Membaca dapat mengubah masa lalu. Kalimat itu diungkapkan oleh Patrick O`Shaughnessy. Aku lalu menatap tumpukan buku yang selama ini kusimpan. Sudah berapa jumlah buku yang aku punya? Dan seberapa sering aku membacanya?
Aroma kertas dari buku baru seringkali memikat. Bahkan mampu menggerakkan langkah kakiku menuju toko buku langganan, meski terkadang aku cuma punya sedikit waktu. Entah kenapa, sejak dulu aku memang suka mampir ke toko buku. Ada rasa bahagia tiap kali berhasil mengantongi buku favorit dari sana.
Belum berakhirnya serangan Covid-19 dan anjuran untuk berada di rumah saja serta melakukan physical distancing, menjadi momen yang berharga. Aku bisa menyelesaikan bacaan yang sempat tertunda. Aku menikmati waktu membaca buku-buku yang nyaris tidak tersentuh usai dibeli. Rasanya seperti menebus kesalahan. Hahaha.
Banyak sekali manfaat yang aku peroleh dari membaca buku. Menyambung apa yang dikatakan oleh Patrick tadi, membaca akan membawa kita belajar tentang hal-hal yang sudah dilalui di masa lalu lewat pemahaman baru. Artinya, kita akan mendapat pengetahuan berharga kalau benar-benar mau mengambil pelajaran dari setiap buku yang dibaca.
Lantas apa kita harus membaca seluruh buku yang dianggap bagus?
Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tergantung tujuan dan preferensi masing-masing.
Membaca Sebagian Topik Menarik dari Sebuah Buku
Aku pribadi punya kebiasaan unik saat membaca buku. Selama ini aku cenderung memilih untuk baca buku-buku non fiksi ketimbang fiksi.
Biasanya aku cukup membuka daftar isi lalu memilih topik mana yang menurutku penting atau menarik. Selanjutnya aku baca bagian pendahuluan untuk memahami garis besar yang ingin disampaikan oleh penulis. Kemudian lanjut pada bab/sub-bab yang kupilih di awal.
Zaman sekarang dimana teknologi menguasai segalanya, kita seperti kehilangan banyak waktu untuk membaca buku. Hadirnya buku-buku digital yang tak kalah menarik menjadi magnet tersendiri dan membuat kita kudu cermat memilih bacaan yang cocok dengan kebutuhan.
Hal itulah yang membuatku memilah-milah bagian dari sebuah buku yang ingin kubaca. Bukan karena isinya tidak bagus, melainkan aku perlu menemukan topik bahasan yang paling dibutuhkan. Dengan begitu, aku punya kesempatan untuk membaca dari banyak sumber, kan.
Prinsipnya, aku suka memilah topik yang sesuai dengan kebutuhan saat itu. Bahkan aku bisa membaca isi sebuah buku lebih dari sekali bila kuanggap pemaparannya sangat baik dan mudah dicerna.
Memilih Buku yang Langsung Memberikan Dampak
Saat berkunjung ke toko buku, kita akan dihadapkan pada ribuan tema yang beragam. Rak-rak dipenuhi sampul yang menarik dengan topik kekinian. Pertanyaannya, mana yang harus kita pilih?
Sebagai penikmat buku-buku non fiksi, aku memilih buku yang bisa menjawab kebutuhanku dengan segera. Misalnya, ketika aku sedang mencari referensi bacaan tentang marketing. Maka aku akan menyusuri rak buku tertentu dan mencari yang sesuai. Yang paling relevan, itu yang diambil.
Memilih topik bacaan yang bisa segera diaplikasikan dapat menghemat waktu. Meski kita bisa memeroleh “wisdom” dari setiap buku, di tengah aktivitas yang semakin padat aku butuh sumber pengetahuan yang bisa jadi solusi sekaligus memberi pandangan baru.
Membuat Catatan Kecil sebagai Pengingat
Setiap kali menemukan poin menarik dari buku bacaan, aku selalu menuliskan kembali di blocknote kesayangan. Entah itu berupa buah pikir, kutipan, maupun pengalaman orang lain. Sambil aku tidak lupa menyematkan judul dari setiap catatan kecil yang kubuat, supaya mudah ditemukan saat dibutuhkan.
