Mampir di Wat Huay Mongkol dan Damnoen Saduak Floating Market, Thailand — Sisa lelah tadi malam belum sepenuhnya hilang. Namun pagi ini aku harus bergegas untuk sarapan karena perjalanan akan dilanjutkan. Menikmati hidangan dalam suasana kebersamaan seperti ini terasa menyenangkan. Akupun ngobrol ringan bersama Mita sembari menghabiskan omelette, chicken sausage dan sepotong roti.
Suasana kota Hua Hin masih tampak relatif sepi. Belum banyak warga beraktifitas sepagi ini. Usai check out, perlahan bus pariwisata yang aku tumpangi bergerak meninggalkan hotel menuju Wat Huay Mongkol.
Terletak sekitar 15 km di bagian Barat Hua Hin, Wat Huay Mongkol merupakan sebuah kompleks kuil yang cukup luas. Di sana terdapat sebuah patung biksu legendaris dan berukuran sangat besar, bernama Luang Phor Thuad.
Sang biksu hidup sekitar 400 tahun yang lalu di wilayah Selatan Thailand. Konon ia memiliki kemampuan luar biasa yakni mampu mengubah air asin menjadi air tawar yang bisa diminum. Dan berkat kebaikannya semasa hidup, masyarakat Thailand membuat kuil sekaligus bersembahyang di tempat tersebut.
Ada yang unik kutemui di lokasi. Sebuah pohon besar yang cukup rindang begitu menarik perhatian. Kalau biasanya bunga muncul dari sela-sela daun, pada pohon yang satu ini bunga-bunga langsung keluar dari batangnya! Ajaib, ya.

Kunjungan ke Wat Huay Mongkol menjadi perhentian terakhir kami di Hua Hin. Sebetulnya aku belum puas dan masih ingin menikmati Hua Hin lebih lama. Kota yang relatif tenang itu meninggalkan kesan tersendiri bagiku. Satu hari nanti aku harus kembali ke sana.
Perjalanan kembali ke kota Bangkok tak urung membuat aku sedikit tertidur. Padahal aku bolak-balik berusaha menahan kantuk yang menyerang. Ah, memang lelah tak bisa dilawan. Hehehe.
Di sepanjang perjalanan ingatanku melayang pada almarhum papa. Sekitar beberapa bulan sebelum kepergiannya di akhir tahun 2015 lalu, beliau pernah berujar dan mengungkapkan keinginannya untuk jalan-jalan ke Thailand. Papa memang sudah cukup lama tidak bepergian ke Thailand lagi. Namun hingga akhir hayatnya, keinginan itu tak kunjung terwujud.
Wajahku seperti memanas. Genangan air mata tak mampu kubendung. Tanganku sibuk mencari-cari tissue di dalam tas. Akupun menyeka air mata yang tumpah. Untung saja teman-teman yang duduk di samping sedang terlelap. Kalau tidak, pasti mereka akan bertanya-tanya. Saat itu aku betul-betul merindukan papa! Ya, Allah…
Aku mencoba mengalihkan pikiran. Berusaha menikmati pemandangan yang tampak dari balik kaca bus. Seandainya saja papa masih hidup, tentu beliau sangat bangga melihatku berangkat ke Thailand hasil dari jerih payah menulis. Akupun kembali tersenyum mengingatnya.
Damnoen Saduak Floating Market yang Menggoda
Kehadiran pasar terapung di tengah maraknya pusat perbelanjaan maupun supermarket menjadi sebuah simbol tentang kehidupan masyarakat Thailand di masa lalu. Damnoen Saduak Floating Market yang berada di propinsi Ratchaburi adalah salah satu pasar terapung populer yang terbesar di Thailand. Ia didirikan oleh pengusaha swasta pada tahun 1981.
Keseruan dimulai saat pertama kali menduduki perahu panjang untuk menyusuri sungai. Hal yang penting diperhatikan adalah harus duduk manis agar tetap seimbang, tidak berpindah-pindah posisi, dan jangan pernah sekalipun memegang pinggiran perahu kayu kalau tidak mau jari-jari putus akibat gesekan antar perahu. Itulah nasehat dari Pak Hengky, pemandu perjalanan kami. Noted, Pak.

Para penjual makanan dan buah-buahan tropis mengayuh perahu sambil menjajakan dagangannya di sepanjang sungai. Kalau berkenan, tinggal membelinya saja. Akupun tergoda untuk mencicipi seporsi jajanan mirip serabi.

Bagi tourist, pemandangan seperti ini tentu sangat menarik. Menikmati para pembeli dan penjual bertransaksi dari atas perahu masing-masing. Fotograferpun tak menyia-nyiakan kesempatan menangkap angle unik dari suasana seperti itu.
