Bila ingin mengenal sejarah dan peradaban manusia di sebuah tempat, maka mulailah berjalan menelusuri jejak peninggalannya. Itu merupakan sebuah perjalanan melewati banyak masa yang memiliki sejarah berbeda-beda pula.
Banyak nilai-nilai yang dapat kita ambil saat mengunjungi tempat dan menengok bangunan bersejarah di kota Ipoh. Belajar sejarah bagi sebagian orang mungkin dirasa membosankan. Namun bila dilakukan sambil berwisata keliling kota, kegiatan ini akan memancing minat dan rasa ingin tahu yang besar. Sebab belajar bisa jadi seru kalau aktivitasnya dilakukan secara langsung dengan penuh sukacita.
Sekilas tentang sejarah Ipoh
Ipoh memiliki sebuah sungai bernama Sungai Kinta yang membelah pusat bersejarahnya menjadi dua bagian, yakni Kota Tua dan Kota Baru. Dahulu Ipoh merupakan sebuah desa kecil. Namun sejak kolonial Inggris memerintah Perak pada tahun 1877, Ipoh menjelma menjadi sebuah kota yang ditandai dengan datangnya warga China dari Penang dengan tujuan ingin mencoba peruntungan.
Sejarah Ipoh sendiri bermula dari adanya timah yang menjadi sumber kekayaan alam di sana. Sampai akhirnya pada tahun 1884 timah-timah tersebut jumlahnya semakin berlimpah hingga memadati kawasan. Oleh sebab itu di tahun 1886 Dato` Panglima Kinta memutuskan untuk membangun ruas-ruas jalan di tengah kota.
Di sepanjang tahun 1905 hingga 1914 Yau Tet Shin melakukan perluasan kota di seberang Sungai Kinta. Beliau juga membangun sekitar 216 rumah dan sejumlah pasar di kota baru Ipoh ini pada tahun 1908.
Kota Ipoh mengalami perkembangan pesat pada tahun 1930-an sebagai dampak dari adanya penambangan timah dan produksi karet di wilayah sekitar. Di pertengahan tahun 1900-an inilah kota Ipoh yang berada di barat laut Malaysia menjadi produsen timah terbesar di dunia.
Jepang lalu melakukan penyerangan ke Ipoh pada tanggal 15 Desember 1941 dan selama pendudukan Jepang tersebut Ipoh dijadikan ibukota Perak, menggantikan Taiping. Usai terbebas dari penjajahan, Ipoh tetap menjadi ibukota Perak dan memeroleh status kotamadya pada tanggal 31 Mei 1962. Setelahnya Ipoh mendapatkan status kota pada tanggal 27 Mei 1988.
Mengenal jejak warisan Ipoh
Ipoh yang dahulu merupakan sentra tambang timah di masa kolonial, kini meninggalkan ragam bangunan bersejarah dengan sentuhan arsitektur khas Inggris.
Perjalanan menelusuri jejak warisan dimulai dari kawasan kota tua. Bersama dengan suami, aku mulai berjalan kaki menuju kawasan tersebut. Kota tuanya baru benar-benar terbangun pada sekitar pukul 10 pagi dan mulai meredup pada pukul 8 malam nanti.
Meski sangat terik, kami nikmati saja sengatan matahari yang seolah tak mengenal kompromi. Belum apa-apa tengkukku terasa panas. Tapi setidaknya seluruh bagian kulit yang terbuka sudah dilindungi oleh produk tabir surya andalan dengan SPF 50+.
Terdapat setidaknya tiga puluh bangunan bersejarah yang tercatat dalam Ipoh Heritage Trail. Sebagiannya berada di kawasan komersial yang terdiri dari ruko-ruko bersejarah. Mungkin akan sulit menyambangi keseluruhannya bila hanya memiliki waktu terbatas. Kami pun tak sempat melunasi perjalanan ini disebabkan alasan tadi. Tetapi sejumlah ikon menarik telah berhasil kami sambangi.
Ipoh Railway Station
Stasiun kereta api Ipoh yang dibangun sejak tahun 1914 hingga 1917 begitu menarik perhatian kami. Ia bukan sekadar stasiun perhentian kereta api biasa. Bentuknya begitu estetik yang dilengkapi kubah dan menara kecil bergaya Moorish.
Sering disebut sebagai “Taj Mahal” Ipoh, bangunan klasik nan megah dan elegan tersebut dirancang oleh seorang arsitek pemerintah terkenal yakni Arthur Benison Hubback. Konon beliau juga merancang stasiun kereta api Kuala Lumpur. Wajarlah bila diantara dua stasiun kereta api ini terdapat kemiripan.
