Menikmati Cantiknya Wat Traimit Wittayaram dan Wat Arun, Bangkok — Good morning, Bangkok! Aku bangun dengan badan yang lebih enak karena sudah cukup beristirahat. Lalu aku meraih handuk dan bersiap untuk mandi. Sayangnya kamar hotel ini tak berjendela sehingga aku tidak bisa melihat cuaca di luar sana. Entah cerah atau mendung.
Restoran tempat sarapan masih tampak sepi. Teman-teman satu rombongan belum terlihat di sana. Di ujung meja hanya ada Charlie yang tengah menikmati sarapan sendirian. Aku dan Mita memilih tempat duduk di samping kaca besar, tak jauh dari tempat Charlie duduk tadi. Lalu kami berdua mulai menghampiri meja-meja makanan sambil memilih menu.
Di tengah padatnya jadwal, kemarin Pak Hengky sempat mengatakan bahwa tak jauh dari hotel ada sebuah kuil cantik yang bisa dikunjungi. Kebetulan masih tersedia cukup waktu untuk sekedar melihat-lihat. Bersama Charlie dan Mita, kami bertiga mulai berjalan kaki sekitar 50 meter menuju kuil tersebut.
Wat Traimit Wittayaram atau biasa disebut Temple of the Golden Buddha berada tak jauh dari ujung Chinatown atau di sebelah Barat dari Hua Lamphong Railway Station. Kuil ini menjadi sangat terkenal sebab memiliki patung Buddha seberat 5,5 ton dan tinggi sekitar 15 kaki yang terbuat dari 83% emas murni berharga jutaan Dollar. Wow pake banget!
Aku melepaskan alas kaki dan meletakkannya di sebuah tempat penitipan. Memasuki tempat ibadah seperti ini tentu tak boleh sembarangan. Kebersihan dan kesucian wajib dijaga bersama.
Ruang peribadatan yang tampak dihadapanku tidak terlalu luas. Namun aku menangkap pemandangan indah saat menatap langit-langitnya. Warna kuning emas yang berpadu dengan nuansa coklat menghiasi hampir di setiap bagian. Detil-detil ornamen khas semakin menegaskan kesan mewah.
Berbekal informasi yang aku dapatkan dari cerita Pak Hengky dan beberapa sumber di internet, aku mulai memperhatikan beberapa bagian di tempat itu. Konon dahulu patung tersebut pernah dipindahkan dari Ayutthaya dalam keadaan diplester pada beberapa bagian untuk menyamarkannya dari kemungkinan pencurian. Setelah Bangkok menjadi ibukota baru, patung lalu dipindahkan lagi ke Wat Chotanaram di Bangkok.
Selanjutnya patung Buddha emas dipindahkan menggunakan derek. Namun malangnya derek tersebut rusak hingga menyebabkan patung terjatuh dan masuk ke dalam lumpur. Karena lapisan plester pada patung terkelupas akhirnya nilai dan identitasnya terungkap, bahwasanya patung tersebut terbuat dari emas.
Lalu baru pada tahun 2008 didirikanlah sebuah bangunan bertingkat tiga bernama Phra Maha Mondop untuk menampung patung Buddha tadi. Kini, siapapun dapat berkunjung ke tempat itu setiap hari (kecuali hari Senin) mulai pukul 08.00 – 17.00 waktu setempat. Bila ingin menyaksikan patung Golden Buddha cukup membayar THB 40/orang. Dan bila ingin mengunjungi Chinese History Museum yang berada di lantai satu, bisa membayar sebesar THB 100/orang.
Walau hari terhitung masih pagi namun pengunjung mulai ramai berdatangan. Sebagian ada yang turut memanjatkan doa di tempat itu. Mereka samasekali tak terlihat terganggu dengan ramainya pengunjung lain yang mulai memenuhi ruangan.
Aku dan teman-teman berusaha memanfaatkan waktu yang sangat terbatas. Kami bertiga lalu berjalan kaki menuju ujung area Chinatown, tak jauh dari tempat tadi untuk sekedar berfoto. Sebab tak lama lagi rombongan akan bergerak menggunakan bus menuju destinasi selanjutnya.

Wat Arun, The Temple of Dawn
Datang ke Bangkok rasanya belum sah bila melewatkan kunjungan ke Wat Arun. Salah satu kuil tertua di Bangkok itu sangat indah bila disaksikan saat lampu-lampu mulai menyala di malam hari.