Waktu terbaik untuk mengunjungi pasar terapung adalah di pagi hari. Para pengunjung akan menyaksikan pasar tersibuk yang sangat berwarna. Aneka barang dan makanan dijajakan di tempat sederhana ini. Membuat perjalanan berkeliling dengan perahu kayu terasa sungguh menyenangkan.
Tak jauh dari lokasi sungai juga tersedia kios-kios penjual makanan khas. Aku dan beberapa teman muslim lainnya harus berhati-hati bila ingin membeli makanan. Untung saja kami menemukan sebuah kios makanan muslim dengan mudah. Siang itu sepiring nasi campur dan Thai ice tea menghangatkan lambungku yang kosong. Alhamdulillah. Selanjutnya kami bersiap untuk naik lagi ke atas bus.
Beristirahat di Centra Central Station Hotel, Bangkok
Hampir pukul 7 malam waktu setempat akhirnya bus tiba di pusat kota Bangkok. Lalu meneruskan perjalanan menuju Centra Central Station Hotel. Lokasi hotel ternyata tepat di seberang Hua Lamphong Railway Station dan Hua Lamphong Subway MRT Station. Strategis sekali, kan?
Dengan menenteng koper, aku dan teman-teman memasuki lobby hotel setelah sebelumnya harus menaiki elevator terlebih dahulu. Rasanya tak sabar ingin bersih-bersih dan merebahkan diri di atas kasur.
Hotel berbintang 4 yang saat tulisan ini dibuat telah berganti nama menjadi Prime Hotel Central Station Bangkok, terlihat apik dan luxury. Sejak dari lobby hingga berada di dalam kamar, warna merah tampak begitu dominan. Sekilas mengingatkanku pada nuansa negeri tirai bambu. Ornamen dari material kayu menghiasi ruangan tidur hotel.
Walau ukurannya tak begitu luas, rasanya tidak ada yang kurang dari kamar hotel ini. Bila ada yang patut dikeluhkan hanya tidak tersedianya jendela dan jaringan WiFi yang tak mampu menjangkau hingga ke dalam kamar.
Keluhan tersebut telah disampaikan Mita, roommate-ku pada frontliner hotel, bahkan sampai mendatangkan teknisi khusus ke kamar kami sebagai tanggapan. WiFi yang kecepatannya sangat kencang saat berada di lobby harus “menyerah” ketika coba diakses dari dalam kamar. Huft!
Beruntung aku tidak pernah memanfaatkan WiFi dalam perjalananku selama di Thailand. Aku sudah menggunakan paket data XL PASS sejak pertama kali tiba di bandara Don Mueang tempo hari. Jadi aman berselancar kapanpun.
Saat menemani Mita menyampaikan complaint di meja receptionist tadi, aku baru sadar ada pemandangan cantik dari lantai atas untuk melihat suasana malam seputar hotel. Foto yang diambil dari balik kaca besar itu ternyata juga menampakkan bayangan sebuah layar komputer di belakangku. Hahaha. Tak apalah, toh duduk-duduk di sini sudah cukup memanjakan mata yang mulai mengantuk.
Ketika kembali ke kamar, aku memanfaatkan waktu untuk menyusun ulang seluruh barang bawaan. Tak lupa untuk mengecas semua gadget supaya besok sanggup bertahan seharian. Ada keseruan apa lagi esok hari, ya?
Baca sebelumnya : Terpikat di Cicada Market, Hua Hin Thailand
*Foto-foto dengan watermark diambil menggunakan kamera mirrorless Fujifilm X-M1 27mm dan 16-50mm, serta smartphone Samsung Galaxy S6 (semua di-resize).
Hai kak moyi…
Aku selalu menunggu cerita-cerita liburan.
Oya kak,Apakah ayam-ayam itu juga memiliki makna kak?
Hmm…
Omelete dan chicken sausage,apakah harganya beda ketika menjadi nama bahasa inggris gitu kak? Hahaha
LikeLiked by 1 person
Kalo udah pake bahasa inggris pasti mahal kak.. misalnya kalo teh manis dingin berevolusi menjadi ice tea, maka harganya ikut berevolusi dari yang cuma 3 ribu menjadi 10 ribu atau lebih 😂😂😂
LikeLike
Patung-patung ayam itu dipersembahkan untuk Raja Taksin yang punya hobi mengadu ayam, Rin. Gitu ceritanya. Trus omelette dan chicken sausage bisa jadi mahal kalo pas menunya muncul di resto hotel. Hahahaha. Namanya makan di hotel yak, mana ada yang murce😂.
LikeLike
Asik bangeeettt bisa ke Hua Hin!
Eniwei XL Pass memang bisa langsung diaktivasi begitu sampe Bangkok ya mba?