Stasiun kereta api tersebut awalnya dimaksudkan untuk rumah sakit dan digunakan menjelang abad ke-20, sebelum kemudian berubah menjadi stasiun kereta api. Proses penyelesaiannya sendiri sempat mengalami hambatan sebab kesulitan mendapat bahan konstruksi serta tingginya biaya selama Perang Dunia I. Stasiun ini akhirnya dibuka pada tahun 1935 sekaligus merupakan stasiun beton ke-2 yang dibangun di kota.
Bangunan cantik tersebut pernah dijadikan sebagai lokai syuting film Anna and the King yang dibintangi oleh aktris Jodie Foster. Selain itu, terdapat pula hotel di masa lalu yakni Majestic Station Hotel Ipoh.
War Memorial (Cenotaph)
Di sisi depan stasiun terdapat sebuah tugu peringatan bernama Thailand-Burma Death Railway sekaligus mengenang para korban yang jatuh pada dua perang besar, yakni korban yang terdiri dari orang-orang di negara bagian Perak (tahun 1914-1918) dan mereka yang wafat pada perang di tahun 1939-1945.
Kereta api Thailand-Burma juga dikenal sebagai kereta api kematian. Jalur kereta api sepanjang 415 km yang terbentang antara Thailand dan Burma ini dibangun oleh Jepang selama Perang Dunia II untuk mendukung pasukannya di Burma. Sekitar 250.000 orang dimanfaatkan dalam pengerjaan konstruksinya, termasuk 170.000 pekerja Asia dan 61.000 tenaga kerja sekutu. Sekitar 180.000 pekerja Asia dan 12.000 sekutu meninggal dunia selama proses pengerjaannya. Miris sekali, ya.
Ipoh Town Hall
Tepat berada di seberang taman dari stasiun kereta api Ipoh, berdiri dengan megah gedung berwarna putih yang dikenal sebagai Dewan Bandaran Ipoh. Gedung ini juga dirancang neo-klasik oleh Arthur Benison Hubback sejak tahun 1914 hingga 1916, saling membelakangi dengan Gedung Kantor Pos Lama Ipoh.
Partai Nasionalis Melayu sebagai partai politik pertama yang dibangun di Malaya, mengadakan kongres pertamanya di tempat ini pada tanggal 30 November – 3 Desember 1945.
Birch Memorial
Sedikit berjalan kaki ke arah belakang terdapat sebuah menara jam yang terletak tak jauh dari Ipoh Town Hall, berdampingan dengan sebuah food court Medan Selera Dataran Dato Sagor. Karena hari sangat panas, aku dan suami sempat duduk sembari memesan minuman di food court yang tengah dipadati oleh para pekerja kantor pemerintah sekitar.
Menara jam bersejarah yang dikenal dengan Birch Memorial Clock Tower dibangun pada tahun 1909 sebagai lambang peringatan kepada James W.W.Birch. Ia adalah penduduk Inggris pertama di Perak pada tahun 1874. Karena berusaha memperluas kolonial Inggris di Perak, ia dibunuh di Pasir Salak pada tahun 1875 oleh pengikut kepala suku Melayu setempat, Dato`Maharajalela.
Menara jam ini memiliki satu lonceng utama dan empat lonceng kecil yang mengeluarkan suara menarik. Adapun panel yang mengelilingi menara menggambarkan beberapa tokoh terkenal sepanjang sejarah dunia.
Masjid Negeri Perak
Meski tidak masuk dalam daftar Ipoh Heritage Trail, namun keberadaan masjid yang letaknya tepat di depan Birch Memorial tak boleh dilewatkan. Masjid indah ini diresmikan pada tanggal 15 September 1978 yang bertepatan pada perayaan ulang tahun sultan yang ke-54 tahun.
Ia juga dikenal sebagai Masjid Sultan Idris Shah II dan dibangun tepat di tengah bandaraya Ipoh dengan luas tanah 2,6 hektar. Yang menarik, di atasnya terdapat 44 kubah emas yang merupakan lambang kemegahan Islam di Perak.
Perak Hydro Building
The Perak Hydro-Electric Power Company dibentuk di London pada tahun 1926 untuk memasok listrik ke tambang dan kapal keruk di lembah Kinta, serta untuk keperluan rumah tangga. Pada tahun 1930 ia berupaya membangun stasiun pembangkit listrik tenaga air dan bendungan di Chenderoh di Sungai Perak, sisi utara Kuala Kangsar.
Selama bertahun-tahun Perak Hydro adalah pemasok listrik terbesar di Malaya. Anak perusahaannya, Kinta Electrical Distribution (KED) mendistribusikan daya ke 63 kota di seluruh Perak pada tahun 1956. Kantor pusat perusahaan utilitas publik ini bertempat di gedung berlantai tiga sejak tahun 1930-an. Dan saat ini bangunan dimiliki oleh Tenaga Nasional Berhad.