Untuk melihat langsung Wat Arun dari dekat, kita harus menyusuri Chao Phraya menggunakan shuttle boat terlebih dahulu. Chao Phraya adalah sungai yang membelah kota Bangkok dan memiliki panjang 372 km. Sewaktu menyusurinya, mata akan dimanjakan oleh panorama gedung-gedung tinggi di hampir sepanjang sungai.
Wat Arun yang masih dalam pengerjaan renovasi sejak beberapa waktu lalu tak urung membuat kunjungan ke sana menjadi kurang maksimal. Hampir seluruh bagiannya tertutup oleh scaffolding, yakni struktur penyangga sementara. Pengambilan foto terasa agak terganggu oleh pemandangan besi-besi penopang.

Wat Arun dibangun pada tahun 1768 oleh Raja Taksin, tepat setelah Burma menyerbu ibukota kuno Thailand, Ayutthaya. Puncak utama kuil ini memiliki tinggi 70 meter dan dikelilingi oleh 4 menara di setiap sudutnya. Detil-detil mosaik pada dindingnya sungguh sangat cantik! Akupun berfoto di salah satu sudut agar bisa merekam keindahannya lewat tangkapan lensa kamera.
Pada kunjungan kali ini cukup banyak dijumpai rombongan tourist yang berasal dari Indonesia. Selain berfoto-foto, kebanyakan dari mereka juga memanfaatkan kesempatan untuk berbelanja souvenir dan oleh-oleh khas Thailand dengan harga murah. Saking banyaknya orang Indonesia yang berbelanja di sana, rata-rata penjual bisa berkomunikasi dalam bahasa kita. Bahkan bila kehabisan uang Baht, mereka juga menerima pembayaran dalam mata uang Rupiah.
Suasana Wat Arun yang riuh membuat kenyamananku sedikit berkurang. Ada keinginan untuk segera bergegas meninggalkan tempat itu. Sebuah destinasi yang dipadati oleh banyak pengunjung di waktu yang bersamaan menyebabkan hilangnya ketenangan untuk berwisata. Akhirnya, aku hanya dapat sekejap menikmati kecantikan tempat ini saja. Tetapi belum sampai membawa pulang kenangannya di dalam hati.
Baca sebelumnya : Mampir di Wat Huay Mongkol dan Damnoen Saduak Floating Market, Thailand
*Foto-foto dengan watermark diambil menggunakan kamera mirrorless Fujifilm X-M1 16-50mm dan smartphone Samsung Galaxy S6 (semua di-resize).
Kangen jelajah Bangkok 🙂 dulu pas ke sana Wat Arunnya bisa dinaiki sampe atas. Pemandangan dari atas sana indah ❤
Takjub naik kapalnya murah, 3 THB saja alias gak sampe 1000 perak dulu haha. Kalo sungai musi kayak gitu mah asyik 😀
LikeLike
Cakep banget pasti view dari atas kuilnya, ya. Aku pernah liat foto orang yang angle nya gitu. Eh iya sungai Musi harusnya bisa gitu. Keliling-keliling tapi murce😁.
LikeLike
Ah baru tadi di omongin, ini dah nonggol lagi tulisan tentang Bangkok lg Mbak Molly.. 😢😢
Kece Mbak Molly
LikeLike
Nulisnya keputus-putus mas, kadang waktunya yang teebatas buat ngeblog🙈.
LikeLike
Sampe bisa bahasa Indonesia dan nerima rupiah, bisa kalau belanja ini 😂😂
LikeLike
Rata-rata orang Indonesia doyan belanja di tempat itu, Win. Makanya semua jadi mudah😀.
LikeLike
Wat arun lama ya mba renov nya, sejak 2014 saya kethailand juga masih renov haha
LikeLike
Iya nih, kayaknya bertahun-tahun ngga kelar juga ya😀.
LikeLike
Nah kalo 2 kuil ini aku prn dtgin… Paling suka ttp ama wat arun.. Thn dpn kira2 udh selesai renov blm yaa.. Aku mw ksana lg ama temen2. Waktu itu aku sekalian beli tiket perahunya yg all day pass mba.. Jd nyusurin sungainya dr pagi ampe malam.. Turun d beberapa tempat yg memang udh jd inceranku… Ga bosen2 ya bangkok ini didatangin 🙂
LikeLike
Setuju banget, mba. Thailand memang ngga pernah ngebosenin😀.
LikeLike