Tak Pernah Bosan ke Penang (Bagian 3)

Hari ke-3 di Penang… masih disambut matahari pagi yang cerah. Membuat semangat untuk melanjutkan acara liburan ala kami berdua yang selalu ingin mengeksplor sudut-sudut kota setiap tempat yang kami kunjungi. Bagi kami, liburan adalah moment untuk melepaskan diri sejenak dari rutinitas, menyegarkan pikiran, dan tentunya seru-seruan berdua . Moment yang intim namun dikemas dalam aktivitas yang menyenangkan bagi kami tentunya.

Well… kita sarapan aja dulu yuk ! Hari Senin itu kami sarapan di tempat yang berbeda, masih di Jalan Gurdwara, kami memasuki sebuah kedai sarapan yang tak terlalu besar namun cukup banyak orang membeli makanan disana. Sayang, aku lupa nama kedainya… hahaha.

Seorang bapak keturunan India melayani kami dengan cukup ramah saat aku menanyakan apa saja yang tersedia disana. Hmmm… sepertinya pagi ini aku pingin sarapan Chapati + Karee, suamiku juga memesan menu yang sama. Di meja kasir, tampak makanan mirip kue, menurut si bapak tadi itu adalah Kue Manis. Aku pun lantas memesan 2 buah kue manis (penasaran seperti apa sih rasa manisnya).

Roti Chapati + Karee India

Chapati adalah salah satu makanan khas India yang terbuat dari tepung terigu yang berbentuk seperti roti datar (flatbread). Rasanya enak dan cukup mengenyangkan, apalagi dihidangkan dengan kuah kari, citarasanya jadi semakin kuat. Kuah kari disini juga enak, tidak medok.

Kue manis yang kupesan rasanya benar-benar manis. Sedikit mirip dengan kue-kue asal Aceh (kebetulan aku orang Aceh) yang rasanya dominan manis. Bagi yang tak menyukai rasa manis yang kuat, sebaiknya tak usah makan kue ini… hehehe. Dan sepertinya makanan-makanan ini cukup menjadi booster untuk hari ini hingga menjelang siang nanti.

Kue Manis… manisnya juara ! Hehehe..

Hari ini kami memulai perjalanan dari KOMTAR, menaiki Free Shuttle Bus dari halte no 9, tujuannya adalah Jetty (Weld Quay). Lalu kami meneruskan dengan berjalan kaki menyusuri Gat Lebuh Armenian, hingga akhirnya kami memutuskan untuk naik becak dayung aja karena panasnya mulai menyengat (padahal masih relatif pagi). Tujuannya adalah ingin menelusuri Georgetown dan melihat beberapa Mural (lukisan dinding yang menjadi ciri khas Georgetown) sambil memotret ala Street Photography.

Salah satu yang terkenal adalah “I Want Pau” Mural.  Tentunya tak melewatkan kesempatan untuk mengabadikannya lewat kamera.

“I Want Pau” Mural
“Pilih mana… duit atau bakpao dek?” Hahaha…

“Fortune Cat” Mural adalah salah satu dari 12 mural kucing yang dibuat untuk menciptakan kepedulian terhadap hewan liar dan yang ditinggalkan. Wow… mulia sekali ya? Soalnya aku pecinta kucing juga…

“Fortune Cat” Mural
Souvenir yang banyak dijual di tepi Armenian Street
Kucing sebagai pemikat jualan
Jadi ingat si Kinchi, kucing di kompleks rumahku di Medan
Masih dengan kucing-kucing

“Skippy Comes to Penang” adalah mural yang dilukis oleh ASA (Artists for Stray Animals).

“Skippy Comes to Penang” Mural
Tiang yang bentuknya unik
Kedai Sepatu Bermanik Nyonya yang masih tutup

“Little Children on a Bicycle” mural adalah satu dari hasil karya terbaik Ernest Zacharevic. Ia telah melukis beberapa mural di Georgetown, sejak saat pertama kali mengunjungi Penang di tahun 2012, dan telah berkali-kali melukis sebagai bagian dari Mirrors Georgetown Project.

Batik Painting Museum Penang
Mural yang menempel pada fasad I-Box Museum of Glass

“Wo Ai Nee Malay Indian” adalah mural yang menggambarkan Gadis China, Melayu dan India dalam gaun yang sama.