The Concubine Lane
Setelah kota Ipoh hancur terbakar pada tahun 1892, jalur atau lorong pertokoannya dibangun kembali. Tiga dari jalur ini menjadi hadiah dari taipan pertambangan, Yao Tet Shin, untuk ketiga istrinya.
Jalur itu bernama The Wife Lane/Da Nai Gang (kini menjadi Lorong Hale), The Concubine Lane/Er Nai Gang (kini menjadi Lorong Panglima), dan The Second Concubine Lane/San Nai Gang (kini menjadi Market Lane). Daerah tersebut dikenal sebagai sarang opium, kasino, dan tempat prostitusi hingga akhir Perang Dunia II, ketika menjadi rumah bagi banyak wanita simpanan para penambang kaya.
Seiring dengan berkembangnya Ipoh, bangunan-bangunan yang terletak di Lorong Hale, Lorong Panglima, dan Market Lane telah dipugar dan kini menjadi sebuah daya tarik tersendiri.
Lorong-lorong sempit ini sangat unik karena dipergunakan untuk berjualan dan menjadi spot foto. Concubine Lane adalah lorong tersibuk dibanding kedua lorong lainnya. Saat ini terdapat toko-toko, kafe, penjual pernak-pernik, dan hotel butik.
Pada hari-hari biasa tidak terdapat keramaian yang berarti, namun jumlah pengunjung bisa membludak saat akhir pekan atau masa liburan. Maka bersiap-siaplah bila ingin mampir ke sana, ya.
***
Panas matahari makin menyengat. Kepalaku mulai senut-senut. Tenggorokan terasa kering karena dahaga. Ipoh lebih panas dan lembab bila dibandingkan dengan Penang. Beberapa kali aku dan suami singgah untuk membeli minuman atau sekadar duduk mengistirahatkan kaki di sebuah tempat. Alih-alih kapok, kami justru menikmati dan akan terus berjalan.
Di kawasan kota tua, banyak wisatawan lalu-lalang menikmati bangunan lama yang kini berubah fungsi menjadi kafe, kios-kios, maupun museum. Meski saat malam tiba sebagian area jalan berubah menjadi lokasi night market dan street food, namun pesona kawasan kota tua Ipoh tetap menawarkan sensasi berbeda.
Menengok jejak warisan Ipoh ibarat membuka kapsul waktu. Imajinasiku seakan dicemplungkan ke sebuah masa lalu diajak membayangkan aneka peristiwa.
Ipoh yang berjaya di masa lampau meninggalkan warisan sejarah panjang yang menggelitik rasa ingin tahu. Rasanya tak pernah cukup waktu untuk menjelajahi dan menikmati pesona masa silam kota tua tersebut. Mungkin ini pertanda bahwa satu saat kami harus kembali lagi ke sana.
Baca juga : 5 Alasan Berkunjung ke Ipoh, Kota Tua nan Unik di Malaysia
Melihat bangunannya, sekilas mirip Penang. Nah, aku belum kesampaian ke Ipoh, padahal pengen banget 😦 Liat postingan ini jadi makin mupeng haha.
LikeLike
Bener banget, kayak 11-12 sama Penang. Hanya aja Ipoh lebih tenang kotanya. Enak buat dieksplor. Ayo kapan-kapan jadwalin ke Ipoh, Kak Yan😀
LikeLike
Siap mbak Molly. Makanannya Penang tetap juara ya kayaknya? 🙂
LikeLike
Betul, Kak Yan. Pilihan makanan masih lebih banyak di Penang. Tapi Ipoh pun ngga mengecewakan, kok😊.
LikeLike
Pas x kk mau kesana buldep. Hehe cari konten jg. Makanan kekmana dsana murah dan halal kan
LikeLike
Makanan sih sama aja kayak di kota lain di Malaysia, Des. Kalau harga relatif terjangkau, kayak Penang. Tergantung makan di mana dan apa yang kita pesan😁
LikeLike
AAAAAAKKK BAGUUUSSS. AKU SUKA IPOOOHHH!
Bersih, rapi, dan nggak terlalu crowded. Wah, ternyata mahakarya AB Hubback bertebaran di mana-mana ya.
LikeLike
Aku juga suka Ipoh! Tenang dan damai, ngga terlalu banyak turis😁. Makanannya juga bisa diterima lidah Indonesia. Harga terjangkau hehehe. Kapan-kapan harus balik lagi ke sana. Bener, karya Mr.Hubback bisa dinikmati di Ipoh, sama kayak di KL. Ayo kapan ke Ipoh? Hihi.