LikeLike
Hihi iya mba, Hua Hin kece banget! Wajib kesana deh😀. XL PASS langsung bisa dipakai begitu sampai Bangkok. Tapi saranku siy aktivasinya sesaat sebelum terbang ke negara tujuan. Pas nyampe tinggal nunggu notif baru deh dipakai buat internetan. Sinyalnya oke!
LikeLike
Pengen berguru pulak aku ama biksunya itu kak.. kalo dia aja bisa mengubah air asin jadi tawar.. kira2 dia bisa ga mengubah benci menjadi cinta.. *eh 😂😂
LikeLike
Harusnya sih bisa. Sayang aja beliau udah mangkat. Hahaha😀
LikeLike
Kak mol, itu pohon ajaibnya nama pohonnya apa? Atau spesiesnya mungkin namanya apa? kayanya unik banget ya, kak 🙂
LikeLike
Nah aku lupa nama jenis pohonnya. Hehehe. Dan selama di Thailand cuma nemu di tempat itu😀.
LikeLike
Wah sama mau nanya nama pohonnya juga 😀
LikeLike
Asli aku ngga tau nama pohonnya. Hahaha😂
LikeLike
Wuahh keren foto2nya mbak. kapan ya bisa ke thailandd jg
LikeLike
Makasih, mba. Ayo bikin rencana ke Thailand nya😀.
LikeLike
cerita2 liburan kaka selalu menarik, ingin rasanya menyempatkan diri untuk jejalan, liat aja mana pernah aku nulis soal jalan2, cemana mau nulis, jalan2 aja ga ada
LikeLike
Bikin rencana jalan-jalannya dulu Sab. Trus ya, wujudkan. Biar wawasan bertambah dan ngilangin suntuk. Hehehe😀
LikeLike
Cantik bunga di pohon ajaib itu. Di Indonesia kayaknya ngga ada ya
LikeLike
Aku juga belum pernah nemu yang begitu di Indonesia, mba😀.
LikeLike
aku malah lebih suka beli buah buahan nya kak pas di damnoen sadduak ini, takut kalau mau beli makanan yg lain 😀 hahahhaa
LikeLike
Kalo aku cari tau dulu jenis makanannya apa. Tanya juga apa ada bebongnya atau ngga. Gitu udah yakin, ya makan aja, Fit. Hahaha😀.
LikeLike
Ihhh dr dulu tuh aku pgn ngerasain belanja di pasar terapung gt, sambil naik perahu.. Blm kesampaian :D.pdhl udh niat pas ke vietnam, thailand, mau coba di sana.. Jago yaa supir2 perahunya ngendaliin perahu di sungai yg padat begitu :D.
LikeLike
Kalo doyan jajan kudu coba siy belanja ala pasar terapung begini. Yang dijual macem-macem😀. Bener deh Mba Fan, supirnya lihai banget bawa perahunya. Padahal kan padat merayap penuh sesak.
LikeLike
Ah masih cerita tentang Thailand lg kalau baca Blog nya Mbak Molly.. 😢😢
LikeLike
Masih ada stok postingan nih. Belum kelar nulis cerita jalan-jalan ke Thailand nya, mas. Hahahaha😂.
LikeLiked by 1 person
Ah pasti banyak nih y Mbak.. Siap” baca nya sambil kapan y bisa ksana.. 😢😢
LikeLike
Ngga banyak lagi siy, mas. Cuma ya kudu tuntas nulisnya. Hihi😊. Yoklah.. langsung hunting tiket murcenya!
LikeLiked by 1 person
Ah tapi aku selalu suka baca tulisan Mbak Molly.. Duh Mbak, aku belum punya paspor mau hunting tiket kesana 😢
Mampir y Mbak ketempat aku 😉
LikeLike
Hehehe thanks, Mas Fajrin. Buruan bikin paspor dulu, ntar baru pikirin kapan berangkatnya😉. Siip mas, ntar maleman aku mampir ke blogmu.
LikeLike
Sama” Mbak Molly.. Mudah”an kalau ada rezeki aku mau buat paspor nya Mbak.. Siap Mbak 😉
LikeLike
Good, mas!👍😊
LikeLiked by 1 person
Hatur nuhun Mbak Molly 😉
LikeLiked by 1 person
Pengen ke thailand mba.. btw visa ke thailand kita org indo bebas Visa kan mba?
LikeLike
Thailand masih wilayah ASEAN, jadi bebas Visa. Tinggal beli tiket pesawat aja☺.
LikeLike
perahunya kecil…goyang kanan kiri apa tidak waktu kita naik di atasnya wkwkwk…
LikeLike
Pas naik memang goyang gitu siy, tapi aman kok. Pelan-pelan aja naiknya. Hahahaha😀
LikeLike
Pingin ke sanaaaaa 🙂 🙂
LikeLike
Cuuus beli tiket pesawatnya, mba😀. Ditanggung nagih!
LikeLike