“Wo Ai Nee Malay Indian” mural
Armenian House
Pose di depan I-Box Museum of Glass… sekalian numpang ngadem
Salah satu mural yang letaknya di dalam lorong sempit
Minion

Kaki berjalan di tengah panas, rasa haus dan letih mulai terasa. Walaupun kami naik becak, ternyata setelah dihitung-hitung lebih banyak jalan kakinya daripada berada di atas becaknya… hahaha. Di sepanjang Cannon Street terdapat beberapa toko yang menarik untuk dilihat-lihat. Ada toko yang menjual pernik-pernik dan aksesoris, mirip seperti yang pernah kami lihat di Jonker Street, Malaka. Yang begini ini mengundang rasa ingin tau dan masuk kedalamnya. Akupun berhasil membeli sebuah kalung burung hantu… hehehe.

Sambil berjalan kaki menyusuri jalan, di depan tampak menara mesjid, itu adalah Masjid Melayu (Jamek) Lebuh Acheh. Walau tak bisa memotret sisi dalam mesjid, kami sempat berkeliling area mesjid. Mesjid ini didirikan oleh Tengku Syed Hussain bin Abdul Rahman Aideed pada tahun 1808 bagi para pemukim Hadhrami Arab. Sampai hari ini keturunan dari keluarga masih tinggal di pemukiman sekitar mesjid.

Ada cerita lucu saat kami berada di atas becak. Tiba-tiba seseorang dari anggota komunitas sepeda yang berdiri di depan becak kami, menunjuk ke arah kamera yang sedang aku pangku sambil tertawa dan berkata “Ouw… you two so romantic with the umbrella… let me take pictures of you”.

Hahahaha… aku sempat geli sendiri saat ada lelaki chinesse muda menawari itu, tapi dasar banci foto tentunya aku ngga akan melewatkan kesempatan ! Gimana ngga surprise, biasanya kan kita yang minta tolong dipotret sama orang, eh… ini malah ada orang yang menawarkan diri memotret kita. Mungkin dia juga geli campur kasihan melihat kami berpanas-panasan dengan payung pink di atas becak ! Thank you, yaaa… hehehe.

Ceria d iatas becak… padahal panasnya minta ampun !
“Bruce Lee ” mural… ciaaaattt !!

Kami sempat masuk ke dua tempat yang letaknya berdekatan, yaitu Hock Teik Cheng Sin Temple dan Yap Kongsi.

Yap Kongsi

Usai melihat-lihat sisi dalam dari kedua tempat ini, kamipun minta diantarkan ke Muntri Street karena disana ada The Camera Museum dan Purrfect Cat Cafe. Tempat yang sangat ingin aku kunjungi sejak sebelum berangkat ke Penang.

Setelah mengunjungi 2 tempat tadi, tiba-tiba hujan mulai turun rintik-rintik. Kamipun bergegas mencari tempat berteduh di Penang Road sambil menunggu Free Shuttle Bus menuju KOMTAR. Lalu kami berdua melanjutkan perjalanan ke Gurney Drive dengan Rapid no 101 (bisa juga dengan no.103 dan beberapa nomor bus lainnya, bisa dicek sendiri di Terminal bus). Kamipun sempat berkeliling di Gurney Paragon Mall dan Gurney Plaza, lalu menjelang senja kami duduk-duduk di tembok tepi laut Gurney Drive.

Cuaca saat itu agak mendung dan sepertinya akan hujan. Angin berhembus sangat kencang namun aku sangat menikmati suasana seperti ini. Jalanan disini nyaris tak pernah sepi, apalagi menjelang malam terutama weekend. Sampai-sampai untuk parkir mobil saja susah, dan bila melanggar aturan memarkirkan mobil di tempat yang dilarang, petugas siap “menggembok” ban belakang mobil mereka… hehehe.

Mendung di Gurney Drive
“Makasih ya tongsis (monopod)… hahaha”
Thanks to hubby yang selalu memotret diriku… hehehe
Suasana sore hari, tetap ramai
Paling enak duduk-duduk sore disini

Matahari mulai tenggelam, disertai rintik hujan. Kamipun bergegas ke persimpangan jalan menunggu bus dari arah Batu Ferringgi yang akan membawa kami kembali ke KOMTAR. Kami menghabiskan malam dengan berkeliling di mall seputar KOMTAR dan melanjutkan makan malam sebelum kembali ke Hotel. Hari yang melelahkan tapi sangat menyenangkan ! Good night everyone !

Yuk, silakan berkomentar disini. DILARANG meninggalkan link hidup di kolom komentar.

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s