Btw aku kudu nyiapin waktu buat baca perjalananmu di Makau itu deh, Mas Nugie. Biar lebih syahdu dan bisa dicerna. Ntar aku ambil waktu khusus buat baca keseluruhannya😍.
LikeLike
Pengen sih ke Ipoh, mbak. Sekalian coba kereta ETS. Mungkin buat liburan tipis-tipis berikutnya ya.
Wohoho siap. Sekarang udah nyampe Hong Kong serinya 😁😁😁
LikeLike
ipoh ini lbh lembab dr penang? waaaahhh penang aja aku slalu keringetan kalo udh jalan dikiiit.apalagi ipoh yaaa wkwkwkwk :p. tp ttp pgn bangettt ksana kalo nanti bisa liburan ke malaysia lagi :).
aku jg suka cari tau ttg sejarah suatu kota kalo sdg traveling mba. apalagi kalo ada sejarah kelam dulunyaaa.. :). lbh enak yaaa belajar sejarah sambil dtg lgs ke tempatnya begini 🙂
LikeLike
Betul, Ipoh lebih hot udaranya. Plus lebih lembab, makanya berasa lebih gerah dibanding Penang.
Sama kita Mba Fan, belajar sejarah satu tempat lebih enak kalau sekaligus dijelajahi sendiri. Jadi lebih inget dan paham asal mulanya. Oh ya, aku udah lama ngga mampir ke blogmu, Mba. Kudu siapin waktu khusus buat baca-baca postingan terbarunya😍
LikeLike
Terpesona sama jendela yang banyak itu. Kalau gedung2 cat putih mengingatkan sama Lawang Sewu di Semarang. Aku belum pernah ke Ipoh 😦
LikeLike
Heheh iya bener, mirip sama Lawang Sewu di Semarang, Mba Lusi. Ipoh menyenangkan banget buat dieksplor. Kalau ada waktu dan rezeki, bolelah mampir jalan-jalan ke sana dari Penang ataupun KL, karena letaknya diantara dua kota tadi🙂.
LikeLike
Baca tulisanmu ini aku jadi ingat, kalau aku juga punya hutangan untuk berbagi tulisan soal Ipoh. Kaya belum nemu mood nya aja untuk cerita khusus soal kota satu ini, soalnya waktu itu cuma kunjungan singkat yang aku selingi dengan kunjungan ke Kuala Kangsar, dan Putrajaya selain santai-santai keliling Ipoh.
Yang aku tangkap dari Ipoh sih, gaya kotanya mirip dengan Georgetown cuma rasanya lebih sepi dan cepat sepi kalau malam. Baru juga mau keluar jalan malam, eh udah sepi aja hahahaha. Sampai-sampai aku mikir, ini kota bangunannya banyak tapi orangnya gak seberapa 😀
Kak Molly gak sekalian mampir ke Kuala Kangsar? Gak begitu jauh sih dari Ipoh. Ibukota Kesultanan Perak, yang kotanya lebih kecil dan sepi. Tapi bangunan klasiknya menarik.
O iya, aku baru ingat. Dari Ipoh ini, aku udah bikin satu vlog. Ya lumayanlah ada cerita, meskipun belum dalam bentuk tulisan.
Kalau gak salah dulu sempat ada rute & jadwal penerbangan dari Medan ke Ipoh ya. Sekarang masih adakah?
LikeLike
Betul, Ipoh ini mirip dwngan Georgetown-nya Penang. Lebih tenang dan ngga seramai Penang juga. Aku sih suka dengan kota ini. Sayangnya tempo hari kami ngga sempet ke Kuala Kangsar, Mas Bart. Waktunya yang serasa kurang😄. Padahal udah pingin banget kesana. Mungkin ini pertanda satu saat wajib kembali ke Ipoh, ya😊.
Bener.. bener, dulu sempat ada rute penerbangan langsung Medan-Ipoh. Aku sempat nyoba beberapa tahun lalu. Sayangnya rute itu udah ditutup. Akhirnya harus dari KL atau Penang buat ke Ipoh.
LikeLike
Wooowww foto2nya kak, cantik kali. Aku yg belum pernah tau Ipoh langsung jatuh cinta sama kota ini. Kota tua penuh bangunan tua gini aku suka banget kak, romantis menurut aku
LikeLike
Makasih, Muna. Memang Ipoh ini adem dan pas buat yang suka wisata heritage. Mirip kayak Semarang barangkali, ya. Kapan-kapan coba mampir ke Ipoh sama keluarga😊
LikeLike
Ipoh ini benar-benar cocok ya kak buat yang suka wisata sejarah atau yang suka bangunan lama gitu
LikeLike
Pas kali memang, Win. Buat yang doyan kulineran pun cocok karena banyak yang bisa dicoba😀
LikeLike