Kebiasaan ini ternyata banyak manfaatnya, loh. Terkadang catatan kecil yang acak bisa jadi sumber ide baru. Kalau berhasil dapat ide dari berbagai catatan tadi, jangan lupa untuk menghubungkan satu dengan lainnya.
Menambahkan opini pribadi membuat sebuah konten lebih relevan dengan kondisi kita sendiri. Lama-kelamaan kita bakal terbiasa melihat sesuatu dari point of view yang berbeda. Kalian bisa coba sendiri.
Cara terbaik untuk memahami apa yang sudah dipelajari adalah dengan menulis sesuatu tentang itu dari sudut pandangmu.
***
Menurutku membaca adalah tentang menyerap informasi dan menemukan makna baru. Bisa saja di kesempatan baca pertama sebuah buku, kita belum mendapat esensinya.
Menengok isi dan memerhatikan poin-poin penting dari buku yang sama justru membawa kita pada pemahaman berbeda. Kita bahkan mungkin terinspirasi oleh hal yang sama dengan cara berbeda. Aku sering mengalami sendiri!
Satu buku tidak cukup untuk membuat kita berwawasan. Namun banyak buku belum tentu menjadikan kita lebih bijaksana. Maka pahami dengan sungguh-sungguh apa yang dibaca tersebut. Lalu temukan makna dan pelajaran yang berharga di dalamnya.
Buku yang ditulis dengan baik akan memberi pemahaman sederhana namun berdampak besar bagi kehidupan manusia.
Kalian punya buku favorit apa? Boleh di-share, dong.
Baca juga : Berinvestasi pada Diri Sendiri untuk Mengembangkan Potensi
Baca juga : Kembali Menulis di Blog
Salah satu motivasi untuk dapat lancar menulis adalah dengan banyak membaca buku. Bener ngga Kak?
LikeLike
Setuju banget, Bang! Makin sering membaca sekaligus bisa mengasah kemampuan nulis. Alurnya juga bakal lebih smooth😀
LikeLike
Mayoritas bukuku malah fiksi hahahahahha. Sekarang mumpung sering wfh, jadi baca buku terus. Lihat buku yang menumpuk di kamar kayaknya sayang kalau cuma dibiarkan
LikeLike
Wah fiksi ya, aku kadang-kadang aja baca buku fiksi. Koleksiku 90% non fiksi😀. Bener siy, mumpung di rumah aja jadi kita punya banyak waktu buat baca dengan syahdu. Karena biasanya lebih banyak kedistrak sama gadget😂.
LikeLike
Saya suka baca buku, namun kurang begitu suka dengan fiksi.
Kenapa mau baca buku fiksi, agar tulisan di blog ga terlalu kaku.
Ada rekomendasi buku bacaan fiksi yang ga begitu berat kah? Hehe
LikeLike
Betul, bacaan fiksi konon katanya bisa menambah kosakata, sekaligus tempat belajar membuat alur cerita. Karena aku sendiri juga jarang baca novel belakangan ini, jadi ngga punya rekomendasi yang dimaksud :).
LikeLike
bener kata ibu guru pas waktu masih sekolah dasar, buku adalah jendela dunia kita bisa menambah wawasan yang belum pernah kita terima sebelumnya dan belum kita ketahui, baca buku lebih asik sih kak dari pada bacain yang ada di gedget, karna selama ini yang awak rasa apa yang ada di dalam isi buku banyak yang ga ada di gedget, dan juga lebih seru membaca buku apalagi dapat buku baru dan baru pertama di buka, aroma bukunya itu loh, wihhh
LikeLike
Walaupun sekarang banyak sumber bacaan yang bisa diakses lewat gawai, tapi kenyataannya baca buku fisik itu sensasinya beda kan, Rif. Bahkan buku-buku bagus bisa dijadikan koleksi dan warisan buat anak-cucu. Hahaha.
