berlibur bersama di tempat tujuan. Pemilihan maskapai penerbangan hingga menentukan jadwal keberangkatan/kepulangan dengan pesawat menjadi hal yang harus diperhatikan. Bagaimanapun juga, aku harus memilih rute penerbangan yang melewati kota Batam sebelum tiba di tempat tujuan. Alhamdulillah, selalu ada jalan di setiap rencana yang kami buat.
Beberapa catatan perjalanan liburan yang aku ingat, saat kami ingin berlibur ke Jogjakarta, aku berangkat sendiri dari Medan menuju Batam menggunakan maskapai Batavia Air, sebab rutenya adalah Medan-Jogjakarta via Batam. Transit di Batam dan turun dari pesawat menunggu keberangkatan berikutnya menuju Jogjakarta. Di ruang tunggu pesawat, tampak suamiku udah menanti disana. Lalu kami sama-sama menaiki pesawat yang tadi membawaku dari Medan, menuju ke Jogjakarta. Seat number-pun kami atur saat aku check-in di bandara Polonia (saat itu) supaya tempat duduk kami tidak terpisah karena suamiku check-in dari Batam. Beruntung, seat number kami tak pernah selisih jauh. Aku bahkan pernah meminta penumpang disebelahku untuk bertukar tempat agar aku bisa sebaris dengan suamiku dalam pesawat !
Yang paling mengharukan adalah saat kami harus kembali dari perjalanan liburan. Menggunakan maskapai yang sama, kamipun berangkat bersama namun untuk tujuan yang berbeda. Suamiku turun di Batam, sementara aku masih melanjutkan perjalanan hingga ke Medan. Perpisahan pun tak terelakkan lagi. Pamitan dan berpelukan di dalam pesawat karena berpisah dalam perjalanan harus kami alami. Beberapa penumpang mungkin memandang heran, sebab kami bukanlah partner perjalanan melainkan sepasang suami istri.

Begitu pula saat kami ingin berlibur ke Bali. Aku berangkat sendirian dari Medan pagi-pagi (waktu itu jadwal keberangkatannya jam 07.00 Wib) menggunakan maskapai Lion Air, transit di Batam, lalu berangkat bersama menggunakan pesawat yang juga sama menuju Surabaya dan duduk bersebelahan. Tiba di Surabaya kami masih harus tukar pesawat menuju ke Bali (maskapai Wings Air). Hampir sama juga kejadiannya seperti ke Jogjakarta tempo hari, karena aku pulang ke Medan sendirian walau tidak di hari yang sama saat kami tiba di Batam.

Tak jarang pula kami berpisah di bandara karena masing-masing terbang dengan tujuan yang berbeda. Berpisah di bandara Hang Nadim Batam, kami menggunakan maskapai yang berbeda, waktu keberangkatan yang hampir sama (memang sudah diatur pada waktu membeli tiket pesawatnya), menunggu di boarding room yang bersebelahan sebab suamiku harus meeting di Pekanbaru sementara aku kembali ke Medan. Begitu juga perpisahan di bandara Soekarno Hatta Jakarta, walaupun sama-sama berangkat dari Medan menuju Jakarta, tetap aja kami harus berpisah saat pulang dari sana sebab aku pulang ke Medan, sementara suamiku berangkat ke Pekanbaru untuk meeting. Apalagi kami menggunakan maskapai yang berbeda pula, sehingga mengharuskan check-in di terminal keberangkatan yang berbeda ! Wuiiihhh …
Begitulah beberapa pengalaman kami dulu, mungkin tak bisa semua diceritakan. Saat ini kami sudah tinggal bersama di satu kota, Medan, karena suamiku sudah kembali ke homebase-nya. Aku tak pernah menyangka akan mengalami semua hal itu. Menurutku ini adalah pengalaman berharga sekaligus mengharukan yang mungkin tak semua pasangan suami istri merasakannya. Kebanyakan pasangan `kan berangkat maupun pulang pasti bersama-sama.
Di tahun 2014 ini, aku mengalami lagi hal seperti itu …
“Molly harus nyusul babang ke Jakarta ya, soalnya nanti lama kita gak ketemu …” ujar suamiku.
“Iya bang, sesudah babang selesai trainning di Bogor, nanti Molly nyusul ke Jakarta “ jawabku.
Sesudah ditinggal hampir seminggu karena suamiku trainning di Bogor, aku menyusul ke Jakarta. Walaupun hanya punya waktu di akhir minggu selama 3 hari, cukuplah bagi kami melepas rindu. Sebab suamiku masih harus melanjutkan perjalanan lagi hingga ke Makassar dan aku tak mungkin diboyong kesana karena ini urusan pekerjaan. Akhirnya perpisahan di bandara Soekarno Hatta pun terjadi lagi, karena maskapai Garuda Indonesia membawa kami ke tujuan yang berbeda walau berangkat di waktu yang hampir bersamaan. Aku kembali ke Medan, dan suamiku menuju Makassar.
“Molly baik-baik di Medan ya … hati-hati, jangan telat makan”, pesan suamiku sesaat sebelum masuk ke ruang tunggu di gate 3 Terminal 2F.
“Jaga diri disana ya bang, sabar-sabar … nanti kabari kalo udah nyampe”, pesanku padanya sambil mencium tangan dan memeluknya karena akupun harus masuk ke ruang tunggu di gate 5 Terminal 2F.
Tak ada orang yang tau apa yang ada dalam hati kami pada saat itu. Sesungguhnya yang namanya perpisahan itu gak pernah enak ! Aku mungkin termasuk beruntung mempunyai pasangan yang cukup mengerti sehingga ia merencanakan semua perjalanan ini khusus untuk aku, agar kami berkesempatan ketemu sebentar di Jakarta sebelum akhirnya berpisah untuk waktu yang cukup lama. Kami menghabiskan weekend dengan perasaan senang, sengaja kali ini aku maupun suami tak mengabari teman yang di Jakarta sebab kami gak ingin waktu yang hanya sedikit itu terganggu, walaupun akhirnya ada juga yang tau keberadaan kami disana … hehehehe. Benar-benar quality time yang diatur sedemikian rupa. Kami telah menikah belasan tahun, namun hal-hal seperti inilah yang membuat hubungan kami tetap terjaga baik (kalau ribut-ribut sih pasti ada, namanya juga berumah tangga). Dan kami melakukannya dengan cara tersendiri.
“Sampai ketemu lagi ya bang, I`m gonna miss you …”
(Tulisan yang ditujukan khusus untuk suamiku …)