LikeLike
Saya ingat rumus keren guru saya di Mizan, Hernowo, soal mengikat makna. Membaca buku itu tak bisa dipisahkan dengan menulis.
Jadi setelah baca buku ditulis sebagai cara membekukan ingatan.
LikeLike
Setuju sekali! Lewat menulis tadi maka kita bisa memperpanjang ingatan sampai waktu yang tak terbatas :).
LikeLiked by 1 person
kalo ditanya buku favorit , aku jujurnya banyaaaaak bangettt. bersyukur papa berhasil membuat semua anak2nya jadi suka membaca sejak dari kecil banget. Makanya sampe skr kita ga bisa lepas dari buku.
Kalo antara fiksi dan non fiksi, aku lbh suka fiksi sih.. tapi tetep membaca buku2 non fiksi seperti biography dan auto biography. Suka aja membaca ttg sejarah tokoh2 terkenal dan jadi tahu kenapa mereka bisa menjadi orang sukses 🙂
Baru2 ini aku membeli buku tentang para pembunuh berantai terkenal yg pernah hidup baik di masa lampau atopun sekitaran tahun 2000. Isinya memang sedikit sadis tentang cara2 mereka membunuh korbannya, tapi dari situ ada juga yg bisa diambil. Jadi tahu kenapa orang2 tersebut menjadi pembunuh dan apa yg mentrigger. Kebanyakan krn masa kecil yang suram dan dididik dengan kekerasan 😦 . Setidaknya ada pelajaran yg bisa kita ambil di situ untuk mendidik anak2 dengan baik dan kasih sayang.
Walopun skr banyak buku2 online , tapi tetep aja buku real ttep yg aku suka krn wangi aroma kertas tetep yang paling memikat 😀
LikeLiked by 1 person
Sama Mba Fan, aku juga sampai sekarang masih lebih suka beli buku fisik ketimbang baca e-book. Dan mirip juga sama dirimu kalau hobi baca buku ditularkan sama Alm Papaku sejak dulu. Beliau pun suka banget membaca. Beberapa koleksinya akhirnya aku simpan di rumah kami. Memang baca buku itu habit bagus yang harus ditularkan, terutama ke anak-anak ya, Mba :).
LikeLike
Wah sama nih, aku juga kalau baca buku, trus ada kalimat-kalimat menarik mesti kutulis ulang di notes. Jadi kalau baca buku, mesti ada pulpen dan blocknotes menyertainya.
Nggak ada buku yang favorit-favorit banget, kalau ku beli ya mesti itu favorit.
Sekarang lagi menuntaskan baca bukunya Mark Manson.
LikeLike
Mirip sama kebiasaanku juga, Kak. Tiap baca buku pasti ngga lupa mencatat beberapa poin penting di blocknote. Dan sesudahnya aku suka bikin catatan kecil versi sendiri untuk menajamkan pemahaman :).
LikeLike
Menarik. 👍🏻👍🏻
LikeLike
Pernah candu baca buku. Seminggu sekali beli buku, sebulan sekali beli buku, sampai akhirnya lama gak beli buku. Buka-buka lemari, masih ada beberapa buku yang belum selesai dibaca, ada juga yg masih dibalut plastik tipis bertempelkan nama toko bukunya malahan.
Tapi akhirnya sadar bahwa “buku adalah teman terbaik, dia tidak pernah mengecewaka, apalagi nusuk dari belakang :D.” Hiyaa juga ya, pikirku.
Terus diingatkan juga dengan kalimat ini: “Rumah tanpa buku ibarat sebuah ruangan tanpa jendela. Kebayang bagaimana rasanya tinggal disebuah ruangan tanpa jendela. Gelap!!! 😀
LikeLike
Terkadang aku lebih menarik baca bku punya teman, dri pda bku yg di beli. Knpa yah 🥺🙃🙁
LikeLike
Kadang itu, orang memiliki sejumlah buku yang banyak adalah kerana mudah untuk dicari demi dijadikan sebagai rujukan kemudian hari.
LikeLike